PLAYER PROFIL: BUSEY'S CONTROVERSY

Selalu ada sisi kontroversial di dalam setiap peran protagonis. Hal-hal yang argue-able. Hal kecil yang menjadi sorotan oleh pihak lain, sehingga menjadi besar. Frankly, hal tersebut adalah kenyataan pahit. Sergio Busquets Burgos, mempunyai beberapa kelemahan yang tidak atau belum maksimal, serta 1 hal kecil yang harus dibuang karena tidak sesuai dengan tradisi klub maupun keinginan fans, DIVING.
The Unsung Hero of Fc Barcelona

Besar dari seorang penjaga gawang cadangan, Carles Busquets, sepertinya darah sepakbola dan kesetiaan terhadap Barcelona menurun darinya. Busey memulai karir sepakbola dari klub kecil CD Baida kemudian pindah ke klub kecil lainnya Barbera Andalucia.Tidak ada catatan menarik ketika Busey bermain di Leida yang merupakan klub terakhir sang ayah ketika pensiun, pun ketika bermain di Unio Jabac. Pada tahun 2005, Busey berhasil memasuki La Masia. Di musim tersebut, pengagum sosok Dalai Lama ini turut serta dalam perolehan 3 gelar juara bersama Juvenil A yang diisi pula oleh  Bojan, Giovani dos Santos, Jeffren serta Marc Crosas.
Di tim Juvenil A 2006/7 yang dilatih oleh Alex Garcia, Busey berhasil mencetak7 gol dari 26 kali penampilan sebagai pemain gelandang.

Di tahun 2006, ketika bermain di Barcelona C, Busey hanya bermain 1 kali. Tetapi hal itu tidak menghentikan Pep untuk merekrutnya sebagai pemain Barcelona B di tahun 2007/08. Pertaruhan yang sangat besar bagi Pep. Di musim tersebut, Busey bermain sebanyak 32 kali dengan jumlah gol sebanyak 1 buah dan membantu Barcelona B menjuarai kompetisi Divisi Segunda grup 3. Perolehan yang cemerlang, meski Barcelona B tidak dapat mengikuti Divisi Primera La Liga karena tim utama, Barcelona, bermain di liga paling tinggi Liga Spanyol.



Peruntungan Busey berubah ketika Pep mendapat tawaran untuk melatih tim utama. Meskipun pada awalnya hanya sebagai pelapis Yaya Toure dan Seydo Keita, Busey memberikan penampilan yang sangat cemerlang sehingga Yaya Toure pun di jual karena Barcelona mendapat pemain yang lebih baik di diri Busquets.
Debut pertamanya di La Liga terjadi ketika Barcelona melawan Racing Santander pada tanggal 13 September 2008. Busey yang bermain sebagai starter di pertandingan tersebut, bermain penuh 90 menit dan cukup memberikan kesan baik kepada Pep. Sehingga Pep memberikan kepercayaan jam main yang lebih banyak kepadanya. Termasuk ketika Barcelona memperoleh treble di musim tersebut.

Dalam 12 bulan di tahun 2008, Busquets berubah dari pemain divisi Tercera, menjadi pemain berlabel juara Eropa ketika Barcelona menjuarai Liga Champion. Suatu pencapaian yang sangat bagus!
Gol pertama level Eropa-nya terjadi ketika Barcelona bermain melawan saudara sepupu Barcelona asal Brussel Belgia, Fc Basel di St. Jacob Park, Belgia pada menit ke 15. Pada pertandingan tersebut, Barcelona menang dengan skor akhir 0-5.
Karena penampilannya yang gemilang, pemain yang sangat mengidolakan Messi ini berhasil menjadi pemain berlabel timnas Spanyol. Awal karirnya terjadi ketika Spanyol bermain melawan Turki pada 1 April 2009. Pun Busey menjadi bagian ketika tim La Furia Roja menjuarai Piala Dunia, sehingga mendapat penghargaa Princes of Asturia dari kerajaan Spanyol.

Tetap Mencintai Klub Pertama, CD Badia.




Tidak ada gading yang tidak retak. Begitu pun dengan Busey. Pada semi-final Liga Champion melawan Inter di Camp Nou 28 April 2010, Busey mendapat kecaman karena sikapnya yang berlebihan ketika Thiago Motta mendapat kartu kuning kedua. Di insiden tersebut, Motta hanya menyentuh muka Busquets karena kesal, tetapi Busey jatuh seperti mendapat pukulan keras. Ironisnya, kejadian itu melibatkan 2 orang lulusan La Masia. Motta pernah bermain di skuad utama Barcelona dari tahun 2002-2007 dan menempati posisi yang sama, DM.


Diving Terburuk: Busey vs Motta
Kasus lainnya yang cukup mendapat perhatian adalah ketika Barcelona berhadapan dengan rival abadinya di ajang Liga Champion bulan 27 April 2011. Kali ini Busey menyebut defender Real Madrid sebagai "mono" atau dalam bahasa Indonesia berarti monyet. EUFA pun mengusut kasus rasis ini melalui Jean-Samuel Leuba, official yang pada kasus berlainan mencoba memprovokasi Iniesta dengan kartu kuning di awal musim Liga Champion musim itu. Juru bicara Barcelona, Toni Freixa menegaskan bahwa Busey berkata "mucho morro" , bukannya "mono mono". Real Madrid merilis dalam situs resminya bahwa Barcelona melakukan skandal dengan adanya kasus ini.. Pep kemudian berkata, bahwa dia mempercayai Busey. Apapun yang di tuduhkan terhadap Busey, Pep percaya Busey tidak melakukannya. Kemudian EUFA membatalkan tuntutan Real Madrid dengan alasan kurangnya bukti terkait masalah ini. Meskipun kasus ini dibatalkan, tetapi nama baik Barcelona yang memegang motto "Mes Que Un Club" tercoreng.

Dalam kasus tersebut, Busey tidak mengkonfirmasi atau membantah tindakannya. Menurutnya, dia tidak dalam kapasitas untuk membuktikan apapun, selain penampilannya di lapangan. Barcelona pun memegang teguh aturan anti rasis. Hal tersebut tercantum dalam klausul kontrak. Jika melanggar dan terbukti bersalah, maka pemain bersangkutan dapat diputuskan kontraknya secara sepihak. Tuduhan rasis ini pernah muncul kembali kepada diri Cesc dan David Villa.

Pemain kelahiran Sabadell pada tanggal 16 July 1988 ini kurang mendapat respon positif atau nama baik karena beberapa hal. Pertama karena kebiasaanya yang cenderung diving. Siapapun akan membenci tukang diving karena mencoreng sikap Fair Play yang di sebarkan oleh FIFA. Kedua, karena Busey bermain di Barcelona yang diisi pemain-pemain hebat lainnya, seperti Xavi, Iniesta dan Messi. Sorotan positif publik lebih condong terhadap mereka dibanding Busey. Pun kontribusi mereka lebih dinanti dibanding Busey. Ketiga, karena Busey bukan orang yang suka mendapat perhatian dari pers. Tidak terhitung wawancara Busey yang jawabannya cenderung pendek. Busey pun termasuk pribadi yang pendiam.



Bagi beberapa orang yang lebih faham permainan Barcelona, sosok Busey lebih vital dibanding Villa. Tetapi tentu saja tidak lebih penting dibanding Messi, Iniesta ataupun Xavi. Xavi dalam suatu wawancara mengatakan bahwa semua serangan berawal dari Busey. Kemampuan passing Busey melebihi pemain rata-rata. Hal itu terbukti ketika final FIFA World Cup Club Desember 2011, Busey sukses melakukan 100% passing.
Kemampuan Busey tersebut mendapat perhatian dari beberapa klub besar, seperti Arsenal. Wenger yang dahulu pernah meradang karena perilaku diving Busey, secara terang-terangan berniat mendatangkan Busey ke Emirates Stadium. Vincente del Bosque pun mengatakan tidak bisa membayangkan skuad La Furia Roja tanpa diri Busey. Mungkin Busquets tidak seperti Messi ataupun Xavi yang memiliki kemampuan diatas rata-rata, tetapi diri Busey memberi arti lain dalam membangun sebuah serangan dari lini belakang.