Dewasa ini pengidolaan kian semarak di Indonesia. Jika teman-teman terbiasa melihat perdebatan antara suporter klub sepak bola, maka saya pernah menemukan yang lebih tidak masuk akal: pertengkaran dua kubu yang mengidolakan "bintang akademi" Ind*osiar.
Sebetulnya tidak ada yang salah dengan pengidolaan. Yang mungkin salah adalah pengidolaan yang berlebihan. Yang diluar nalar. Yang seakan mendewakan atau mentuhankan sang idola. Itu yang salah karena bagaimana pun ia masih sama seperti kita, manusia.
Sebagian dari kita bahkan bermimpi untuk diidolakan oleh manusia lainnya. Mereka ini berusaha keras agar impiannya terwujud dan itu wajar. Cara paling mudah mungkin diidolakan oleh keluarga dan orang yang terkasih. Bukankah membuat bangga orang-orang yang selalu ada untuk kita kala senang dan susah itu lebih penting?
Pada penerbangan menuju Austria untuk bertanding melawan Sporting Gijon, beberapa orang suporter FC Barcelona menaiki pesawat yang sama dengan tim. Menyenangkan ya, mereka bisa bersua dengan para pemain secara langsung. Tidak. Sekitar 20 suporter dari Seguiment FCB awalnya ingin bertemu dengan para pemain dan menyerahkan jersey bertanda tangan fans sebagai tanda protes karena merasa klub kurang memperhatikan fans yang telah menyisihkan uang, waktu dan tenaga untuk turut serta dalam laga tandang.
Awalnya protes tersebut dilakukan dengan damai, tapi kemudian berakhir rusuh ketika fans yang bukan dari grup ingin turut serta. Tidak lama kemudian, mereka ini melontarkan kekecewaannya dengan memaki pemain FC Barcelona. Well, that's something new.
Awalnya protes tersebut dilakukan dengan damai, tapi kemudian berakhir rusuh ketika fans yang bukan dari grup ingin turut serta. Tidak lama kemudian, mereka ini melontarkan kekecewaannya dengan memaki pemain FC Barcelona. Well, that's something new.
Gara-gara jersey ini nih |
Oleh karenanya, pihak klub melakukan investigasi mengenai insiden ini dan disebut-sebut akan menghukum suporter yang terlibat. Menurut kabar berita, hukuman yang diberikan tidak main-main, yaitu lifetime ban alias pelarangan terlibat dalam segala sesuatu yang berkaitan dengan FC Barcelona.
"Komisi Disiplin FC Barcelona, usai menjalani rapat hari ini, telah memutuskan akan memberikan tindakan disiplin kepada fans yang terlibat pada insiden yang terjadi di 17 Februari 2016, yang terjadi di pesawat kala membawa para pemain tim utama untuk bertanding melawan Sporting Gijon," tulis pernyataan klub.
Jelas jika klub merasa kecewa. Sebelum pertemuan di pesawat ini, pihak klub pernah menawarkan pertemuan antara Seguiment FCB dengan pemain di sesi latihan. Namun batal dan akhirnya diputuskan akan dilakukan ketika menuju Asturia.
Memang, biasanya suporter dan para pemain berada didalam satu pesawat kala menjalani pertandingan tandang. Tapi kedua pihak ini tidak pernah bersua atau sekedar bercakap-cakap.
"Kami menjalani situasi yang tidak adil sebagai bagian dari rekan FCB. Sebagian dari kami berada didalam situasi yang sama dengan pemain, yaitu berada didalam satu pesawat, bukan karena pemain ada disitu. Kami tidak menginginkan tanda tangan atau jersey dari pemain. Kami hanya ingin dihargai," ujar juru bicara Seguiment.
Bijak kah langkah direksi klub? Beberapa lalu pun pernah terjadi insiden sesudah kekalahan di final Copa del Rey dari Real Madrid dengan skor 1-2, pada musim 2013/14. Tapi tidak ada tindakan yang dilakukan oleh klub. Tapi kali ini berbeda.
Lalu siapa kah Seguiment ini? Seguiment adalah sebuah grup suporter dari Katalunya yang dipimpin oleh Joan Batiste. Mereka pernah turut serta di pemilihan presiden tahun lalu. Dalam kampanye untuk meraih tanda tangan jumlah minimun turut serta dalam pemilu, Seguiment berjanji akan membuat agen perjalanan agar memfasilitasi suporter yang berniat untuk turut serta dalam laga tandang. Tapi niatan mereka tidak terwujud hingga pemilihan di Rapat Pertemuan Socios.
Dalam wawancara menjelang pemilihan presiden, Joan Batiste berkata jika "kami kecewa dengan direksi yang memenangkan pemilu 2010 tapi tidak mewujudkan janjinya (perihal keikutsertaan suporter di laga tandang). Oleh karenanya, kami maju untuk mewperjuangkan hal tersebut."
Sebuah kekecewaan memang patut untuk diekspresikan, asal tidak berlebihan. Jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda, Seguiment bukanlah suporter plastik yang hanya peduli kepada kemenangan semata. Mereka telah mengorbankan banyak hal dengan selalu ada kala laga tandang.
Salah kah jika suporter mengkritisi klub dan pemain? TIDAK.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar