REVIEW; PERTARUNGAN DUA SAUDARA

Seperti yang sudah pernah saya tulis dalam sebuah kalimat di artikel yang lalu, Diego Simeone, Pep Guardiola dan Tata Martino adalah penganut falsafah Marcelo Bielsa. Bisa terlihat jelas oleh mata awam benang merah antara para pelatih tadi dan pertemuan antara penganut ide tersebut akan selalu menarik serta jauh dari kata monoton. Hal ini terbukti dari setiap kali Barca bertanding melawan Atletico Madrid-nya Diego Simeone atau Atletic Bilbao-nya Marcelo Bielsa.

Pada pertandingan leg satu antara Atleti melawan Barca, opini diatas tadi memang terbukti. Pertandingan tadi pun menjadi semacam bukti jika La Liga adalah liga yang sama kompetitif dengan liga lainnya. Terlalu naif andai melambungkan opini jika La Liga adalah Real Madrid dan FC Barcelona saja. Sangat sangat naif.

Secara skema permainan, Atletico memegang ide 4-4-2 dan Barca memakai 4-3-3 dengan sama-sama memperagakan high pressure. Siapakah yang lebih efektif permainannya? Andai saya boleh bebas berbicara, maka saya akan mengatakan jika permainan Atletico Madrid lebih efektif dan rapih.

Skema 4-4-2 Atletico Madrid seakan sempurna karena Atletico bermain counter cepat kepada 2 striker didepan. Juanfran yang berada di kiri bisa meredam pergerakan Pedro yang bermain lebih maju didepan dibanding Lionel Messi dan Alexis. Kali ini Pedro bermain sebagai winger di kiri, bukan inside forward. Tata bermaksud menarik barisan pertahanan lawan karena lini belakang Atleti penuh sesak dengan barisan pemain bertahan dan pemain tengah. Jika Pedro bermain inside forward, maka secara logika Alba akan lebih naik keatas, seakan menjadi wide midfielder.

Kontribusi Pedro bisa dibilang gagal karena lini tengah Barca seakan kebingungan dengan banyaknya pemain Atletico yang bermain pressing-pressing tinggi. Iniesta seperti kebingungan hendak dipassing kemana bola dan Xavi tidak bisa menjaga ritme permainan, seperti yang biasa dilakukannya. Iniesta kerap memperlambat laju bola layaknya dia belum faham benar keinginan Tata. Kala Cesc masuk menggantikan Messi di babak kedua, permainan Barca kian menemukan alurnya.

Memang, dengan masuknya Cesc menggantikan Lionel Messi, permainan Barca agak berubah. Passing-passing vertikel lebih terlihat, dibanding babak pertama yang masih banyak memutar-mutar bola sehingga bisa dengan mudah di intercept lawan.

Banyak nada protes kala Messi digantikan oleh Cesc. Saya akui, Messi adalah ikon Barca sehingga dirinya seakan layak untuk selalu bermain bagi Barca, meski dirinya sedang dilanda keletihan atau off perform. Apakah Messi off perform di pertandingan tadi? Bisa jadi. Kontribusi Messi tidak terlihat maksimal, tidak seperti biasanya. Ada yang berkata jika Messi sulit mengembangkan permainan karena terlalu banyak pemain Atleti yang menjaganya. Ya namanya juga pemain top. Pasti akan bernasib seperti itu.
Dalam berita yang dirilis @Barcastuff, Messi dikatakan mengalami sedikit cidera dan akan menjalani pemeriksaan esok hari.


Saya Bukan Picasso, Agak Berantakan Dikit. :p

Dengan masuknya Cesc, Tata seakan ingin menumpuk pemain tengah dan menarik para pemain Atletico untuk bermain terbuka. Hasilnya adalah Neymar yang tidak terjaga dan berbuah gol. Sekedar membagi info, ide menumpuk pemain tengah pernah dipraktekan oleh Pep di musim 2011/12.

