TIKI-TAKA ATAU TIKI-TATA?

3 pertandingan persahabatan di awal musim 2013/14 dengan Jordi Roura sebagai pelatih caretaker. Hasilnya diluar harapan. Namun sebagaimana umumnya, pertandingan pra-musim bukanlah sebagai tolak ukur keberhasilan sebuah skuad. Apalagi pertandingan-pertandingan awal pra-musim lebih menitik-beratkan kepada pemulihan kondisi pemain. Setelah kondisi pemain sudah kembali normal, maka biasanya pelatih akan memasukan strategi untuk musim yang akan digulirkan.

Pada pertandingan Trofeo Joan Gamper kemarin (02 Agustus 2013 waktu Spanyol), Tata Martino memulai debutnya sebagai pelatih kepala. Datang sebagai pelatih yang kurang familiar di telinga penikmat sepakbola Eropa, terutama La Liga, beban Tata untuk menunjukan kelasnya cukup tinggi. Wajar. Selain karena faktor legenda Pep yang mentorehkan sejarah yang manis, pun peran Tata cukup vital bagi Sandro Rosell yang ingin keluar dari bayang-bayang kesuksesan legacy Laporta/Cruyff di dalam lapangan dan luar lapangan. 

Jika kita mengingat strategi yang pernah dibawa oleh Pep, maka strategi Tata pun tidak beda jauh. Hal ini bisa terjadi karena Tata dan Pep sama-sama menganut faham Marcelo Bielsa. Untuk lebih mengerti soal ini, silahkan buka link

Tidak heran jika kemudian di pertandingan Trofeo Joan Gamper kemarin, banyak pihak yang berkata jika tiki-taka kembali diterapkan oleh Tata. Apakah betul begitu? 

Memang betul, dipertandingan melawan Santos tersebut terlihat bagaimana para pemain recover bola ketika kehilangan dan cepat turun mundur untuk membentuk barisan pertahanan. Pun passing-passing pendek yang memanjakan mata sering terjadi. Bagi saya pribadi, pertandingan tadi malam bagai simfoni yang berujung orgasme. Indah! 




Di 3 pertandingan sebelumnya, Barca seakan tidak bisa mendikte tempo permainan. Hal ini bisa terjadi entah karena ide Roura atau tidak adanya Xavi, Busquets dan Iniesta yang absen. Namun dengan kembalinya Xavi, Iniesta dan Busi, terlihat dengan jelas jika Barca kembali memainkan tempo permainan. Bisa jadi hal ini bisa tercipta karena perbedaan kualitas antara kedua klub. Meski begitu, tempo permainan, passing pendek dan pressure yang dimainkan oleh Barca cukup melegakan dan melambungkan optimisme di liga dan Liga Champion Eropa nanti. 

Secara keseluruhan, saya melihat Tata belum memasukan ide filosofi dirinya. Entah memang belum, atau memang terlalu tipis perbedaan ide Tata dan ide Pep. Perhaps Tata thinks about "Don't fix what's not broken"?

Namun yang unik adalah dimainkannya Dongou yang bermain sebagai center forward. Pemain yang berasal dari Kamerun ini bisa menjadi opsi penyerangan lainnya, yang tidak bertumpu pada Lionel Messi. Sekilas saya seperti melihat Samuel Eto'o! 

Neymar? Well, ketika akhirnya Neymar bermain di babak kedua untuk memulai debutnya di Camp Nou, saya merasa Neymar datang ke Barcelona bukan sebagai tumpuan Barca, namun sebagai penyupply bola ke Messi. Agak aneh sih sebetulnya melihat Neymar menjadi passer, padahal sebelumnya di Santos Neymar menjadi tumpuan skuad. 
Mungkin Neymar akan ber-evolusi, sama seperti David Villa. Akan tetapi sejarah Barca membuktikan bahwa pemain yang menjadi ujung tombak di klub sebelumnya dan bermain di winger kala bermain di Barca, sulit untuk meraih kesuksesan. Apakah Neymar bisa menekan ego-nya untuk menjadi "pelayan" Messi? Pertanyaan ini lah yang menjadi opini Johan Cruyff kala opa Cruyff berkata bahwa Neymar dan Messi tidak bisa bermain dalam 1 tim. Apakah opini pemain yang merevolusi Barca tersebut salah? Time will tell. 

Beberapa kali David Moyes mengutarakan niatnya untuk memboyong Cesc Fabregas. Tidak tanggung-tanggung, pasukan The Red Devil tersebut menawar 40 juta euro untuk jasa Cesc. Sebuah nilai yang besar bagi Barca, yang selama ini kerap menjual murah pemainnya. 

Akan tetapi Cesc sendiri enggan untuk kembali ke BPL. Cesc seakan tahu jika dengan seiring menuanya Xavi, dirinya akan mendapat porsi bermain yang lebih dibawah asuhan Tata. Logika ini bisa tercipta karena strategi Tata yang "ekstrim" menguras tenaga sehingga membutuh rotasi pemain. Pun kemudian Tata berkata jika Cesc tidak akan dijual dengan harga berapa pun. Bagi saya, keputusan Tata adalah tindakan tepat secara strategi dan finansial. 

Mengenai penjualan pemain, Tata seakan menstop penjualan pemain Barca. Jona yang diisukan akan dipinjamkan ke Real Sociedad pun batal setelah Tata mengkonfirmasi jika Jona akan stay di Barca. Wacana untuk menggunakan 22 pemain yang pernah dicanangkan oleh Tito agar bisa menekan gaji, seakan tidak bisa terwujud karena pentingnya rotasi jika Rosell ingin mencapai titel juara. 

Ada yang menarik di pertandingan melawan Santos kali ini. Pertama adalah penggunaan font khusus yang di desain oleh Anna Vives. Nantinya jersey dengan font khusus ini akan dilelang di Ebay dan seluruh uang hasil penjualannya akan disumbangkan ke yayasan down-syndrome. Kedua, hasil penjualan tiket di Camp Nou akan diberikan kepada Santos terkait salah satu klausul Neymar. Ketiga adalah penghormatan kepada salah satu legenda Fc Barcelona yang minggu ini wafat, Antoni Ramallets. Selain diadakan mengheningkan cipta bersama, pun Valdes dan Pinto memakai nama Ramallets di jersey mereka untuk menghargai jasa-jasa pemain yang dijuluki Kucing Maracana. 




Anyway, saya belum bisa melihat ide strategi Tata yang sebenarnya di match melawan Santos kemarin. Mungkin saya salah. Akan tetapi rasa penasaran dan kegugupan ini membuat saya tidak sabar untuk menyaksikan pertandingan Barca. Rasa antusiasme yang tinggi, namun sebisa mungkin menekan rasa ekspektasi agar tidak berlebihan. Sulit memang. Namun janji Tata untuk memenangkan lebih dari satu piala di akhir musim sepertinya membuat hidup kembali bergairah. 



PRIMER EL BARCA! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar