MES QUE UN SUAREZ

FC Barcelona dipastikan akan dibela oleh Luis Suarez untuk lima musim kedepan. Bagi beberapa pihak, kedatangan Suarez merupakan kabar gembira yang lebih bagus dibanding ekstrak kulit manggis sekalipun.

Ada beberapa sudut pandang terkait pemain asal Uruguay tersebut. Apakah Suarez cocok dengan skema permainan FC Barcelona dibawah Luis Enrique? Apakah sosok Suarez tidak akan mencederai citra baik FC Barcelona yang sudah dibangun dari sejak dahulu kala? 

Ok, mari kita bahas satu-persatu insight saya.

Dimana Pun Jadi


Luis Suarez memang seorang striker yang fantastis di Liverpool. Namun pada Ajax Amsterdam, Suarez merupakan seorang winger kiri. Kejelian Brendan Rodgers yang menplot sang pemain menjadi striker membuat lumbung gol Liverpool cukup penuh sesak. 

Jika dilihat dari statistik musim 2013/14, Luis Suarez memiliki angka yang lumayan jika dibandingkan beberapa pemain FC Barcelona kecuali Lionel Messi. Dalam 33 laga Premier League, Suarez membobol 31 gol di liga. Lionel Messi sendiri hanya bisa melesakan 28 gol, Alexis 19 gol, Neymar 9 gol dan Fabregas 8 gol. 

Jika dibagi antara jumlah laga dengan gol, maka akan didapat rasio seperti ini: 

Luis Suarez= 31 gol : 33 laga = 0,9
Lionel Messi= 28 gol : 31 laga = 0,9
Alexis Sanchez= 19 gol : 34 laga = 0,5
Neymar= 9 gol : 26 laga = 0,3
Cesc Fabregas = 8 gol : 36 laga = 0.2

Dari rasio diatas, bisa diambil kesimpulan jika Suarez bisa menyamai Lionel Messi. Yang menarik dari Suarez adalah dirinya bisa memberi assist pula. 

Berikut rasionya:

Suarez= 12 assist : 33 laga = 0.36
Messi= 11 assist : 31 laga = 0,38
Alexis=  10 assist : 34 laga = 0,29
Neymar= 8 assist : 26 laga = 0,3
Fabregas= 13 assist : 36 laga = 0.36

Bagi saya, Suarez hanya bisa digambarkan oleh satu kata: GILA. Dengan jumlah gol dan jumlah assist yang banyak, maka Suarez layak dihargai 85 juta euro. Apakah memang layak kah? Kita lihat lagi statistik Suarez musim lalu dalam hal total shot on goal.

Sepanjang musim lalu di Liverpool, Suarez melakukan 181 kali shot on goal dengan akurasi sebanyak 53 persen. Sedangkan Messi melakukan 160 kali percobaan dengan nilai akurasi sebanyak 67 persen. Harus diakui, dalam soal akurasi Suarez tidak begitu bagus. Alexis sendiri bisa tembus 59 persen, Neymar 56 persen dan Fabregas 63 persen. Artinya dalam hal akurasi, Suarez tidak lah bagus. 

Untuk urusan passing sesama lini depan, Suarez unggul diantara Neymar dan Alexis, kecuali Fabregas dan Messi. Suarez melakukan passing ke lini depan lainnya sebanyak 701 kali, Messi 758 kali, Alexis 328 kali, Neymar 323 kali dan Fabregas 1319 kali.

Dari statistik diatas, Suarez tidaklah seegois seperti yang dibayangkan banyak orang. Namun jika ditanya apakah Suarez bisa bermain passing-passing sebagaimana biasa dipermainkan oleh FC Barcelona, maka bisa diambil kesimpulan jika Suarez masih membutuhkan adaptasi. Lihat saja statistik pass completion musim lalu:

Suarez: 75 persen passing.
Messi: 85 persen passing.
Alexis: 80 persen passing.
Neymar 84 persen passing.
Fabregas: 87 persen passing.

Uniknya (lagi), key pass Suarez lebih tinggi dibanding keempat pemain FC Barcelona tersebut.

Suarez: 75 kali.
Messi: 64 kali.
Alexis: 37 kali.
Neymar: 33 kali.
Fabregas: 45 kali.

Statistik-statistik musim lalu ini tidak akan berguna jikalau Luis Enrique tidak menempatkan dirinya seperti kala di Liverpool. Paragraf ini tentu memunculkan pertanyaan lanjutan: apakah Luis Enrique bisa menempatkan Luis Suarez? Apakah Luis Suarez cocok dengan skema permainan Luis Enrique? Dimana kah Luis Suarez akan ditempatkan oleh Luis Enrique?

Ada yang unik dari perjalanan karir Suarez. Dibeli dari Ajax Amsterdam oleh Liverpool dengan tujuan sebagai second striker agar bisa mensuport Fernando Torres. Namun tidak lama setelah Suarez dibeli, Torres dilepas ke Chelsea dengan harga 50 juta paun. 

Dibawah asuhan Kenny Dalglish, Suarez diplot sebagai stiker bersama dengan Andy Carrol. Dibawah kepelatihan Brendan Rodgers pada musim 2012/13, Suarez malah diberi kebebasan dalam bermain. Hal ini menciptakan havoc dan kesempatan terjadinya gol, meski bukan dari kaki Suarez. Pemain asal Uruguay ini malah tidak segan-segan masuk lebih dalam, dimana pemain lainnya langsung mengisi posisi yang ditinggalkan Suarez. Tactical imbalance. 

Lebih jelasnya cek yutub berikut:



Suarez diberi kebebasan bermain di Liverpool. Dari video diatas terlihat beberapa kali Suarez tidak berperan sebagai striker murni karena bermain lebih kedalam.  Dari sini bisa saya ambil kesimpulan jika Luis Enrique memiliki dua opsi terhadap Suarez: menjadikannya sebagai striker murni atau second striker a.k.a. attacking midfielder alias false 9. 

Pertanyaan saya adalah: apakah Suarez tidak akan bentrok dengan Lionel Messi andai dimainkan lebih dalam? 

Ada yang mengatakan jika Luis Enrique memakai 4-3-3, maka Suarez akan ditempatkan ditengah dan Messi di wing kanan. Ini posisi ideal menurut saya, karena Suarez akan bisa lebih masuk kedalam dan menciptakan ketidakstabilan lini pertahanan karena harus menjaga Messi dikanan. Namun saya yakin akan banyak suporter Messi yang berkata "TIDAK!" karena tahu jika Messiah lebih menonjol di tengah. Akan tetapi begitu pun dengan Neymar di timnas Brazil, namun harus mengalah bermain di kiri kala di Barca demi Messi. 

Jika melihat rekam jejak Luis Enrique di AS Roma, maka bisa disimpulkan bahwa FC Barcelona tidak akan memakai striker murni. Tidak ada alasan untuk Enrique memasukan striker. Pada sesi wawancara Enrique tidak lama setelah dipastikan melatih Roma, Enrique secara tegas mengatakan jika dirinya akan menerapkan strategi yang mirip dengan Barcelona. 

"Kami akan memainkan permainan menyerang sehingga para fans bisa menikmati permainan kami. Saya tidak memiliki ide permainan yang lain. Saya datang ke sini buka untuk menerapkan strategi Barcelona (tiki-taka Guardiola), namun sesuatu yang mirip dengan hal tersebut," ujar Enrique. 

Begitu pun di Celta Vigo, dimana raihan gol Nolito lebih banyak dibanding Charles yang notabene seorang striker. Akan tetapi ada satu yang menyangkut di otak saya, yaitu Enrique akan memperkuat lini tengah demi keseimbangan lini depan dan lini belakang.



Entah apakah Luis Enrique akan menerapkan umpan-umpan silang seperti musim lalu atau tidak. Jika memang seperti itu, maka Suarez bisa menjadi salah satu solusi. Mungkin. 


Citra Baik Klub


Harus saya akui jika FC Barcelona merupakan tim yang sangat memperhatikan etika dan moral dibanding klub lain yang saya kenal. Hal ini muncul pada tahun 2003 di era Joan Laporta, dengan program Marca Barca demi publisitas dan berujung pada naiknya income klub. Tidak kurang pelatih sekaliber Jose Mourinho pun ditolak oleh Barca karena alasan bisa mencederai citra baik klub di tahun 2008.

Suarez memang rasis dan memiliki perangai yang buruk dengan tiga kali terbukti sengaja menggigit pemain lawan. Entah karena alasan gemas, lapar atau provokasi, tindakan Suarez menggigit tersebut membuat dirinya harus kembali absen dari lapangan hijau untuk sementara waktu. Namun ada satu yang harus digarisbawahi yaitu: FC Barcelona sadar jika Suarez dalam masa hukuman dari FIFA tapi mereka tetap membeli Suarez dengan harga 85 juta euro. 

Apakah urgen membeli Suarez? Bisa jadi. Ingat, di awal musim 2013/14 Tata Martino mencak-mencak karena direksi FC Barcelona menjual David Villa dengan harga yang sangat teramat murah. Kekesalan Martino mengindikasikan perlunya seorang striker murni dan tidak peduli dengan Neymar. Ya mungkin Ney diplot untuk menjadi bintang di masa mendatang, namun dalam kacamata Martino, adalah tugasnya di (rencananya) dua musim kontraknya membawa FC Barcelona kembali ke jenjang kesuksesan.

Mungkin ada benarnya apa yang dikatakan Johan Cruyff jika FC Barcelona tidak membutuhkan Suarez. Entah itu karena alasan etika (citra) atau taktis, Suarez seharusnya dijauhkan dari Barca. Saya masih terlalu awam untuk menilai dan menelaah apa yang Cruyff katakan. Jawabannya ada di masa depan. 



PRIMER EL BARCA!

1 komentar:

  1. jawabannya dengan trio MSN FCB berpeluang meraih treble winner. #ViscaBarca #ViscaIndobarca

    BalasHapus