EVALUASI KEPERCAYAAN FC BARCELONA

Sebuah perubahan yang harus dilakukan kadang bisa membuat lebih baik dan memang tujuan utamanya adalah untuk bisa lebih baik lagi. Evaluasi sangat penting dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, agar manusia bisa berkembang dan tidak terkungkung oleh stagnasi. Adalah sebuah pengalaman hidup yang sangat merugikan andai manusia tidak bisa meraih hal yang lebih baik lagi setiap harinya. Begitu pula yang terjadi di FC Barcelona. 


Lini belakang FC Barcelona mengalami sebuah perubahan yang sangat berarti dari beberapa musim lalu. Hal tersebut bisa dirasakan saat ini, dimana pada jornada keempat blaugrana belum pernah kemasukan! Jika pertandingan Liga Champions kontra Apoel Nicosia dihitung, maka sudah lima pertadingan resmi Barca belum pernah kebobolan. Sebuah raihan yang luar biasa, mengingat sang pelatih legendaris Josep Guardiola pun tidak bisa melakukan apa yang Luis Enrique lakukan sekarang. 

Jangankan Guardiola, Johan Cruyff di era The Dream Team, di era Terry Venables, era Louis Van Gaal, era Sir Bobby Robson (RIP) atau di era Ferdinand Daucik yang memberikan keharuman Barca Five Cups pun belum bisa melakukan apa yang Luis Enrique lakukan. Memang, rekor ini merupakan rekor pertama kalinya FC Barcelona meraih cleansheet dalam empat laga La Liga. Terakhir kalinya yang melakukan hal ini adalah Atletico Madrid pada musim 1991/92 dibawah asuhan Luis Aragones (RIP).Kala itu, Atletico bisa meraih cleansheet di enam laga awal La Liga dan Winners Cup sebelum akhirnya kebobolan Fyllingen dengan skor 7-2 untuk kemenangan Atleti. Diakhir musim, Los Indios bisa meraih Piala Copa del Rey.

Apa yang spesial dari masih perawannya gawang Barca? Banyak artinya jika kita melihat musim-musim sebelumnya, dimana lini belakang selalu dianggap sebagai titik terlemah FC Barcelona. Bahkan banyak yang berbicara jika permainan penguasaan bola Barca sejatinya adalah untuk menutup kelemahan tersebut. Logika tersebut tercipa karena dengan semakin lama blaugrana memegang bola, maka lawan tidak bisa melakukan penyerangan. Masuk akal memang. 

Jika berbicara soal sejarah lini belakang, maka tidak bisa lepas dari peran Carles Puyol. Pesepakbola yang sangat tegas, tangguh, dan berani berkorban ini menjadi panutan dan dianggap sebagai salah satu legenda terbaik FC Barcelona untuk barisan pertahanan, bersama dengan Miguel Bernardo Bianquetti atau yang biasa disebut Migueli. 

Nama besar Puyol bahkan menjadi patokan bagi Gerardo Martino untuk posisi bek. Pelatih asal Argentina ini berani bertaruh dengan tidak membeli pemain, usai pemain incarannya yaitu James Vergini, ditolak oleh direksi FC Barcelona dan lebih memilih untuk menunggu Puyol sembuh dari cederanya pada musim 2013/14. Akan tetapi perjudian Martino tersebut yang mengubur karirnya di Camp Nou. Gagal mempersembahkan piala mayor menjadi alasan pembenaran untuk memutus kontrak sang entrenador. 

Selain di era Martino, rapuhnya barisan pertahanan Barca pun terjadi pada era almarhum Tito Vilanova. Pemain pilihan Vilanova yaitu Alex Song pun dipaksa bermain menjadi CB kala bek lainnya sedang diparkir demi rotasi atau cedera. Akan tetapi sejatinya buruknya lini pertahanan Barca sudah bisa dirasakan di era Guardiola. Siapa yang tidak lupa dengan gol injury time Fernando Torres pada semifinal Liga Champions musim 2011/12? Kala itu Puyol kepayahan mengejar El Nino yang masih segar bugar karena baru bermain di menit 80. Seakan menjadi deja vu, Marc Bartra pun merasakan apa yang Puyol pernah lakukan kala mengejar Gareth Bale di semifinal Copa del Rey musim lalu.

Meski begitu, nasib lini belakang menjadi lebih baik kala direktur teknik Andoni Zubizarreta diberi kepercayaan dan mandat penuh oleh Josep Maria Bartomeu untuk merobak skuat tim utama. Tidak ada lagi intervensi atau pemaksaan dari direksi. Semuanya dipercayakan kepada Zubizarreta. Tidak ingin membuang kepercayaan, mantan kiper The Dream Team ini memilih Marc-Andre ter Stegen, Ivan Rakitic, Jeremy Mathieu dan pelatih Luis Enrique sebagai skuat musim 2014/15. 

Pembelian Ivan Rakitic yang sempat menjadi tanda tanya besar pun dibuktikan oleh pemain asal Kroasia tersebut di lapangan. Pun keraguan terhadap Mathieu yang katanya sudah menginjak usia tua, penuh drama dalam transfer, kerap merokok dan memiliki loyalitas terhadap Valencia CF, seakan enyah seiring berjalannya waktu. Bersama Javier Mascherano, Mathieu selalu menjadi pemain pilihan utama Luis Enrique di lini belakang, menggeser Gerard Pique. 

Dan memang benar adanya, sosok Mathieu adalah apa yang Barca butuhkan selama ini. Seorang stopper yang tidak kenal lelah mengejar dan mentackle pemain lawan. Hal ini terbukti dengan clearence Mathieu yang berada di angka 14. Jauh diatas Mascherano yang hanya melakukan sebanyak enam kali dan Pique yang hanya dua kali. Dengan statistik angka clearence ini bisa disimpulkan bahwa pemain asal Perancis ini menjadi palang pintu pertama sebelum bola masuk ke area berbahaya.

Bagaimana dengan peran Claudio Bravo? Well, rataan penyelamatan Bravo dalam empat pertandingan hanyalah satu per laga. Artinya ketangguhan Bravo masih belum teruji dan Marc-Andre ter Stegen masih memiliki kesempatan bermain reguler di liga karena dalam konperensi pers jelang laga kontra Levante, Luis Enrique berkata jika dirinya belum menaruh kepercayaan kepada salah satu kiper. 



Sudah menjadi tradisi di FC Barcelona jika tanggung jawab pertahanan dan penyerangan dibebankan kepada 10 pemain di lapangan. Oleh karenanya, raihan cleansheet ini merupakan hasil kerja keras seluruh pemain tim utama. Akan tetapi kecerdikan Luis Enrique dalam menilai kelebihan dan kekurangan pemain, sejauh ini patut diacungi jempol. Lucho bisa membaca permainan lawan dan menurunkan komposisi pemain yang sesuai, tanpa memaksakan kehendak karena pemain-pemain tertentu yang dianggap spesial. Jika Lucho merasa tidak membutuhkan pemain A, maka pemain A tersebut tidak akan bermain. Ketegasan dan kecerdikan, lebih tepatnya. 

Anyway, perjalanan Barcelona di La Liga dan Liga Champions serta Copa del Rey masih panjang. Masih ada waktu untuk hal-hal yang mengejutkan, baik itu hal positif atau mungkin hal negatif. Akan tetapi, rekor fantastis ini membuat Luis Enrique pantas untuk diperhitungkan dan diberi kepercayaan lebih. Fans (socios) memberi kepercayaan kepada Josep Maria Bartomeu, Bartomeu memberi kepercayaan kepada Andoni Zubizarreta, Zubizarreta memberi kepercayaan kepada Luis Enrique dan Luis Enrique memberi kepercayaan kepada para pemainnya. Sebuah lingkaran kepercayaan yang harmonis, tidak boleh terputus dan dirusak oleh politisasi, seperti yang terjadi di era Sandro Rosell. 



PRIMER EL BARCA!

1 komentar: