Boixos Nois dan Barcelona

Dalam olahraga, terdapat dukungan terhadap orang atau tim yang dicintainya. Sikap mendukung ini bisa menjadi sikap fanatisme berlebih. Di dalam semua hal, sikap fanatisme berlebih akan berakibat buruk, karena akan menutup mata dari kejujuran dan menulikan telinga dari kebenaran. Tidak ada yang lebih fatal dibanding menampik sebuah kebenaran. Sejarah pun membuktikan bahwa sikap fanatisme berlebih itu sangat merugikan.



Logo Boixos Nois
Sama seperti klub sepakbola lainnya, FC Barcelona pun memiliki sekumpulan pendukung atau supporter yang sangat loyal. Terlalu loyal malah. Mereka adalah Boixos Nois, Almogavers 1899 dan lainnya. Keduanya memiliki persamaan dengan fans klub sepakbola lainnya dari daerah Italia, Amerika Selatan ataupun Irlandia, seperti Ultras. Namun memiliki banyak perbedaan dengan fans klub dari wilayah Inggris Raya.

Untuk kali ini saya akan membahas tentang Boixos Nois. Tentang sejarah mereka, apa tujuan mereka dan apa misi mereka yang akan melambungkan pertanyaan yang sangat besar, do we have to follow 'em?

Boixos Nois terbentuk pada tahun 1981 oleh sekumpulan pemuda berusia 16 sampai dengan 20. Pada awalnya tidak memiliki ideologi. Mereka hanya sekumpulan penya yang mencintai Barcelona dan bersikap kritis terhadap kebijakan Fc Barcelona. Mereka kecewa dengan kepresidenan Josep Lluis Nunez, presiden pertama FC Barcelona yang terpilih pada 1 Juli 1978. Nunez merupakan pribadi yang memiliki pendirian teguh. Dia menolak untuk membayar gaji tinggi para pemain. Hal ini yang membuat Maradona, Ronaldo, Luis Figo, Bernd Schuster dan Hristo Stoichkov. Juga kala Nunez melepas semua pemain pada tahun 1988 kecuali penjaga gawang Andoni Zubizarreta dalam kasus Hesperia Munity. Meskipun begitu, Nunez adalah presiden klub tersukses dalam sejarah FC Barcelona dalam masa kepemimpinan selama 22 tahun.

Boixos Nois pada awal-awal terbentuk hanya membentangkan spanduk protes mereka serta menyanyikan (chant-ing) sepanjang jalannya pertandingan. Nama Boixos Nois atau The Crazy Boys dalam bahasa Inggris, memiliki arti anak-anak yang gila dalam mencintai Barcelona. Sebenarnya kata tersebut salah. Gila dalam bahasa Katalan adalah bojos. Boixos dalam bahasa Indonesia berarti rerumputan atau semak belukar. So, Bioxos Nois artinya anak-anak semak belukar (?). Tidak menunjukan citra yang ingin ditampilkan menurut saya. Agak absurd.

Sikap fasisme yang diperkenalkan oleh para skinhead karena salah satu kebijakan Nunez pada tahun1998. Untuk mengambil hati para Boixos Nois, Nunez membolehkan skinhead memasuki Camp Nou dengan harapan para Boixos Nois akan terpengaruh yang pada akhirnya akan  mendukung kepresidenan Nunez. Juga pada masa kepresidenan Joan Gaspaart di tahun 2000 dampai 2003, Boixos Nois mendapat julukan The Chairman Boys karena Gaspaart pernah mengungkapkan simpatinya terhadap Boixos Nois dan mendapatkan perlakuan khusus dari direksi. Sepertinya itu adalah salah satu cara untuk meraup dukungan karena Barcelona pada era Gaspaart hancur dari segi prestasi dan finansial, serta mendapatkan kritikan tajam. 

Awal tahun 1980-an di Barcelona terdapat banyak anak-anak skinhead yang beraliran fasisme Nazi. The Bush Boys pun mendapat pengaruh dari skinhead. Beberapa anggota mereka menjadi fasisme dengan prinsip White Supremacy. Mereka sangat menolak fans dari kawasan Asia. Tetapi pemegang prinsip ini hanya segelintir orang. Banyak dari mereka yang memegang teguh Liberalisme yang sedikit kapitalisme yang mengusung Nasionalisme untuk kemerdekaan Katalan.

Gol Nord
Ketika Joan Laporta menjadi presiden, Boixos Nois di larang untuk memasuki lapangan terutama setelah insiden kerusuhan ketika melawan Espanyol pada tahun 2008. Larangan ini  sebagai balasan atas permaintaan Boixos Nois akan tiket gratis dan biaya transportasi yang di tanggung Barcelona jika bermain away. Namun pelarangan ini tidak berjalan sesuai rencana. Beberapa member Boixos Nois tetap dapat masuk ke dalam Camp Nou dengan mengikuti Almogaver 1899 yang berada di belakang gawang sisi sebelah kanan dari podium utama.

Kelompok yang memiliki semboyan "Fidelitat Blaugrana sense limits", yang berarti kesetiaan pada Barca diatas segalanya, sering berbuat rusuh. Pun mereka pernah melakukan pembunuhan terhadap Frederic Rouquier pada 22 Agustus 1991. Oknum Boixos Nois tersebut kemudian dihukum 26 tahun. The Bush Boys pun pernah melayangkan ancaman pembunuhan pada Laporta pada tahun 2003 terkait pelarangan Boixos Nois memasuki Camp Nou. Tetapi sebetulnya ancaman tersebut lebih merupakan politik dari beberapa orang yang ingin Laporta mundur dari jabatannya.Tindakan paling terkenal dan memalukan dari Boixos Nois adalah ketika el clasico November tahun 2002. Beberapa media menamai laga tersebut dengan nama 'Partido de la Vergüenza' (The Game of Shame). Insiden pelemparan kepala babi terhadap Luis Figo.

The Bush Boys yang memiliki hubungan baik dengan Indar Gorri (Osasuna) dan Brigadas Amarillas (Cadiz) ini, sebenarnya tidaklah fasis seperti yang terlihat. Mereka lebih ke Nasionalis Katalan yang menjadi rasis dan fasis karena keinginan untuk merdeka dari Spanyol sehingga menganggap fans dari daerah dan ras lain hanya sebagai poser atau pengikut semata, bukan sebagai die-hard. Tidak lebih fasis dibanding Ultras Sur atau fans Ultras dari Lazio yang terang-terangan fasis. Tetapi jika dilihat dalam sisi lain, Barcelona sendiri agak sedikit rasis yang masuk akal bagi saya. Mereka hanya memperbolehkan penduduk Katalunya asli  dan/atau yang memiliki kekerabatan, untuk menjadi Penya atau Soci. Ini dimaksudkan agar idealisme Katalunya tetap ada dan hidup serta tidak mendapatkan intervensi dari non Katalunya. Fans Katalunya asli tentu lebih faham mengenai kemerdekaan Katalan dibanding fans dari Indonesia atau pun negara Asia lainnya. Namun pun sadar akan potensi dari sisi finansial maupun potensi pemain dari negara-negara Asia. Pendirian Escola kemarin di Sentul, Bogor mungkin salah satunya.

Yang menarik dari Boixos Nois adalah, mereka tidak pernah terlibat kerusuhan yang begitu parah dengan fans hard-core dari klub Real Madrid, Ultras Sur. Ini disebabkan sigapnya kemanan dari aparat berwajib dalam mengantisipasi ancaman kerusuhan, kecuali ketika Boixos Nois terlibat kerusuhan dengan Brigadas Blanquiazules yaitu fans hard-core dari Espanyol. Selain Ultras Sur dan Brigadas Blaquiazules, Boixos Nois pun bermusuhan dengan LFN, yaitu fans dari Real Zaragoza.

Terlepas dari semua itu, keadaan Boixos Nois semacam dilema. Keberadaan mereka sejalan dengan kebebasan hak asasi, namun beberapa menolak dengan alasan Camp Nou bukanlah tempat bagi beberapa orang yang terlalu mabuk sehingga melontarkan kata-kata kasar didepan anak kecil. Namun kekerasan hooliganisme Inggris bisa dibilang lebih parah dibanding di Spanyol. Di Spanyol, Ultras (fans die-hard) lebih condong ke ideologi, sedangkan di Inggris lebih ke sentimen kedaerahan. Kamu tidak bisa memasuki stadium Anfield dengan aksen khas Manchester tanpa mendapat pukulan.

Bagi saya, sikap Boixos Nois sangat bertentangan karena cules Indonesia tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan kemerdekaan Katalan pun pemerintah Indonesia sejauh ini hanya mengakui negara Spanyol. Sangat disayangkan jika kita mengorbankan nyawa demi sesuatu yang bukan menjadi perjuangan kemerdekaan kita. Bukankah akan itu akan menjadi bahan tertawaan masyarakat Katalan sendiri?

Mendukung FC Barcelona dengan nobar sebagai salah satu wujud dari kecintaan kita terhadap Barcelona. Untuk diketahui bersama, fans Barcelona menaruh respect terhadap fans di Asia karena fans Asia rela begadang demi Barcelona dan fasih menyanyikan chant del Barca serta termasuk loyal dalam membeli merchandise yang akan berefek terhadap neraca finansial klub sehingga dapat mendatangkan benyak pemain hebat dan membayar gaji Messi.



PRIMER EL BARCA!