FC Barcelona merupakan salah satu dari tiga klub unik yang ada di Spanyol dan bahkan di dunia. Bersama Real Madrid, Osasuna dan Athletic Bilbao, Barca mendapatkan hak khusus yang tidak bisa didapatkan oleh klub-klub di Spanyol, yaitu kepemilikan secara bersama oleh suporter yang menjadi anggota (soci) sehingga menghasilkan demokrasi sepenuhnya.
Socios sebagai pemilik klub akan mempergunakan hak suaranya dalam pemilihan presiden dan meluluskan perencanaan kebijakan finansial serta menolak atau menerima penjelasan presiden dalam beberapa kasus.
Pemilihan presiden FC Barcelona tinggal menghitung hari. Setelah Sandro Rosell menyatakan mundur sebagai presiden, Josep Maria Bartomeu datang sebagai pengganti. Pada awalnya Bartomeu enggan melaksanakan pemilihan presiden pada musim panas tahun lalu. Akan tetapi pada musim panas tahun ini, Bartomeu mengabulkan permohonan pemilihan presiden baru.
Sejauh ini, ada enam kandidat presiden, yaitu Toni Freixa, Agusti Benedito, Josep Maria Bartomeu, Joan Laporta, Jordi Farre dan Jordi Majo. Toni Freixa merupakan wakil presiden urusan finansial pada era kepresidenan Sandro Rosell. Josep Maria Bartomeu adalah presiden pengganti kala Rosell mengundurkan diri karena alasan keluarga. Nama Agusti Benedito sudah lama muncul menjadi salah satu calon presiden. Sedangkan sisanya merupakan nama-nama baru, kecuali Joan Laporta.
Ah. Joan Laporta. Nama ini menjadi magnet tersendiri di bursa pemilihan presiden FC Barcelona. Kala mantan grup l'Elefant Blau memproklamirkan niatannya untuk masuk kedalam bursa calon presiden, banyak culers yang langsung tersenyum lega.
Ada semacam romantisme tersendiri terhadap Laporta bagi culers yang pernah merasakan manis-pahitnya mendukung FC Barcelona. Bagaimana Barca yang hampir terjatuh kedalam jurang kebangkrutan, bisa terangkat oleh kepemimpinan Laporta. Kala demokrasi sudah menghilang di dalam tubuh klub, Laporta datang membawa lentera yang menerangi klub. Laporta adalah malaikat penyelamat!
Tidak berlebihan jika membaca paragraf diatas. Tidak! Joan Laporta memang penyelamat FC Barcelona. Mengangkat dari kemediokeran menjadi salah satu klub terkaya dan berprestasi. Tanpa keberanian dan kenekatan dirinya (dan tim l'Elefant Blau), Barcelona akan tetap menjadi klub medioker atau bahkan bangkrut!
Melalui kebijakan-kebijakan strateginya, Laporta bersama jajaran direksi memodernisasi klub. Meski terbilang telat jika dibandingkan dengan Real Madrid, namun modernisasi FC Barcelona lebih humanis dibanding sang rival. Kala El Real lebih fokus kepada kekuatan finansial yang kemudian berimbas kepada minimnya prestasi, Laporta menggiring Barca menuju profesionalisme tanpa melunturkan tradisi klub secara berlebihan dan tidak sekapitalis Florentino Perez atau Sandro Rosell dalam memimpin klub.
Langkah-langkah strategi Laporta dalam membangkitkan kembali FC Barcelona sudah saya tulis lengkap di buku El Llibre del Barca. #Promosi
Tidak ada gading yang tidak retak. Begitu pula dengan Laporta. Mantan pengacara ini memang diunggulkan untuk menjabat presiden FC Barcelona selanjutnya. Akan tetapi saya sendiri meragukan Laporta. Loh koq?
Iya. Perbedaan kondisi di Barcelona pada tahun 2003 dan 2015 akan menghasilkan kebijakan berbeda jua. Dulu, objektivitas Laporta adalah mengurangi nilai hutang, menambah income, mengisi jajaran direksi yang profesional dan jauh dari nepotisme, serta membentuk skuat utama yang kompetitif. Sekarang, tantangan FC Barcelona adalah menjaga kekompetitifan skuat utama dan membawakan lebih banyak piala. Sedangkan pembangunan Espai akan tetap terlaksana, siapa pun presiden terpilih nanti.
Dahulu, Laporta sangat idealis terhadap Barca. Saking idealisnya, apapun yang Johan Cruyff katakan soal tim utama, Laporta akan mengamininya. Tindakan Laporta ini dikarenakan dirinya merasa tidak faham sepak bola jika dibandingkan dengan Cruyff. Laporta enggan terjatuh ke lubang yang sama seperti Florentino Perez di Real Madrid di kepemimpinannya jilid pertama dan kedua. Ini adalah sumber dari 'kecemburuan' Sandro Rosell sehingga Rosell mengundurkan diri dari jajaran direksi kala itu.
Kekuatan Laporta dahulu ada di jajaran direksi yang solid dan profesional. Ada Marc Ingla yang berposisi sebagai wakil presiden untuk urusan marketing dan media, Ferran Soriano yang berperan sebagai bendahara klub, Txiki Bergiristain sebagai direkrut teknik. Selain itu, ada pula Sandro Rosell yang juga memiliki peran signifikan sebagai penasihat senior Laporta, meski akhirnya harus pecah konsi pada tahun 2005 karena merasa pendapatnya tidak pernah didengar oleh Laporta. Kali ini saya sanksi Txiki, Ferran Soriano, Marc Ingla dan Evarist Murtra akan bersedia menemani Laporta memimpin FC Barcelona. Cruyff dan Josep Guardiola? Masih ada kans keduanya kembali ke blaugrana karena hubungan mereka tergolong dekat.
Pengalaman mengajarkan saya jika sebuah kerinduan bisa muncul karena dua hal, yaitu rindu akan kondisi di masa lampau atau rindu akan seseorang. Keduanya berbeda. Pertanyaannya: rindu akan era kepemimpinan Laporta atau sosok Laporta yang tegas? Hati kecil sulit untuk memilih keduanya karena akan membohongi diri sendiri. Setidaknya bagi saya pribadi.
Banyak fans Barca yang muak dengan kepemimpinan Sandro Rosell. Presiden ke-39 ini dianggap membawa FC Barcelona ke jurang kapitalisme dan chauvinisme yang berkedok tradisi. Hal ini berbeda dengan Laporta yang lebih liberal, tegas, dan moderat meski masih menjunjung tinggi tradisi klub. Liberal dan memegang teguh tradisi, dalam hal sponsorship, khususnya dengan UNICEF. Tegas, kala melarang Boixos Nois masuk ke stadion (which is good!). Moderat, dalam hal melegalkan soci dari non Katalan. Ya. Laporta adalah malaikat penyelamat!
Betulkah? Tidak juga. Laporta merupakan pribadi yang keras dan cenderung diktator. Beberapa pemain pernah dimata-matai oleh detektif pribadi atas permintaan Laporta dan ia pun dikenal mudah dekat dengan wanita. Soal yang terakhir ini, ia sendiri pernah mengaku jika dirinya adalah magnet bagi wanita, termasuk aktris porno asal Katalunya. Padahal Laporta telah memiliki anak-istri dan bahkan cucu!
Kembali ke pemilihan presiden. Andai Laporta masuk ke kantor kepresidenan, maka dirinya akan menjadi pengharapan kelompok-kelompok anti Sandro Rosell. Kedua orang ini memang tidak bisa duduk bersama (meski kedunya pernah bersahabat). Ibarat kata, jika Sandro Rosell adalah faham kapitalisme ala Amerika, maka Lapotra adalah demokrasi ala Rusia.
Pernyataan Laporta kala mengumumkan diri akan masuk bursa kepresidenan pun mengisyaratkan hal yang bertolak belakang dengan Sandro Rosell. "Més que un club', the Cruyff era, La Masia, Catalonia, UNICEF, a multisport club and a professional organisation that works", ujarnya. Sudah jelas jika Laporta ingin mengembalikan FC Barcelona ke eranya dahulu yang kemudian menghasilkan buah-buah kebanggaan.
Apakah Laporta bisa memberikan jawaban atas doa-doa seperti di tahun 2003? Hanya waktu yang bisa menjawab.
PRIMER EL BARCA!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar