Johan Cruyff, Sang Legenda Terbesar

Dunia berduka pada 24 Maret 2016 kemarin. Pada hari Kamis tersebut, Johan Cruyff telah berpulang ke rahmatullah. Yang tertinggal kini hanyalah kenangan, warisan dan petuah-petuahnya yang harus dijaga oleh para Cruyffistas. Sang dewa telah kembali kepada kedamaian, sehari sebelum Paskah. 

Untuk suporter FC Barcelona, sosok opa Cruyff merupakan legenda terbesar sepanjang sejarah. Meski tidak seperti Lazlo Kubala yang membuat klub mengeluarkan segala daya dan upaya untuk membangun stadion baru, tidak seperti Lionel Messi yang selalu tercantum namanya di daftar rekor, tidak mirip Paulino Alcantara yang lihai di depan gawang lawan, atau tidak seperti Josep Guardiola yang mengisi penuh lemari piala, Cruyff datang sebagai dirinya. Seorang pribadi nyeleneh dan cenderung keras kepala. 

Datang ke Kota Barcelona dengan status pemain bintang dengan banderol satu juta dolar Amerika karena rekan-rekan di Ajax lebih memilih Piet Keizer sebagai kapten tim dibanding dirinya, Cruyff dibebani tugas untuk mengangkat klub yang sedang dalam kondisi terpuruk. Menjadi pemain termahal di eranya, kepindahan Cruyff dari Ajax ke FC Barcelona tidak lepas dari keengganan dirinya bermain bersama Real Madrid. Opa tidak mau diasosiasikan dengan kediktatoran Jenderal Franco yang diisukan dekat dengan Real Madrid, padahal kenyataannya tidak seperti itu. Jauh sebelum Cruyff mempersembahkan piala kemenangan, ia telah memberikan apa yang rakyat Katalunya inginkan, seorang pahlawan yang membela mereka.

"Kepindahan itu tidak etis. Saya kemudian berkata: saya yang menentukan," kata Cruyff berbicara mengenai rencana Ajax menjual dirinya ke Real Madrid. Bagi opa, Vic Buckingham dan Rinus Michels di FC Barcelona lebih menggoda dibanding pundi-pundi uang, meski ia pada akhirnya mendapatkan kekayaan dan kepopuleran dari Barca.

"Kami telah melalui 14 tahun tanpa pernah menjuarai titel La Liga dan cules mulai putus asa. Kemudian Cruyff datang," ujar Carles Rexach, rekan satu tim dan dikemudian hari menjadi asisten di Barca Dream Team sebelum akhirnya pecah kongsi. 

Memang betul, kedatangan Cruyff seakan memberikan udara segar. Sebelumnya, pemain asing dilarang merumput di Negara Semenanjung Iberia demi ideologi superioritas bangsa Spanyol yang dianut Franco. Cruyff memulai debut di pertandingan kontra Granada, Oktober 1973. 

Sayangnya kontribusi Cruyff di Barca tidak sama seperti dirinya bersama Ajax. Tidak ada raihan fenomenal seperti Piala European atau treble seperti Gloria Ajax. Akan tetapi di musim pertamanya Cruyff mempersembahkan titel Liga, setelah absen selama 14 tahun. Bukan hanya itu, Barca menampar Real Madrid melalui la manita di Santiago Bernabeu! 

"Saya tidak akan pernah lupa pertandingan tersebut. Sebetulnya itu adalah tanggal (17/2/1974) dimana Danny (istrinya) seharusnya melahirkan. Namun saya dan dia setuju untuk memajukan proses kelahiran sepekan sebelumnya dan dia menjalani proses cesar sehingga saya bisa bermain melawan Real Madrid. Sejujurnya saya tidak pernah menyadari besarnya sentimen yang dimiliki oleh Barca kepada Real Madrid sampai hari itu. Akan tetapi imbas dari kemenangan dengan skor 5-0 mengajarkan saya banyak hal perihal FC Barcelona dan mungkin itu membuat saya terkait dengan klub sepanjang hidup saya," ujar Cruyff. 

Pengidolaan mutlak jatuh kepada Cruyff oleh publik Katalunya. Meski dirinya tidak bisa berbahasa Katalan, Cruyff kembali memberi kejutan lainnya untuk penduduk Tenggara Spanyol dengan menamai anaknya Jordi Cruyff. Kata Jordi merupakan nama beraksen Katalunya, sementara di Inggris nama tersebut biasanya George, patron pelindung rakyat di Inggris, Katalunya dan beberapa daerah lainnya, Santo George. Lambang kebesaran Santo George ada di dalam logo FCB, yaitu garis silang merah, sebagaimana suporter timnas Inggris kerap mengibarkan benderanya. 

Cruyff kembali ke FC Barcelona usai seluruh pemain, kecuali Andoni Zubizaretta, ditendang keluar klub oleh Josep Lluis Nunez karena tersangkut insiden Hisperia Munity. Luis Aragones yang menjabat sebagai pelatih pun dikeluarkan karena bersimpati kepada para pemain. 

Datang sebagai pelatih kepala, Cruyff menuai apa yang ia tanam ketika masih bermain di Barca, yaitu pemain akademi. Waktu itu, Cruyff mengusulkan agar akademi Barca dikumpulkan di satu asrama agar lebih efektif dalam menyerap ilmu, sama seperti yang Ajax Amsterdam lakukan. Maka lahirlah akademi La Masia, dengan mengambil bangunan di dekat Stadion Camp Nou. Ide Cruyff ini menjadi bumbu tambahan bagi akademi setelah Laureano Ruiz menyuntikan ideologi pesepakbola yang bermain dengan kemampuan olah bola, berbeda dengan akademi lainnya yang mementingkan permainan fisik. Cruyff dikemudian hari, menyuntikan faham pesepakbola dengan otak. Maka lengkaplah sudah kepingan puzzle; otak dan kemampuan olah bola. Dewasa ini, FC Barcelona mempergunakan dua hal tersebut dalam meraih kesuksesannya. 

Membangun skuat sendiri, Cruyff tidak mengeksklusifkan diri dengan Katalanisme dan akademi. Cruyff sadar jika rata-rata pemain Katalunya miskin akan kekuatan, namun kaya akan ide, seperti mahakarya Antonio Gaudi, Picasso, Salvador Dali atau Velazquez. Oleh karenanya, Cruyff membawa pemain-pemain bertipe pejuang dari tanah Basque yang dikenal memiliki kemampuan fisik diatas rata-rata orang Spanyol. Dengan bermesinkan pemain kurus bernama Guardiola dan dikelilingi Txiki Bergiristain, Jose Bakero, Guillermo Amor, serta pemain asing lainnya seperti Ronald Koeman, Hristo Stoichkov dan Michael Laudrup, pluralitas menjadi andalan Cruyff di era Dream Team. Hasilnya: Piala European untuk pertama kalinya usai mengalahkan Il Samp. 

Sudah menjadi rahasia umum jika Cruyff menerapkan permainan total football. Faham tersebut ia dapatkan dari Vic Buckingham dan kemudian didalami lebih jauh berkat Rinus Michels. Permainan timnas Belanda yang apik, menjadi bukti sahih keefektifan total voetball. Sayangnya, kepercayaan diri yang terlalu besar membuat Belanda tidak bisa menaruh tangan di Piala Jules Rimet. 

Namun opa membawa total football ke level yang lebih jauh. Saking jauhnya, ide tersebut dianggap melompat jauh kedepan, melebihi era tersebut. Ditambah kemampuan komunikasi Cruyff yang kurang baik, maka instruksi-instruksi "canggih" tersebut kerap menimbulkan tanda tanya besar di benak para pemain.

"Yang selalu pertama kali diucapkan oleh Cruyff adalah tim yang lebih menyerang, lebih luas areanya. Tiga orang pemain di belakang dan salah satunya adalah Ronald Koeman? Bukannya fullback, Cruyff menerapkan pemain tengah? Setiap kali ia melihat solusi, dia terus (memberikan permainan) menyerang. Dan kala ia menjelaskan apa yang ia lakukan, kami selalu berfikir: dia gila atau tidak?" ujar Bergiristain. 

Well, "jika saya menginginkan agar kamu memahaminya, maka saya akan menjelaskannya dengan lebih baik lagi." Begitu kata opa. 

Salah satu warisan Cruyff yang paling dikenal luas adalah sepak bola yang sederhana. Seperti yang pernah opa katakan, "sepak bola adalah (olahraga) yang sederhana, namun sangat sulit untuk bermain sederhana." Memang betul ucapannya. Tengok saja FC Barcelona dibawah kendali Josep Guardiola. 

