JOSEP GUARDIOLA; FCB TO FCBM

Hal yang sangat mengejutkan terjadi di bursa transfer January ini. No, bukan twitwar antara Joey Barton vs Didi Hamamn kemarin yang di balas dengan sindiran Hamman dengan kata "penjara". Tetapi pengumuman dari almamater akademi Didi Hamman yang cukup mengejutkan dunia. Bayern Munich resmi merilis berita jika pelatih musim depan mereka adalah Josep Guardiola i Sala, menggantikan Jupp Heynckes yang sudah berusia 66 tahun dan berencana pensiun ketika kontraknya habis pada tanggal 30 Juni 2013 nanti. Berita yang cukup menhebohkan, terutama bagi para pemerhati sepakbola dan khususnya cules yang masih terlibat romantisme dengan Pep. Wajar.

Sebetulnya isu mengenai Pep dikontrak oleh Bayern sudah ada sejak Desember lalu. Kala itu agen Pep, Josep Maria Orobitg ketahuan sedang berada di Jerman oleh wartawan media Jerman, Bild. Dan pengelakan pun terjadi. Memang, beragam isu berkembang mengenai klub Pep berikutnya. Pelatih AS Roma, Zdenek Zeman pun berkata jika direksi AS Roma sudah berbicara dengan Pep pada bulan Oktober lalu. Pun rumor yang mengkaitkan Pep ke Manchester City, Chelsea, Paris Saint Germain dan Manchester United. Semua itu sekarang menjadi cerita masa lalu.

Untuk mengetahui alasan kenapa Pep memilih Bayern, kita harus melihat terlebih dahulu kala Pep masih di Fc Barcelona. Kenapa? Karena setiap orang memiliki pola berulang di dalam hidupnya. Semacam motif atau kebiasaan/habit. So, apa persamaan Bayern Munchen dengan Fc Barcelona? Apakah dari segi gaji yang menarik Pep untuk melatih Fc Hollywood?

Semua orang sudah tahu jika Fc Barcelona memiliki akademi yang bagus di Eropa. Akademi bagi klub sepakbola adalah semacam nyawa. Sebuah klub tidak akan bisa bertahan -atau tidak bisa bersaing- dengan klub lainnya di era sepakbola modern seperti sekarang jika hanya mengandalkan pembelian pemain. Pembinaan pemain mutlak dilakukan oleh klub-klub. Contoh yang konkret adalah Fc Barcelona, Manchester United, Ajax Amsterdam dan klub lainnya. Bahkan Manchester City pun sekarang fokus dalam pembinaan pemain muda agar tidak tergantung lagi dengan kucuran dana berlimpah dari Syeikh Mansoor.

Pemain akademi tidak menjamin bisa bermain bagus di klub induk. Sama seperti La Masia, yang hanya bisa mendukung tim utama sebesar 10% dari total lulusannya. Entah karena pemain tersebut kurang bersinar atau persaingan di tim utama begitu ketat bagi youngster. Pun pemain akademi tidak bisa langsung dipakai jika sang pelatih tim utama memiliki beda filosofi dengan akademi tersebut. Bisa dibayangkan jika pelatih asal Ingriss yang notabene hafal bermain kick and rush melatih Fc Barcelona? Memang pemain La Masia bisa mengikuti filosofi kick and rush, tapi tidak akan maksimal karena La Masia memiliki filosofi yang unik.

Jika melihat ke hal tersebut, sepertinya salah satu alasan Pep memilih Bayern Munich adalah akademi. Bayern Munich adalah salah satu klub yang memiliki akademi yang baik. Pemain seperti Philip Lahm, Owen Hargreaves, Schweinsteiger, Sammy Kuffour, Toni Kroos, Michael Rensing dan lainnya, adalah lulusan terbaik dari akademi Bayern Munich. Akademi Bayern Munich hampir memiliki persamaan dengan La Masia, yaitu penggunaan satu formasi semenjak dari tim junior, hingga tim senior.

Akademi Bayern Munich

Pep adalah lulusan akademi Fc Barcelona, melatih tim utama Fc Barcelona yang diisi pemain-pemain lulusan akademi, dan tahu benar peran vital akademi bagi kelangsungan klub. Saya yakin Pep melihat contoh dari Real Madrid yang jarang memasukan pemain lulusan akademi dan hancur. Kata hancur di sini bukan berarti berantakan, namun dari segi finansial, mental dan prestasi. Bahkan madridista seperti Guti Hernandez pernah mengkritik kebijakan Real Madrid yang sekarang karena kurangnya pemain muda diberi kesempatan masuk tim utama.