Tata Martino patut mendapat acungan jempol karena ini adalah kali ketiga Messi digantikan. Siapapun akan beranggapan jika Messi adalah sosok vital dan tidak tergantikan di Barca. Memang begitu adanya. Namun Tata berani mengganti Messi demi kelancaran strateginya. Sebetulnya ini bisa menjadi blunder, akan tetapi Tata berani mengambil keputusan itu. Kepercayaan diri Tata sangat penting untuk sedikit mengikis Messi-isme di Barca. Ide gila Tata itu masih belum teruji memang. Tapi dari konfrensi pers Tata yang menyayangkan kepergian Villa seakan menjawab pertanyaan jika Barca membutuhkan striker mumpuni dan kemungkinan besar Messi di musim ini akan selalu dirotasi. Anggap saja Tata memikirkan Plan B atau rencana cadangan andai mengalami kebuntuan, tidak seperti pelatih-pelatih sebelumnya.

Overall, pergerakan pemain Barca kali ini agak berbeda dari pertandingan melawan Levante kemarin. Hanya pergerakan Alexis yang cutting inside, sama seperti kemarin. Alves bermain sebagai winger touchline, padahal sebelumnya Alves lebih sering cutting inside. Andai Adriano tidak terkena akumulasi kartu, maka Pedro akan menjadi inside forward. Sosok Adriano penting untuk membangun serangan dari kiri lapangan.

Meski Barca memegang ball possession, Atletico Madrid lebih efektif dalam menyerang karena total shot on goals sebanyak 9 kali, sedangkan Barca hanya 8 kali. Beda 1 sih memang, karena disiplinnya para pemain Atletico. Bagi saya, Barca belum sempurna menerapkan permainan yang mengutamakan kekompakan tim jika kita melihat kans yang dimiliki Atletico. Seharusnya, dengan permainan pressing-pressing ketat yang diinstrusikan Tata bisa mencegah penetrasi ke area 16 yard. Santai saja lah. Masih banyak waktu untuk memperbaiki hal ini.

Permainan memang menjurus ke kasar memang. Ini yang akan kita lihat jika kedua tim memainkan pressing ketat. Setidaknya ada 6 kartu kuning yang harus dikeluarkan oleh wasit. Agak melegakan, karena sebuah kartu merah tentu saja akan merubah jalannya pertandingan.

Menurut opini saya yang sotoy, Xavi harus berevolusi dari pemain yang selalu mengendalikan kontrol, menjadi pemain yang selalu melakukan direct passing langsung. Tipe pemain yang seperti ini ada di diri Cesc Fabregas. Mungkin hanya masalah kebiasaan semata. Sudah menjadi rahasia umum jika Xavi dan Iniesta adalah figur penting dalam tiki-taka Pep Guardiola. Dan ketika Tata memberi sebuah ide yang berbeda, keduanya masih canggung. Nanti mereka akan terbiasa koq. Someday.

Jika kita mengingat kembali gol dan perayaan gol David Villa, kita akan melihat adanya semacam pembuktian diri Villa yang "dibuang" oleh Barca. Heck, Villa memang pemain yang bagus koq. Dirinya hanya kurang nyaman berada di kiri kala masih berseragan azulgrana. Opsi bagi Pep kala itu adalah menjadikan Villa di kiri bersebelahan dengan Messi yang berada di tengah. Messi menjadi fantastis, sedangkan Villa seakan meredup. Tidak ada pilihan lain bagi Pep untuk menempatkan Villa di kiri, daripada kehilangan sentuhan ajaib Messi.

Meski Villa mencetak sebuah gol ke gawang Valdes, kita seharusnya tetap menaruh rasa hormat kepada Villa atau semua mantan pemain Barca. Sejelek apa pun seorang mantan pemain Barca, dirinya masih menjadi bagian dari Barca Family hingga saat ini.




PRIMER EL BARCA!


1 komentar: