MASKULINITAS PUYOL

Dalam setiap perjumpaan, akan selalu ada perpisahan. Itu menjadi semacam hukum dalam kehidupan. Terkadang, dalam suatu momen kita akan merasakan perpisahan yang akan terjadi selamanya, namun kemudian akan berjumpa kembali. Itu adalah salah satu rahasia kehidupan.

Pernah saya menulis jika lebih baik kita lebih mencintai klub dibanding pemain, pelatih atau presiden. Well, perkataan tersebut diuji pada hari Selasa (04/03) kemarin kala Carles Puyol memutuskan hengkang dari klub yang membesarkan dan mengabiskan seluruh karir profesionalnya, FC Barcelona. 

Meski masih terikat kontrak, Puyol memutuskan hengkang dari Barca karena merasa tidak bisa menyamai level yang diinginkan Barcelona. Tidak bisa dipungkiri, dengan usia yang sudah menginjak 35 tahun dan cedera yang menghujam tubuh Puyi, Puyol sudah tidak seperti dahulu lagi. Sudah tidak bisa tegas lagi. Sudah tidak bisa mengejar striker-striker hebat di ajang antara klub Eropa. Meski begitu, kharisma Puyol masih tetap ada. 

Sebetulnya Puyol sempat mengucapkan akan hengkang dari Barcelona pada akhir tahun lalu. Kala itu Puyol mengatakan bahwa jika tubuhnya tidak kunjung sembuh dari cedera, maka dirinya akan pensiun di Januari 2014. Akan tetapi nasib berkata lain. Puyol sembuh dan bisa bermain lagi. 

Meski sudah bisa bermain, pemain yang bernama lengkap Carles Puyol Saforcada ini sering keteteran dalam bermain. Di ajang La Liga saja, sejauh ini Puyol hanya baru bermain lima kali. Akan tetapi uniknya, kelima laga tersebut dilakoni Puyol dengan menjadi starter, bukan pemain pengganti. Keren! 

Mungkin masih ada beberapa pihak yang mempertanyakan seberapa hebat Puyol. Wajar, karena Puyol jauh dari hingar bingar wawancara atau kilatan lampu blitz paparazi. Namun Barca tanpa Puyol seperti Barca tanpa Messi. Akui! 

Paragraf diatas akan terkesan hiperbolis memang. Namun jika kita melihat lini belakang Barcelona dari musim ke musim, akan terasa perbedaan dengan dan tanpa Puyi. Pemain kelahiran Lleida ini bukan hanya sekedar stopper atau seorang kapten. Lebih dari itu, Puyol menjadi penyemangat skuat dan membuat pemain lainnya lega dan tidak khawatir meninggalkan lini pertahanan karena ada sosok Puyol di sana. Tidak ada pemain lainnya yang bisa menyamai Puyol. Tidak ada!

Dengan rambut yang gondrong, sosok Puyol mungkin terkesan menakutkan bagi pemain lawan. Well, namanya juga intimidasi. Sah-sah saja koq. :D 

Tidak bisa dipungkiri, sosok Puyol kental dengan maskulinitas. Sosok yang menggambarkan lelaki. Pekerja keras, penyemangat, keras kepala, penghilang rasa khawatir, giat, tegas namun lembut didalam. Tanya saja Vanesa Lorenzo. Kekasih Puyol tersebut akan mengatakan jika Puyi adalah sosok yang jujur, original dan memiliki budi mulia. Tanyakan juga kepada Abidal yang mendapat kehormatan untuk mengangkat piala Liga Champions 2011/12 di Stadion Wembley setelah mendapat ban kapten dari Puyol.

Sejak muda, Puyol selalu menunjukan maskulinitas dirinya. Sebelum bergabung dengan FC Barcelona, dirinya pernah berlatih heading dan kepalanya terluka. Apakah Puyi berhenti? Tidak! Dia malah makin bersemangat berlatih.

Sifat maskulin tersebut bisa terllihat juga di sepanjang karirnya di FC Barcelona. Dengan total 35 kali cedera, masih ada kah pemain yang tahan banting selain Puyol? Bagi saya pribadi, tidak ada pesepakbola yang tahan dengan sekian banyak hantaman cedera. Satu cedera saja sudah menyakitkan, apa lagi jika 35 kali cedera?? Belum lagi dislokasi sendi bahu pada pertandingan Liga Champions melawan Benfica pada Oktober 2012 lalu. Itu adalah cedera paling mengerikan yang saya pernah lihat! 


Senada dengan perkataan Pique yang mengatakan bahwa dirinya tidak bisa membayangkan FC Barcelona tanpa Puyol, saya pun sedikit bertanya-tanya dengan masa depan Barca. Terutama lini belakangnya yang akhir-akhir ini (atau sejak musim kemarin) menjadi sorotan. Tanpa Puyol, lini belakang Barca hanya menyisakan pemain bertahan yang lamban, pemain yang dipaksakan berada didepan kiper, pemain muda yang minim pengalaman, pemain yang biasa menjadi kreator permainan Barca dan pemain yang dibeli dengan harga terlalu mahal. Mengkhawatirkan kah?? Tentu saja! 

Tanpa Puyol, Barca kehilangan banyak hal. Bukan hanya seorang stopper, namun (saya ulang lagi) seorang kapten, seorang penyemangat, dan pemain berkharisma. Hal-hal tersebut tidak sepenuhnya berada di diri pemain lainnya. 

Sedikit melegakan kala presiden Josep Maria Bartomeu berjanji akan mendatangkan kiper pengganti Victor Valdes yang juga akan hengkang nanti dan seorang center back yang akan mengganti Puyol. Meski sekedar wacana, namun kita anggap saja perkataan presiden pengganti Sandro Rosell tersebut menjadi prioritas utama di musim panas nanti. 

Akan tetapi timbul pertanyaan di benak saya. Apakah harus menunggu hingga Puyol dan Valdes hengkang untuk menganggap serius rencana pembelian center back dan kiper? 

Jika direksi Barcelona hanya bertindak sesuai dengan apa yang terjadi, maka tidak mengherankan jika suatu saat Barcelona akan kelabakan mencari pemain yang memiliki kualitas sepadan andai seorang pemain penting memutuskan hengkang. 

Wacana pembelian center back (dan juga kiper) sudah didengungkan sejak awal musim. Bahkan sempat terdengar kabar bahwa pelatih Gerardo Martino menginginkan pemain belakang untuk menambal lini belakang. Namun keinginan Martino tersebut tidak terlaksana pada Agustus dan Januari kemarin. Mengherankan memang. 

Puyol Juga Pemersatu
Sudah menjadi rahasia umum jika lini belakang Barca tidak setangguh lini depannya. Dogma atau pemikiran bahwa pertahanan terbaik adalah menyerang, tidak sepenuhnya terbukti. Masih sering Barca kebobolan oleh serangan balik atau set piece. Penyakit tahunan yang tidak kunjung sembuh dari klub asal Katalunya tersebut. Permainan penguasaan bola yang sering dipertunjukan Xavi cs terkesan hanya memperlambat serangan lawan semata. Apalagi dengan strategi Gerardo Martino yang kerap direct passes atau strategi Tito Vilanova yang memainkan umpan lambung, maka Barca akan sering kehilangan bola. Hasilnya? Bisa ditebak lah. 

Saya tidak mau terjebak dengan pemikiran "Harus beli si anu", "Si anu dijual aja" atau "Si itu pantas di Barca". Tidak. Saya merasa kurang faham sepakbola karena tidak memiliki lisensi kepelatihan. Namun secara kasat mata bisa dilihat bahwa yang dibutuhkan Barca adalah seorang stopper. 

Saya setuju dengan ucapan Pique bahwa tidak akan ada The Next Puyol. Tidak. Puyol terlalu unik untuk bisa disamai oleh pesepakbola lainnya. Setidaknya untuk saat ini. Akan tetapi sedikit terbesit di otak saya jika Puyol itu mirip dengan legenda Barca lainnya, yaitu Migueli. Dari segi perawakan dan karakter, namun minus beberapa hal, Puyol penjelmaan dari Migueli. Oleh karenanya, saya yakin suatu saat akan ada Puyol-Puyol lainnya nanti. Entah kapan. 




PRIMER EL BARCA!

1 komentar:

  1. contoh buat cules Lelaki kalo pengen jadi Lelaki ya ad pada diri Puyol, yaaa semoga tidak menggangu kestabilan tim utama,
    kalimat terakhirnya memberi ketenangan buat cules, semoga...

    BalasHapus