PENGIDOLAAN SEORANG FANS SEPAKBOLA

Pekan yang aneh, jika saya boleh berpendapat. Sepanjang minggu kedua bulan Maret ini saya harus berhadapan dengan orang-orang yang terlalu naif dan fanatis terhadap sesuatu hal. Entah mereka yang berfikiran seperti anak kecil atau mungkin saya yang terbuka dalam mengutarakan pendapat. 


Akan tetapi saya bisa mengambil hikmah dari kejadian-kejadian yang terjadi. Bahwa perdebatan atau diskusi tidak akan efektif dan menemui sasarannya jika kita memakai kata-kata kasar. Ibaratnya batu dilawan dengan batu. Sama-sama keras, akan meninggalkan serpihan tajam semata. Tidak akan ada yang mau mengalah. Namun jika batu dilawan dengan air, maka akan meninggalkan bekas yang mendalam. 

Pertama-tama saya berdiskusi dengan pria berkewarganegaraan Amerika yang terlalu menganggap negaranya segala betul. Yang kedua adalah pendapat mengenai Lionel Messi. Well, karena ini blog sepakbola maka saya akan membahas poin kedua. 

Tidak ada aturan atau larangan mengenai pengidolaan seseorang terhadap figur publik. Semua sah-sah saja, asalkan dalam batas kewajaran. Bukan kah sesuatu yang berlebihan tidak akan baik? 

Sudah suatu hal yang pasti jika pengidolaan terhadap seseorang itu harus dibarengi dengan pengetahuan sang idola. Segala sesuatu yang berhubungan dengan sang idola, pasti diketahui oleh fans. Sama seperti matematika, perilaku tersebut menjadi kepastian dan menjadi tolak ukur terhadap pengidolaan. Semakin mengidolakan, maka akan semakin tahu dan faham mengenai sang idola. 

Kayaknya ada yang salah deh dengan kata-kata diatas
Pengetahuan mengenai sang idola ini artinya tahu soal sisi baik dan sisi negatif sang idola. Sikap menerima kelebihan dan kekurangan sang idola ini lah yang membawa sikap pengidolaan ke level selanjutnya. 

Setelah mengetahui kelebihan dan kekurangan publik figure, maka kita akan dihadapkan dua pilihan: menerima dan mengakui kekurangan dan kelebihan, atau menampik kekurangan dan hanya menerima kelebihannnya. Dari sini kita bisa menilai bahwasanya sikap fanatis akan timbul jika kita hanya menerima kelebihan dan menafikan kekurangan. 

Okay, kembali ke topik pembicaraan. 

Saya tidak begitu peduli jika ada pihak yang mengidolakan seorang pemain atau mantan pemain. Tapi yang membuat saya 'gatal' adalah ketika orang tersebut kurang mengetahui informasi mengenai sang idola dan terkesan fanatis. Bagi saya, sikap dan kondisi seperti itu menjadi ironi terhadap pengidolaan sang fans. 

Apakah berlebihan jika mengatakan seorang pemain super tidak membutuhkan pemain lainnya yang bertaraf 'biasa-biasa' saja, padahal pemain yang katanya 'biasa-biasa' tersebut diakui oleh banyak pihak menjadi inti dalam permainan. Tanpa pemain 'biasa-biasa' ini, permainan tim menjadi berantakan dan tidak sesuai dengan harapan sang fans. Ironis kan?

Sekali lagi saya tekankan: silahkan mengidolakan seorang pemain yang menurut anda hebat, tapi akui pula pemain lainnya karena tanpa 10 pemain lainnya, jagoan anda tidak akan bisa apa-apa. 

Tidak butuh waktu lama bagi seorang yang baru menyukai sepakbola untuk mengetahui bahwa tidak ada yang pasti di dunia sepakbola. Pemain yang katanya loyal, bisa akan dengan mudah hengkang. Bahkan bisa saja hengkang ke tim rival. Banyak hal yang bisa mengakibatkan hal tersebut terjadi.

Faktor finansial, ambisi pribadi, kebutuhan skuat, perselisihan atau karena merasa tidak dibutuhkan lagi oleh klub, bisa menjadi faktor pemicu seorang pemain hengkang. Luis Figo di Barcelona, Cristiano Ronaldo di Manchester United, Juan Mata oleh Chelsea, Demba Ba oleh Newcastle United adalah sedikit contoh dari faktot-faktor diatas. 


Lalu bagaimana dengan Lionel Messi? Andres Iniesta? Xavi Hernandes? Well, saya tidak bisa berkata banyak. Akan tetapi pemain yang hampir menghabiskan karir profesionalnya di Barcelona seperti Puyol pun berniat untuk hengkang dan bermain di klub lain. Juga Victor Valdes yang memiliki ide yang sama. Artinya loyalitas seorang pemain tidak selalu bisa dipegang sebagai pedoman, karena ada kebutuhan finansial, dan ambisi dan persoalan pribadi yang turut berperan.

Saya tidak mengatakan jika pesepakbola layaknya mercenaries atau tentara bayaran, namun dengan adanya fakta bahwa tingginya gaji seorang pesepakbola top, membuat pemikiran tersebut susah untuk ditampik. Hanya segelintir pemain yang masih tetap loyal terhadap sebuah klub, meski mendapat gaji dibawah 1 juta euro/musim. 

Okay, saya akui jika saya mempertanyakan loyalitas seorang pemain top. Apa yang akan terjadi jika sang pemain tersebut menolak tawaran gaji baru dan hengkang ke klub lain? Apakah: A. Pemain tersebut mata duitan? B. Klub terlalu pelit? Bagi saya, jawabannya adalah relatif. 

Apakah yang lebih penting bagi seorang fans, klub yang solid, harmonis dan kuat secara finansial namun berjuang keras untuk menjadi juara atau klub yang serba kekurangan namun mudah untuk juara? Pertanyaan ini menjebak sebetulnya. Klub juara akan berbanding lurus dengan pemasukan kepada klub. Namun apa yang akan terjadi jika pemasukan tersebut harus dikurangi besar untuk membayar gaji pemain top, meski tanpa jaminan menjadi juara karena sepakbola adalah permainan 11 orang?

Kesenjangan. Yes, itu yang ingin saya katakan. 

Begitu banyak hal yang menyangkut dan tersangkut dalam sepakbola. Yang saya katakan tadi hanya secuil dari sekelumit masalah dan simalakama dunia sepakbola. Anyway, belajar untuk melihat sesuatu dari sisi yang lain tidak akan menyakitkan koq. Sama-sama belajar untuk menjadi fans yang dewasa dan lebih baik lagi akan terasa enteng. Dan juga, menjadi penikmat sepakbola membuat fanatisme berlebih akan hilang dengan sendirinya. 

Mari kita menjadi penikmat sepakbola yang dewasa. 



PRIMER EL BARCA!

2 komentar:

  1. Bagi saya, loyalitas kepada klub lebih utama daripada fanatisme berlebih kepada pemain idola. meskipun saya begitu mengagumi Messi namun secara keseluruhan pemain barca adalah idola bagi saya, karena saya tidak hanya mencintai Messi akan tetapi lebih mencintai FC barcelona secara keseluruhan. ^_^

    BalasHapus
  2. Menurut saya, loyalitas adalah suatu hal yg tak dapat diukur dengan apapun. Ada yg mengatakan seorang Javier Zanetti loyal karena dia bahkan rela gajinya di potong demi keseimbangan neraca keuangan Inter, ada yg mengatakan seorang Kaka loyal karena rela dijual demi menyelamatkan keuangan Milan, ada pula Gerrard yg selalu bersama Liverpool walaupun klub nya tak kunjung berprestasi, bahkan seorang Thierry Henry pun dianggap loyal oleh fans Arsenal padahal jelas ia pindah karena menginginkan kejayaan dan gaji yg lebih besar di Barcelona.

    Intinya pemain manapun dapat di katakan loyal dengan alasan apapun selama fans menganggap ia loyal

    BalasHapus