Prinsip utama dari Cruyffisme adalah penguasaan bola dan larangan untuk menyerah. Memperagakan pressing yan ketat kala kehilangan bola agar lawan berbuat salah sehingga dapat membalikkan situasi. Bermain high defensive line agar tercipta perangkap offside bagi lawan. Lalu terapkan kiper yang nyaman bermain menggunakan kaki, cukup percaya diri untuk maju kedepan sehingga bisa menjadi inisiator penyerangan dan menjadi orang terakhir yang bertahan, alias sweeper keeper. 

Permainan "possess, press, and space" menjadi inti dari ideologi Cruyff. Kala Guardiola datang ke tim utama pada 2008, ia menambahkan "pass" ke sistem Cruyff. Sebuah kesempurnaan dari ideologi canggih! 

Kini, beberapa mengaku sebagai nabi dari agama Cruyffisme dengan menerapkan ideologi opa di klub. Memang, ide Cruyff sangat menggoda hati untuk diterapkan karena kesederhanaannya. Apalagi kesuksesan Josep Guardiola bersama FC Barcelona menjadi barang pajangan di etalase. Tentu, tidak ada yang lebih mujarab dibanding sesuatu yang telah teruji sebelumnya, bukan? 

Sepak bola seharusnya memiliki penanggalan waktu berbeda; yaitu era sebelum Cruyff dan sesudah Cruyff.

Bukan hanya di level klub. Tim nasional Spanyol pun mempergunakan ide Cruyff dibawah asuhan Luis Aragones dan Vicente Del Bosque. Masih menjadi perdebatan, kedua pelatih asal duo klub Madrid ini "terpaksa" mempergunakan faham Cruyffisme karena hanya itu yang tersedia di dunia sepak bola Spanyol. Xavi Hernandez, Andres Iniesta dan Sergio Busquets yang menjadi mesin FC Barcelona, masuk ke timnas Spanyol dan menjadi motor inti skuat dikelilingi para pemain non Barca. Padahal tim nasional Spanyol terkenal dengan sebutan La Furia Roja, sebuah permainan yang mengandalkan semangat, totalitas dan usaha tanpa menyerah. Namun itu tidak cukup. Dibutuhkan sistem yang mumpuni agar keringat tidak bercucuran sia-sia. Hasilnya? Buku sejarah membuktikannya. 

Kala Joan Laporta membangun kembali FC Barcelona dari tepi jurang kebangkrutan dan kemediokeran, Cruyff menjadi sumber terpecaya. Meski tidak menjabat posisi resmi di struktur organisasi klub, opa kerap melontarkan ide yang kemudian diamini oleh Laporta. Ini lah yang menjadi alasan kenapa Sandro Rosell hengkang dari jajaran direksi dan pada 2010 usai dinobatkan sebagai presiden, Rosell menarik kembali gelar presiden kehormatan yang sebelumnya disematkan oleh Laporta atas kontribusi Cruyff. 

Andai Cruyff adalah Tuhan. Maka para nabinya (pelatih kepala yang menerapkan Cruyffisme) akan senantiasa menjaga agar namanya tetap suci. "Jika Cruyff adalah katedral, maka tugas kita untuk menjaganya," begitu kata Guardiola. 



"Dalam suatu cara saya mungkin akan hidup abadi." Betul ucapan opa. Cruyff akan abadi selamanya di setiap relung Barca. Setiap kali klub berbicara perihal kesuksesan, maka akan disebutkan pula nama opa. Oleh karenanya, sudah sepantasnya Cruyff tidak hanya dianugerahi presiden kehormatan semata, namun diadopsi menjadi nama stadion Barcelona. Tanpa Cruyff, tidak akan ada Guardiola, kesuksesan tim nasional Spanyol dan ratusan pemain berbakat dari La Masia. Cruyff adalah pluralisme, sebagaimana Joan Gamper membentuk FC Barcelona. Cruyff adalah kesuksesan dan messiah sejati bagi FC Barcelona. 

Beristirahat dengan tengan opa. Kami tidak akan pernah bisa membayar apa yang telah engkau beri kepada klub. Blog ini pun tidak akan ada jika tidak terinsipirasi olehmu. Gracies per siempre, Cruyff!


PRIMER EL BARCA!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar