Agusti Montal i Costa, Jenderal Franco dan Dua Medali Emas


Manusia adalah satu-satu makhluk hidup yang mempunyai kesadaran penuh akan kefanaan. Bahkan manusia satu-satunya makhluk hidup yang mempercayai adanya kehidupan setelah kematian, sejak diperkenalkan oleh kebudayaan Mesir kuno, Homer, Plato hingga agama-agama yang saat ini umum dipercaya.

Tapi Plato lah yang memperkenalkan adanya keadilan yang lebih tinggi, dibandingkan pengadilan-pengadilan di seluruh dunia, yang tidak pernah luput akan satu pun fakta kesalahan dan kebenaran. Buah pikiran tersebut Ia rangkum dalam buku berjudul Phadeo dan uniknya penjabaran Plato perihal neraka, hampir serupa dengan kepercayaan yang kemudian berkembang sebagai agama. Padahal ide Plato tersebut hanyalah bentuk kegeraman, kemarahan atas kesemena-menaan para petinggi Romawi yang menghukum gurunya, Socrates. 

Terlepas benar atau tidaknya buah pikiran Plato dan korelasinya dengan agama-agama yang ada saat ini, namun manusia sudah kandung terdoktrin untuk berbuat baik sepanjang hidupnya. Apa yang kita tanam saat ini, akan menghasilkan buahnya di kehidupan sesudah kematian. Perbuatan baik, membawa kita ke tempat terindah yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Sedangkan perbuatan buruk, akan menggiring kita ke sekumpulan pembunuh dan pelaku kriminal. Kematian itu sendiri merupakan sebuah misteri.

"For after death, as they say, the genius of each individual, to whomhe belonged in life, leads him to a certain place in which the deadare gathered together for judgment, whence they go into the worldbelow, following the guide who is appointed to conduct them fromthis world to the other: and when they have there received their dueand remained their time, another guide brings them back again aftermany revolutions of ages. Now this journey to the other world isnot, as Aeschylus says in the "Telephus," a single and straightpath-no guide would be wanted for that, and no one could miss a singlepath; but there are many partings of the road, and windings, as I mustinfer from the rites and sacrifices which are offered to the godsbelow in places where three ways meet on earth. The wise and orderlysoul is conscious of her situation and follows in the path; but thesoul which desires the body, and which, as I was relating before,has long been fluttering about the lifeless frame and the world ofsight, is after many struggles and many sufferings hardly and withviolence carried away by her attendant genius, and when she arrives atthe place where the other souls are gathered, if she be impure andhave done impure deeds, or been concerned in foul murders or othercrimes which are the brothers of these, and the works of brothers incrime-from that soul everyone flees and turns away; no one will be hercompanion, no one her guide, but alone she wanders in extremity ofevil until certain times are fulfilled, and when they are fulfilled,she is borne irresistibly to her own fitting habitation; as every pureand just soul which has passed through life in the company and underthe guidance of the gods has also her own proper home."

Berbicara soal kematian, pada Rabu (22/03) waktu Spanyol, FC Barcelona berduka sebab kehilangan salah satu figur penting dalam perkembangan klub di buku sejarah. Agusti Montal i Costa, yang lahir pada 4 April 1934, telah menuju ke tempat yang diyakini dalam agamanya. Ia pernah menjabat sebagai presiden klub asal Katalunya tersebut pada 1969 hingga 1977.

Dalam buku El Llibre del Barca, saya tulis kebaikan dan keberanian yang pernah Ia buat semasa hidupnya di Barcelona. Anak dari Agusti Montal i Galobart yang juga pernah menjabat sebagai presiden di Barca itu, berani terang-terangan mendukung nasionalisme Katalunya di tengah-tengah fasisme dan superioritas suku bangsa serta persatuan Spanyol. Ia pun yang memperkenalkan slogan 'Mes que un club' dalam newsletter klub dan hingga kini menjadi motto yang sulit untuk dipisahkan, meski kadang terlalu dipaksakan dan menjadi tanda tanya besar dalam beberapa hal. 

Sudah pernah mendengar lagu kebanggaan Barca tahun 1923? Edisi 1949? Atau mungkin 1957? Jarang mungkin ada yang tahu versi-versi tersebut, sebab yang terdengar dewasa ini merupakan versi yang diperkenalkan mendiang pada 1974 untuk merayakan hari lahir klub yang ke-75 tahun. Hingga kini, Cant del Barca bertahan sampai era milenium, termasuk melewati perayaan centenary saking melambangkan kegairahan seluruh elemen klub.

Di era tersebut Agusti Montal sukses melobi Federasi Sepak Bola Kerajaan Spanyol (RFEF) untuk mencabut regulasi pelarangan pemain asing. Berkat lobi yang dilakukan Montal, datang lah Johan Cruyff. Sejarah kemudian membuktikan apa yang telah diberikan oleh Cruyff.

Orang baik akan menelurkan kebaikan, memberikan pengaruh yang baik pula
Regulasi pelarangan pemain non Spanyol tersebut diperkenalkan pada 1969 untuk menunjukkan superioritas suku bangsa Spanyol atau Españolización, lima tahun usai menjadi juara Euro 1964 dengan mengalahkan Uni Soviet, musuh terbesar Franco dalam hal ideologi. Tapi sejatinya pelarangan pemain non Spanyol itu imbas dari nasionalisasi segala aspek kehidupan, termasuk kata bahasa asing, termasuk bahasa daerah, yang diperkenalkan pada 1940. Nantinya, Agusti Montal dengan beraninya, memberikan pengumuman menggunakan bahasa Katalunya di stadion. Pada 1974, nama Club de Futbol Barcelona diubah menggunakan penempatan ala Inggris, Futbol Club Barcelona atau FCB.

Meski Agusti Montal kerap melakukan protes kepada RFEF karena diskriminasi yang dialami oleh Barca dalam kaitannya dengan wasit, seperti kasus Emilio Guruceta. Kolusi dan nepotisme di era tersebut tidak jauh beda dengan negara-negara yang menganut absolut atau tirani, serupa dengan Indonesia di era Soeharto. 


Kontroversi Medali Emas


Pertanyaannya: apakah Barcelona kerap dirugikan oleh lobi-lobi politik dan kedekatan politikus? Bisa iya, bisa tidak. Jangan lupa, Agusti Montal merupakan salah satu orang yang memperjuangkan pencabutan regulasi nasionalisasi Spanyol melalui lobi-lobi politik yang kemudian bisa memboyong Cruyff dari Ajax Amsterdam. 

Jangan lupa juga, Barcelona pernah memberikan medali emas kepada Franco, sebanyak dua kali! Yang pertama terjadi pada 1971. Pemberian penghargaan tersebut karena Franco dianggap telah membantu Barcelona untuk menekan dewan kota Barcelona agar menerima negosiasi pembelian Stadion Les Corts. Sebab, jika Les Corts gagal dilepas, maka Camp Nou tidak akan pernah rampung karena tingginya nilai hutang. Selanjutnya Azulgrana membangun Palau Blaurgana dan arena Pista de Gel untuk cabang hoki es.



Lalu kemudian di 1974 klub memberikan medali emas ulang tahun klub yang ke-75 sebagai bentuk penghormatan karena kesuksesan acara Primera Trobada Mundial de Penyes atau Pertemuan Pertama Penyes Sedunia.

Pemberian dua buah medali tersebut dirahasiakan dari muka publik, sampai kemudian pada 2002 majalah El Triangle dan l'Agrupació d'Amics de Josep Sunyol mulai mengumpulkan tanda tangan socios untuk mencabut dua buah medali tersebut. Meski sudah terkumpul 3.000 lebih tanda tangan, pihak klub tidak bisa menarik dua buah medali emas itu karena tidak ada catatan resmi dari Barca. Sehingga tidak mungkin menarik apa yang tidak ada kan? 

Tapi pemberian medali tersebut bukan berarti Barcelona mendapatkan perlakuan khusus. Tidak. Sebab Agusti Montal pernah berkata bahwa dirinya hanya bertemu Franco selama lima menit saja. 

"Medali itu hanya sekedar rekomendasi semata. Saya pikir mereka tidak akan meminta terlalu banyak [untuk medali], sebab Franco berasal dari Madrid. Tapi suatu hari klub mendapatkan pemberitahuan untuk datang ke El Pardo, hari itu juga. Kami langsung memakai jas dan pergi ke El Pardo. Mereka menempatkan kami di sebuah ruangan, Franco masuk ke dalam ruangan dengan menggunakan pakaian militer lima menit kemudian. Ia menyalami kami satu per satu, kemudian manajer protokoler memberikan saya selembar kertas pidato untk dibacakan, kami memberinya medali dan Generalissimo berterima kasih kepada saya dan keluar ruangan. Dengan perasaan untuk segera melupakan apa yang telah terjadi, direksi Barca kembali ke kantor klub dan lupa mencatat apa saja yang telah terjadi," ujar mendiang, seperti dikutip pada AS, rilisan 2003.

Entah jika Agusti Montal mencoba menutup-nutupi atau memang apa yang Ia ucapkan sebuah fakta, tapi versi La Vanguardia menyebutkan bahwa medali emas 1974 tidak disediakan oleh Barca, namun oleh pihak Fraco sendiri dan diberikan kepada Agusti Montal agar bisa dihadiahkan kepada Franco.

"Pagi ini, Perdana Menteri menerima anggota direksi Futbol Club Barcelona, diketuai oleh don Agutin Montal dan ditemani oleh [kementerian] delegasi nasional Edukasi Fisik dan Olahraga, don Juan Gich. Di tempat tersebut hadir pula presiden Federasi Sepak Bola Spanyol, don Perez Paya dan Federasi Sepak Bola Katalunya, don Pablo Porta." 

"Alasan kedatangan [direksi Barcelona] itu adalah perayaan ulang tahun Barca ke-75 dan memberikan medali kehormatan atas peresmian Palau Blaugrana dan Pista del Gel." 

Akan tetapi uniknya, pemberian medali tersebut, tepat 10 hari setelah kemenangan 0-5 atas Real Madrid di Santiago Bernabeu. Di laga tersebut pun dihadiri para petinggi negara, namun tidak ada Franco. Hanya ada Paya, Porta, Gich dan Montal, serta tentu saja para pembesar Los Blancos.

Lembaran sejarah memang tidak akan bisa diulang, namun bisa dibelokan, tergantung dengan siapa yang berkuasa. Sekelam apapun masa lalu, bukan kah masa depan akan selalu cerah bagi orang yang mau belajar dari kesalahan? Jika tidak, maka kita akan masuk ke tempat yang disebutkan oleh Plato sebagai pembuangan para pesakitan, sebuah keabadian yang diisi oleh kegelapan.





PRIMER EL BARCA!

1 komentar:

  1. Hmmmm...
    Bagus banget kang gaya bahasa dan teknik penulisannya ��

    BalasHapus