So Pep akan menerapkan tiki-taka seperti Fc Barcelona dulu? Belum tentu. Bayern memiliki ciri khas permainan sendiri dan formasi paten 4-4-2 diamond. Para pemain yang sudah ada sekarang tentu lebih faham filosofi Bayern, dibanding filosofi Fc Barcelona. Pun kendala akan timbul dari para pemain akademi karena mereka harus mempelajari hal yang baru. Akan hampir mustahil jika akademi Bayern merubah semua kurikulumnya karena berdasarkan Pep. Sama seperti La Masia yang tidak mungkin merubah filosofinya, meskipun pelatih utama memintanya.

Pep pun tidak bodoh. Dia tahu jika klub pertamanya di luar Barcelona adalah semacam ujian baginya. Mata dunia tentu saja akan fokus ke performa Bayern Munich dan menantikan sentuhan tangan Midas ala Pep. Maka dari itu, Pep akan sedikit berimprovisasi terhadap filosofi Bayern agar bisa maksimal. Entah jika improv tersebut seperti tiki-taka atau total football. Saya bukan Tuhan jadi saya tidak bisa meramalkan. :D

Sebetulnya, salah besar jika Pep fokus kepada gaji yang ditawarkan. Saya yakin klub-klub seperti Manchester City, Paris Saint Germain, AC Milan atau Chelsea menawarkan gaji -jika memang seperti itu- yang sangat fantastis. Tapi balik lagi, buat apa uang yang banyak jika nama baik tercoreng? Bukan kah nama baik itu sangat mahal harganya? Bahkan nama baik itu tidak bisa dibeli oleh uang, namun oleh kepercayaan dan waktu. No sir, Pep tidak sebodoh itu. Dan saya pun yakin Pep tidak asal sembarang menerima pinangan Bayern. Pep adalah orang yang memikirkan hal-hal mendetail.

Secara finansial, klub-klub Bundesliga memiliki kestabilan neraca ekonomi. Tidak mencolok memang, tetapi ada dan konstan. Bayern adalah salah satunya. Kestabilan finansial sangat penting bagi sebuah klub. Bisa dilihat Arsenal yang puasa gelar, namun Arsene Wenger tidak dipecat sampai sekarang? Karena prestasi sebuah klub tidak hanya diukur berdasarkan raihan piala, namun jika hasil positif neraca keuangan karena itu akan berdampak pada salary, outcome dan maintenance klub. Kasar kata, tidak apa juara yang penting gaji para peman dan staff terbayarkan. Ya kurang lebih seperti itu lah. :D

Persamaan Fc Barcelona dan Bayern Munich lainnya adalah tradisi pemain legenda berperan di klub. Ini mengingatkan kita pada Johan Cruyff di Fc Barcelona. Semua orang mungkin sudah tahu jika Cruyff berperan cukup besar bagi Pep. Penghilangan gelar presiden kehormatan Cruyff oleh Rosell, sedikit-banyak berimbas pada Pep. Logikanya bagaimana mungkin Pep tidak memihak Cruyff, orang yang mempercayai Pep, melihat bakat sepakbola Pep, menjadikan Pep sentral di tubuh Fc Barcelona di era The Dream Team, serta membela Pep kala hasil buruk di awal-awal karirnya di Fc Barcelona? Gelar presiden kehormatan itu bukan untuk mencampuri kebijakan klub atau pelatih. Namun sebagai penasihat semata. Dan itu tandanya sang klub menghargai jasa pemain masa lalunya. Bukankah negara yang besar adalah negara yang menghargai jasa-jasa pahlawannya? Dalam hal ini, klub yang besar dalah klub yang bisa menghargai jasa-jasa mantan pemain legenda.

Dulu Bayern Munich mendapat julukan Fc Hollywood karena egoisme dan gosip para pemain, layaknya artis Hollywood. Namun sekarang Bayern telah berubah. Akademi, finansial yang seimbang, membangun brand klub, filosofi klub yang bagus (mes que un club = mia san mia/we are is who we are) dan memiliki hubungan yang baik dengan fans, hampir mirip dengan Fc Barcelona. Mungkin Pep orang yang terjebak dalam romantisme. Akan tetapi, romantisme terhadap nilai positif sepakbola. Bukan romantisme menghambur-hamburkan uang di bursa transfer dan menyulut kontroversi di media massa.

Beragam ucapan dilontarkan para pemain Fc Barcelona terhadap mantan pelatihnya tersebut. Bahkan ucapan-ucapan tersebut di tampilkan di website Fc Barcelona. Itu sangat jarang dilakukan. Namun doa agar mendapatkan yang terbaik dari para pemain, staff dan cules Fc Barcelona bagi sang legenda, tidak menurunkan nilai harga diri, atau pun menurunkan intensitas pertandingan jika kedua klub bertemu.

Gracies y bona sort Pep!! 






PRIMER EL BARCA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar