REVIEW: THE REAL FCB VS FCB

Sebelum menulis mengenai review pertandingan Bayern Munich vs Fc Barcelona, saya ingin turut bersedih kepada cules di seluruh jagad raya atas kekalahan 4-0. Menyakitkan memang. Namun itu lah sepakbola. Get used to it, okay.


12 jam sebelum kick-off, saya berbincang-bincang dengan seorang sahabat mengenai kemungkinan pertandingan antara Bayern Munchen vs Fc Barcelona nanti. Ketika sudah pada pokok bahasan kemungkinan menang, saya hanya menjawab "Realistis saja lah". Sahabat saya pun heran dengan ucapan saya "Kenapa harus pesimis? Barca bisa koq mengalahkan Munchen". "Well memang. Tapi trend Bayern sedang bagus akhir-akhir ini dan saya melihat performa Barca setelah Helbruary malah makin tidak karuan. Itu yang membuat saya realistis, bukan pesimis".

Tidak perlu membandingkan kompetitas Barca di La Liga dengan di Liga Champion. Barca di liga seakan tidak menemui lawan yang sepadan. Berbeda jika di Liga Champion. Wajar juga, karena La Liga diisi oleh klub-klub yang para pemainnya masih memikirkan apakah dirinya akan digaji oleh klub atau tidak, sedangkan Liga Champion diisi para pemain yang sudah bisa fokus kepada pertandingan. Perbedaan mental ini yang membuat kedua kompetisi ini terasa berbeda. Dan memang jelas berbeda, karena Liga Champion adalah kompetisi bagi para juara di liga masing-masing peserta dan wajib untuk memiliki keuangan yang bagus.

Wait, Barca superior di La Liga? Errr.. Betul kah? Setahu saya beberapa Barca menemui hambatan yang sulit di liga. Ada yang bilang karena faktor Messi, namun enggan disebut ketergantungan kepada Messi. Ada yang bilang "Akhirnya menang juga kan?", tapi menafikan lubang yang ada di dalam skuad dan strategi Barca. Lalu akhirnya datang kekalahan 4-0 oleh Bayern Munchen. Surprise?

Mari kita lihat perjalanan Barca ketika melawan tim-tim besar. Melawan Real Madrid di Copa, kalah. Melawan AC Milan kalah di leg 1 dan menang di leg 2. Melawan Paris Saint Germain draw dan hanya lolos karena gol tandang. Kemudian kalah 4-0 melawan Bayern Munchen. Bisa ditarik kesimpulan kan?
Yes. Barca seakan kesulitan ketika melawan tim yang sepadan dengan dirinya. Ada yang unik di pertandingan leg kedua melawan AC Milan ketika Jordi Roura hanya diam di bench, berbeda dengan di leg pertama yang terkesan "absurd" dengan menurunkan pemain yang entah apa gunanya. Bisa dibilang Barca merubah tekanan untuk menang menjadi permainan atraktif, namun konversi tekanan tersebut menguap kala di liga dan melawan PSG.

Mengenai pertandingan tadi, mari kita bahas sekarang.

Sebelum kick-off, saya membaca sebuah artikel jika alasan Pep Guardiola memilih Bayern Munchen itu karena memiliki persamaan cara bermain dengan Fc Barcelona. Bahkan di artikel itu ditulis jika Bayern akan mengalahkan Barca dengan permainan yang diciptakan oleh Barca sendiri. Bukan maksud Pep memberi kisi-kisi cara mengalahkan Barca. Mustahil Pep berbuat seperti itu karena Pep sangat mencintai Barca melebihi siapapun. Kasar kata, Bayern Munchen memang memiliki embrio yang sama dengan Fc Barcelona yang diciptakan oleh Louis van Gaal. Dan dipertandingan tadi saya melihat dengan jelas.

Bayern Munchen menerapkan strategi Barca di era Pep dengan pressure yang ketat, disiplin yang tinggi, meski bermain dengan defensive line yang relatif middle jika dibandingkan dengan Barca. Ketika para pemain Bayern kehilangan bola, mereka langsung disiplin mundur dan menekan Barca. Akibatnya beberapa kali Barca salah melakukan passing.
Mengenai kedisiplinan Bayern ini, banyak yang bilang Bayern bermain parkir bus. Well, bagi saya tidak tuh. Jika memang Bayern bermain parkir bus, maka hanya akan ada 1 pemain di depan.

Saya melihat Barca bermain terlalu deep sehingga ketika mendapatkan bola, terkesan terlambat untuk membangun serangan karena para pemain Bayern sudah berada diposisi bertahan dan melakukan pressure. Peran Messi seakan menguap begitu saja. Bahkan saya curiga Messi melakukan apa yang Cesc lakukan beberapa pertandingan lalu. Selain itu, terlihat pula jika Messi dipaksakan bermain agar bisa mengangkat moral para pemain, sama seperti di pertandingan leg kedua melawan PSG.

Kenapa Barca bermain deep? Karena para pemain Bayern sukses menekan Barca hingga kebelakang. Pedro dan Alexis bahkan sampai jauh mundur dari posisi seharusnya. Winger Bayern memang terkenal berbahaya dan pada pertandingan tadi terbukti semua omongan tersebut.
Defensive line Barca yang biasanya tinggi, dipertandingan tadi tidak terlihat. Malahan ya itu, terlalu deep. Kurangnya pressure pun memiliki andil dalam kekalahan Barca. Saya melihat Barca di era Tito memang sengaja menghilangkan tekanan ketika kehilangan bola sejak awal musim 2012/13. Sebaliknya, Bayern bermain seperti itu dengan tambahan serangan balik yang tajam.

Ah, terlalu naif dan mengada-ada jika menyalahkan wasit atas kekalahan ini. Gerard Pique melakukan 2 kali handsball, Alexis pun sama. Barca bermain buruk dan Bayern memanfaatkan kelebihan fisik untuk attacking set-piece yang berbuah gol. Titik.

Jika berbicara siapa yang harus dibeli untuk musim depan. Mungkin saya tidak akan berkata Barca membutuhkan CB, namun harus mencari defending coach yang baru. Penyakit Barca adalah defending set piece. Harusnya hal ini menjadi perhatian utama, daripada menghambur-hamburkan pemain mahal yang belum tentu bisa beradaptasi. Setahu saya, alasan Valdes enggan memperpanjang kontraknya adalah karena faktor tekanan dan goalkeeping coach. Lupakan beli striker dan CB yang baru. Tapi kontraklah attacking coach dan defending coach yang bagus.

Anyway, ini adalah sepakbola. Kalah dan menang sudah biasa. Tim yang terbaik akan selalu menang dan kali ini Bayern Munchen memang bermain lebih baik dari Barca. Malahan, Bayern mengalahkan Barca menggunakan strategi yang biasa dipermainkan oleh Barca. Kekalahan ini harusnya menjadi cambuk untuk musim depan karena sangatlah sulit untuk remontada di leg kedua nanti. Realistis, bukan pesimis. :)




PRIMER EL BARCA!

1 komentar: