KESOMBONGAN BARCELONA

Akhir-akhir ini Barcelona mendapat semacam ujian yang sangat berat. Bukan berupa hujatan atau pertandingan yang susah. Bukan juga berupa krisis cidera pemain atau pembelian pemain yang belum pasti. Namun berupa sikap atau attitude. Bagaimana seharusnya bersikap terhadap setiap pertanyaan dari wartawan, semestinya tidak berlebihan dalam menjawab. 

Saya cukup kaget ketika Dani Alves mengecilkan Chelsea ketika Barca akan bertemu Chelsea di perempat Liga Champion Eropa lalu. Alves berkata bahwa Barca adalah tim superior dan Chelsea tidak pantas untuk melaju ke final karena mereka hanya bermain bertahan. You know what, kemudian Chelsea menang karena gol Torres di Camp Nou. How ironic! Seharusnya Alves sadar bahwa meskipun mereka bermain bertahan, itu adalah pilihan mereka. Bukan hak lawan untuk mengkritisi cara kita bermain. Jika memang mengkritik lawan diperbolehkan, saya yakin banyak tim akan protes kepada Barca karena hanya bermain short passes dan terkesan membuang waktu.

Kemudian Xavi beberapa hari yang lalu berkata bahwa Mourinho tidak akan dikenal sebagai legenda sepakbola, tidak seperti Pep yang akan di kenang orang sampai kapan pun. Xavi pun berkata bahwa Barcelona tetap menjadi tolak ukur tertinggi sepakbola di dunia, meski kalah dari Chelsea di perburuan Liga Champion. Mungkin tidak ada yang salah dengan komentar xavi tersebut, namun mungkin agak terlihat arogan, sama seperti komentar Alves diatasnya. Meski pun Mou melatih hampir semua tim rival Barcelona, namun raihan sejumlah prestasi Mou di setiap klub itu menjadi semacam kenangan indah bagi klub yang dilatih, dan mungkin di beberapa pertandingan, menjadi semacam kegetiran dalam diri Barca. 
Memang, Pep menciptakan tiki-taka yang kemudian dicoba diimplementasikan di beberapa klub. Pep memang merevolusi dunia sepakbola. Dan jika melihat fakta tersebut, maka memang pantas jika Barca menjadi acuan dalam dunia sepakbola. Meski begitu, ucapan Xavi yang terkesan arogan  Karena kemarin adalah golden era dari tiki-taka yang dikomandoi oleh Pep sendiri. Bagaimana dengan besok (musim 2012/13)? Akankah tetap menjadi yang terbaik seperti kemarin (musim 2008-12)?? 

Yang terbaru adalah Rosell berkata bahwa Cristiana Ronalda kalah dari segi kualitas dari 11 pemain Barcelona. Okey, mungkin Rosell hanya bercanda atau membela Messi yang dijelek-jelekan oleh Ronalda karena banyak fans menyebut-nyebut nama Messi ketika Ronalda bermain. Dafuq Rosell did??! Setahu saya Rosell memiliki hubungan baik dengan manajemen Real Madrid (yeap, saya curiga tentang hal ini) dan perkataan Rosell sepertinya kurang pantas dilakukan oleh seorang presiden. Rosell memiliki tabiat yang nyantai, namun kali ini bisa sampai berkomentar pedas seperti Laporta. Well, ini yang di sebut "kemajuan". :D 

Jika kita telaah semua komentar diatas, maka bisa disimpulkan Barcelona mengalami fase sombong. Memang harus kita akui banyak komentar pedas dari Real Madrid tentang Barcelona. Entah dari pemain, asisten pelatih sampai pelatih Real Madrid sekalipun selalu berkomentar sinis tentang Barcelona. Dan saya yakin janitor di Bernabeu sekalipun akan berkomentar yang sama jika diwawancarai. :D 
Tapi apakah itu suatu pembenaran? Ketika Pep menjadi pelatih, para pemain tidak ada yang berani berkomentar terhadap isu-isu yang ada. Mereka semua fokus di lapangan dan memang lapangan menjadi lahan pembuktian saat itu. So, seharusnya Barca menutup mulut rapat-rapat daripada menjadi pecundang seperti Ronalda yang pusing sendiri karena komentar-komentar dia tentang perbandingan dengan Messi, sedangkan Messi diam saja. Fight fire with fire tidak akan pernah menjadi solusi. 

Selama 4 tahun dilatih oleh Pep Guardiola, banyak tropi yang diraih oleh Barcelona. 4 tahun manis bersama Pep menjadi semacam kesegaran, setelah sebelumnya mendapat intro berupa kesejukan dari Frank Rijkaard. Rijkaard memberi 2 gelar La Liga, 2 buah Super Spanyol dan 1 buah titel Liga Champion Eropa. Kemudian Pep memberi 3 titel La Liga, 3 titel Super Spanyol, 2 titel Liga Champion Eropa, 2 titel FIFA World Cup Club, 2 titel Super Eropa dan 2 buah piala Copa del Rey. Jadi bisa dibilang Rijkaard adalah pembuka kunci harapan cules di seluruh dunia. Sebelum Rijkaard datang, Barcelona dalam masa keterpurukan atau masa kegelapan Barcelona yang juga menghinggapi klub-klub lain di saatnya.
Lalu apa hubungannya dengan komentar-komentar Alves, Xavi dan Rosell diatas? Tentu saja ada! Saya merasa jika Barca berada di titik frustasi mereka. Frustasi? Yeap! Jika Barca yakin dengan Tito, maka mereka tidak akan berucap seperti itu dan akan tetap percaya diri dengan berbuat semampunya di lapangan seperti dahulu. Hal ini sama seperti post-power-syndrome.

Di setiap kesuksesan Barcelona, seharusnya dan memang menjadi semacam ujian bagi para pemain dan cules ketika Pep pergi dari Barca. Ujian untuk tetap low-profile dan rendah hati. Andai kata Barcelona kembali terpuruk seperti 10 tahun yang lalu, kita harus tetap mencintai Barcelona, meski keraguan terhadap klub tidak bisa dibendung. 
Saya bukannya berfikiran negatif terhadap Barca atau mencoba menghancurkan kepercayaan cules terhadap Barcelona. Namun saya ingin cules membuka mata jika Barcelona diisi oleh manusia biasa, seperti kita. Barcelona juga memiliki sisi buruk, sama seperti Real Madrid. Berfikiran objektif dengan melihat fakta-fakta yang ada tidak akan rugi sedikit pun. Malahan kita akan tambah mencintai Barcelona. Ya kan? :) 


PRIMER EL BARCA!

2 komentar: