PENYAKIT YANG TAK KUNJUNG SEMBUH

Entah harus bahagia atau sedih. Gebetan kagak ada nyaut kodenya, Newcastle kalah di derby Tyne-Wear daaaaaaaann..... FC Barcelona kalah oleh Valencia CF. Betul hari yang kurang baik sepertinya. Padahal semua fakta dan kemungkinan mendukung untuk membuat hari Sabtu ini indah. Tapi emang dasarnya nasib, ya mau gimana lagi? Apes. Hufft 


Mungkin banyak yang bilang jika FC Barcelona terkena jinx atau kutukan yang selalu mendera pada Februari, yang disebut Helbruari. Well, kalian tidak usah tahu asal muasal kata tersebut. Cukup googling kata Alexandre Helb dan lihat masa kala pemain asal Belarusia kepada FC Barcelona. 

Dalam kamus besar cules, Helbruary adalah dimana performa tim menurun di paruh kedua musim kompetisi. Dan memang, pada Februari biasanya terjadi kejutan yang tidak diinginkan. Kalah dan tersingkir pada Liga Champions, kalah dalam pertandingan penting di La Liga, tersingkir dalam Copa del Rey atau bahkan kalah dalam el clasico. 

Pada Februari 2014 ini, FC Barcelona harus menerima kekalahan pertama di 2014 dari Valencia. Mengejutkan? Pasti. Bisa ditebak? Tidak. Wajar? Iya. 

Banyak pertanyaan kenapa Barca bisa kalah di La Liga oleh Valencia yang notabene sedang dalam krisis finansial. Hal yang pertama diingat adalah Hlebruary. Itu sudah pasti. 

Akan tetapi pada pertandingan berjalan, FC Barcelona tidak menjalankan pekerjaan rumah yang harusnya sudah dibenahi sejak awal musim, yaitu memperbaiki pertahanan kala menerima serangan balik cepat dan defending set-piece. 

Ancaman serangan balik bagi FC Barcelona bukan hal yang remeh. Sejak zaman Firaun masih pakai sendal jepit (baca: jadul), ini adalah kelemahan Barca. 

Pemain yang biasa menjadi stopper adalah Carles Puyol. Dengan usia yang semakin tua dan sering cederanya Puyol membuat performa Puyol pun turun. Jordi Alba yang memiliki kecepatan untuk segera menutup pertahanan pun kurang lihai. Begitu pula dengan Dani Alves. Kedua pemain sayap ini sepertinya dibeli untuk penyerangan, bukan pertahanan. Satu-satunya pemain sayap yang bagus dalam hal bertahan adalah Erik Abidal. Abidal memang lebih ke left back, bukan wing back. Sehingga lebih baik dalam bertahan. 



Jika dibandingkan dengan era dahulu (tanpa menyebutkan nama pelatih agar tidak berlarut-larut dalam romantisme masa lalu), sosok Abidal, Puyol dan Pique menjadi tiga palang pintu pertahanan. Andai Pique atau Puyol naik menyerang, Sergio Busquets biasanya turun membantu pertahanan. Sehingga setidaknya ada 3 pemain di belakang. Aman? Aman. Tapi bukan jaminan. Setidaknya bisa meminimalisir lah. 

Oh iya, Gerard Pique. Apakah Pique bisa menjadi sosok pengganti Puyol? Saya ragu akan hal tersebut karena Pique tidak bsia berlari cepat, sesuatu yang dibutuhkan oleh stopper. 

Mascherano menjadi stopper? Bisa jadi. Apalagi tackling Masche kerap bersih. Akan tetapi Masche sejatinya bukan center back, melainkan defensive midfielder. 

Defending set-piece? Itu kerjaannya Rubi. Namun sampai sekarang Rubi entah kemana rimbanya. 

Okay, kembali ke pertandingan tadi. Apa yang harus dilakukan Tata Martino untuk bisa memenangkan laga tersebut? Ada beberapa sih. Namun ini hanya sekedar omongan tidak berguna, bukan untuk men-judge Tata. Lagipula posisi pelatih lebih tahu dibanding saya. 

Saya melihat Sergio Busquets. Andai Tata ingin memainkan permainan cepat, harusnya Tata memasukan Cesc Fabregas, Alex Song dan Javier Mascherano sebagai DM. Lah, hubungannya apa? Ada. Ketiga pemain tersebut terbiasa melakukan direct passing atau passing langsung alias tidak memutar-mutar terlebih dahulu. 

Sosok Xavi Hernandez memang sudah tidak terbantahkan menjadi pemain yang mengendalikan permainan. Namun kebiasaan pemain lainnya mengharuskan Xavi seakan kehilangan kendali. Apalagi Tata sendiri memang menginginkan permainan direct passes. 

Tapi yah, nasi sudah menjadi bubur. Percuma berandai-andai. Lebih baik bubur tersebut kita kasih gula, sehingga menjadi wajit (makanan khas Sunda) alias evaluasi diri. 

Oh ya, kenapa Barca sering terjadi Helbruary? Simpel sih. Menurut saya Helbruary bisa terjadi karena terkurasnya stamina pemain. Hal ini bisa disebabkan permainan FC Barcelona yang selalu memainkan pressing ketat. Masih ingat omongan Marcelo Bielsa? "Jika strategi saya dimainkan oleh robot, maka akan berhasil." 

Perkataan Bielsa ada benarnya. Apalagi adanya persamaan strategi permainan yang dimainkan oleh Barca dengan Bielsa.

Oh ya, saya ingat strategi yang dijalankan FC Barcelona tadi. Kala menyerang, mereka akan all out alias overload. Terutama ketika Tello masuk. Namun kala bertahan, ada lima pemain Barca yang menjadi tembok pertama dan disusul oleh empat pemain bertahan. Bagus? Tentu saja. Akan tetapi pada prakteknya (baca: serangan balik), semua itu musnah. 

Bagaimana dengan serangan Barca, terutama jika melawan tim parkir bus dan serangan balik? 

Untuk penyerangan, dibutuhkan pemain-pemain yang dengan ketepatan umpan. Permainan work on box yang biasanya dimainkan Barca harusnya bisa dipraktekan dengan baik. Tetapi teori tersebut akan menjadi tidak berguna jika Barca masih menjadikan Messi sebagai target man. Ini permasalahannya. Setiap pemain di FC Barcelona seakan tercipta menjadi pelayan Messi. Matikan Messi, maka lini depan Barca kurang mengigit. Ekstrimnya: passing bola ke Messi dan jika ingin membuat gol, tunggu Messi memberi bola ke kamu. 

Serangan balik? Well, mungkin ini sudah waktunya Barca membeli stopper. Jika memang Bartra tidak bisa menjadi stopper, lalu kenapa direksi tidak meluluskan permintaan Tata mengenai stopper? 

Apakah harus berkecil hati dengan kekalahan ini? Tidak lah. Masih banyak pertandingan penting lainnya yang harus dilakoni Barcelona. 

Sesuai perkataan orang, everything happens for a reason. Namun alasan tersebut harus dicari dengan cara evaluasi, bukan hanya mengharapkan bulan jatuh. 

Apakah harus khawatir karena kekalahan tersebut? Hmm... Mungkin saya akan menjawab "Kita lihat saja nanti. Nikmati permainan dengan segala hal yang ada dan selagi ada. You don't know what you've got until it's gone!" 




PRIMER EL BARCA!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar