Keindahan FC Barcelona Berbalut Demokrasi

Bagi yang ingin mengenal FC Barcelona lebih jauh dengan alasan agar bisa membully madridista, lebih baik kalian berhenti untuk mengidolakan Barca. Serius! 

FC Barcelona merupakan klub yang sangat indah di dunia dan tidak perlu dicoreng oleh suporter kosong yang hanya mencari masalah. Keindahan FC Barcelona tidak bisa ditandingi oleh klub mana pun, baik itu oleh Real Madrid, Osasuna mau pun Athletic Bilbao. 

Pada Rabu (07/01) petang saya memperhatikan konperensi pers presiden Josep Maria Bartomeu. Presiden yang mendapat muntahan dari Sandro Rosell ini dengan berat hati (ya, saya yakin dia keberatan) mengumumkan adanya pemilihan presiden FC Barcelona pada musim panas nanti. Sebuah angan-angan yang terwujud menjadi kenyataan bagi suporter FC Barcelona di seluruh dunia! Membutuhkan waktu yang cukup panjang bagi suporter Barca agar junta mau bersedia untuk mengadakan pemilihan. 

Semua bermula di era Sandro Rosell. Kebijakan Sandro Rosell yang dinilai menjauhkan Barca dari valors atau nilai-nilai luhur klub. Puncaknya adalah masalah dalam hal transfer Neymar yang merembet kesegala arah. Januari 2013, Rosell mengundurkan diri sebagai presiden. Entah siapa yang memiliki ide, namun Josep Maria Bartomeu kemudian diangkat menjadi presiden klub. Sebuah kesalahan! 

Ya, kesalahan. Secara historis setiap kali presiden mengundurkan diri, maka akan dilakukan pemilihan presiden secara langsung. Tidak ada cerita "wakil presiden naik menjadi presiden." Tidak! Barca tidak seperti itu. FC Barcelona adalah klub demokratis yang menampung aspirasi para soci (socios) sebagai anggota klub. Andai presiden mundur, maka tugas wakil presiden adalah mengadakan pemilihan presiden. 

Meski merayakan keberhasilan menjuarai Piala European di tahun 1992,
Gaspart tahu pedihnya perpolitikan FC Barcelona
Kala Agusti Montal i Costa mengundurkan diri pun sama, wakil presiden Raimon Carrasco hanya menjabat sebagai caretaker untuk pemilihan presiden. Lalu di tahun 2000 kala Josep Lluis Nunez mengundurkan diri karena buruknya prestasi Barca, langsung diadakan pemilihan presiden. Joan Gaspart terpilih sebagai presiden kala itu, sedangkan Joan Laporta kalah suara. Namun kala Gaspart tidak bisa menunjukan prestasi yang signifikan, Gaspart pun akhirnya mundur sebagai presiden. Dipilihlah Enric Reyna sebagai presiden pengganti untuk diadakan pemilihan dan kemudian managing comission yang diketuai Joan Trayter untuk persiapan pemilihan presiden. 

Agak berbelit memang. Namun itu lah keindahan FC Barcelona, yaitu demokrasi. Motto mes que un club menggambarkan segala keindahan Barca. Namun hanya segelintir orang yang enggan menikmati keindahan tersebut. 

FC Barcelona bukan lah Messi atau jumlah piala kemenangan. Bukan pula indahnya permainan sepak bola yang diperagakan dalam enam tahun belakangan atau senjata untuk kemerdekaan Katalunya. Tidak. Barca merupakan lembaga yang menerapkan nilai-nilai luhur kemanusiaan, demokrasi, sportivitas, kekeluargaan dan kebanggaan. Sebuah klub yang terlalu kompleks dijabarkan karena beragam raihan kesuksesan. 

Nilai-nilai yang yang dianut Barca bahkan menyingkirkan rivalitas dengan Real Madrid. Tanya saja Juan Manuel Asensi dan Jose "Pirri" Martinez yang kerap minum-minum di bar usai bertanding el clasico. Atau kala Josep Guardiola harus menjadi tameng manusia kala Roberto Carlos akan mengambil tendangan penjuru di Camp Nou. Yang paling termuktahir adalah kerjasama dengan Unicef dan Unisco. 

Ah, jika berbicara mengenai pemilihan presiden, saya sangat berharap Joan Laporta kembali menjabat. Meski ada nama Agusti Benedito dan Josep Maria Bartomeu yang juga mencalonkan diri, namun kharisma Laporta tidak bisa disepelekan. Ada semacam romantisme terpendam pada diri Laporta, sebagaimana juga terjadi pada diri Josep Guardiola. 

Siapa pun yang terpilih, saya yakin semua suporter Barca menginginkan adanya perubahan di dalam tubuh FC Barcelona. 

Encara aqui, encara forts! Visca Barca!!



PRIMER EL BARCA!

2 komentar: