Mempertanyakan Validasi Luis Enrique

FC Barcelona mengumumkan jika musim depan akan dilatih oleh Luis Enrique yang sebelumnya memperkuat Celta Vigo. Bukan suatu kejutan, karena beberapa pekan sebelum keputusan tersebut keluar, Luis Enrique memang santer diberitakan akan menjadi pelatih baru Barca setelah adanya pertemuan antara Andoni Zubizarreta di kediaman Enrique. 

Mantan pemain Sporting Gijon, Real Madrid, dan FC Barcelona ini bukanlah nama baru bagi Barcelona. Selain pernah menjadi pemain di Barca selama delapan tahun, Enrique pun memulai karir kepelatihannya di tim cadangan Barca B, menggantikan Josep Guardiola yang promosi melatih tim utama.

Karir kepelatihan Enrique cukup beragam. Sejak menangani Barca B di awal musim 2008/09 hingga 2010/11, pelatih berusia 44 tahun ini membawa tim reserve Barcelona promosi ke Liga Adelante dari sebelumnya berada di Segunda B Division atau yang biasa disebut Divisi Dua B di akhir musim 2009/10. Akan tetapi Enrique memilih hengkang dari Barca B di akhir musim 2010/11. Padahal raihan tim Barca B di musim tersebut cukup apik, dengan meraih zona playoffs ke Primera Division. Tentu saja, karena tim utama Barcelona berada di Primera Division, maka tim Barca B tidak bisa mengikuti playoffs dan promosi ke divisi teratas Liga Spanyol.

Penunjukan Luis Enrique mendapat dukungan dari suporter FC Barcelona karena dianggap lebih tahu dan kenal dengan kultur FC Barcelona, dibanding Gerardo Martino. Pengetahuan Enrique mengenai suasana ruang ganti Barcelona sedikit banyak bisa membantu dirinya meraih hati para pemain. Berbeda dengan Martino yang dikabarkan tidak bisa mencuri hati para pemain karena berasal dari luar keluarga besar FC Barcelona dan bukan orang Spanyol. 

Akan tetapi, apa sebenarnya yang bisa ditawarkan oleh Luis Enrique kepada FC Barcelona di musim mendatang? Apakah dirinya bisa membawa kembali blaugrana ke kejayaan di era Josep Guardiola? 

Bisa dianggap terlalu cepat berasumsi jika kesuksesan LE21 di Barca B pada musim 2009/10 dan 2010/11 kembali diulang di tim utama pada musim 2014/15. Mengharapkan keajaiban dari Luis Enrique adalah sama seperti mengharapkan tuah Neymar Jr di awal musim 2013/14, yang kemudian berakhir minim gelar major. Sebuah harapan yang berdasarkan kepada angan-angan invalid. Sebuah logical fallacy! 

Suatu yang pasti adalah kedekatan beberapa pemain muda FC Barcelona kepada Luis Enrique. Sebut saja Marc Bartra, Jonathan Dos Santos, Oier Olazabal, Rafinha, Cristian Tello, Gerard Deulofeu, dan Martin Montoya karena pernah berada dibawah kendali Luis Enrique di tim Barca B musim 2009/10 dan 2010/11. Sedangkan di tim senior, Xavi dan Iniesta adalah dua pemain yang pernah bermain bersama LE21 di tim utama. Victor Valdes dan Carles Puyol pun pernah bermain dalam satu tim, namun kedua pemain ini dipastikan tidak akan memperkuat skuat Barca musim 2014/15. 

Apakah kedekatan LE21 dengan mantan pemain junior akan berimbas banyak? Terlalu cepat jika menjawab sekarang. Namun setidaknya Luis Enrique faham karakter mereka, sebagaimana Enrique menarik Rafinha, Nolito, dan Andreu Fontas dari Barcelona ke Celta Vigo di awal musim 2013/14. 

Bagaimana dengan penerapan strategi LE21 di Barcelona nanti? Jujur, saya enggan berkata banyak soal ini karena seorang pelatih biasanya akan beradaptasi secara taktik dengan skuat yang tersedia dan kebutuhan untuk berevolusi dari tubuh Barcelona. Namun secara garis besar, LE21 menerapkan permainan dari kaki ke kaki, penguasaan bola yang tinggi serta permainan non-aggresive yang hampir mirip dengan FC Barcelona. 

Kali ini kita berandai-andai dulu untuk beberapa saat. Jika Enrique memainkan permainan yang serupa dengan Guardiola, apakah akan menjadi solusi? Apakah taktik tiki-taka akan kembali ampuh, sementara banyak pihak yang beropini jika tiki-taka sudah menemui obat penawarnya? 

Gerardo Martino yang ilmu kepelatihannya lebih tinggi (berdasarkan pengalaman melatih) dibanding LE21 pun mencoba memberi variasi kepada Barcelona dan gagal. Padahal Martino sadar jika strategi default Barca sudah tidak ampuh lagi. 

Jika berkaca kepada kegagalan Martino, bisa ditarik kesimpulan bahwa kegagalan Martino lebih dikarenakan skuat yang tidak kompeten untuk menanggung perubahan yang dibawa Martino. Ide evolusi yang digagas Martino seakan berantakan karena kekeras-kepalaan direksi yang tidak mendukung Martino dengan pembelian pemain yang sesuai strategi Martino.

Dari sini, bisa diambil tiga buah opsi untuk LE: tetap memainkan permainan era Guardiola, sedikit mengubah skema atau 100 persen mengubah permainan Barca. Ada kelebihan dan kekurangan dari setiap opsi yang muncul tersebut. Akan menjadi kejutan yang luar biasa andai Enrique memilih opsi terakhir dengan menerapkan, sebut saja, permainan kick and rush ala Inggris atau blitzkreig ala Real Madrid. 

Bagi saya pribadi, tidak penting apa strategi yang diterapkan Luis Enrique sepanjang direksi mendukung 100 persen dengan mengabulkan pembelian pemain yang tepat dan efisien. Anggapan ini muncul berdasarkan pemikiran jika setiap pelatih memiliki metoda tersendiri dan tujuannya adalah menjadi juara. Tata Martino pernah memiliki ide tersendiri dengan tujuan menjadi juara, namun berantakan karena direksi yang terkesan tidak peduli. Akan kah nasib Luis Enrique Martinez Garcia akan serupa dengan Gerardo Martino? Time will tell.




PRIMER EL BARCA! 

3 komentar:

  1. Hanya berdo'a semoga LE21 mendapat dukungan direksi seperti yang di dapat Pep di Era Laporta.

    BalasHapus
  2. Ga bisa berharap banyak selama board Fc Barcelona masih dipegang sama yg skrg.

    BalasHapus
  3. Kang Rocky Marvin : Artikel nya mana lagi..kangen ulasan nya kang.

    BalasHapus