HAK SIAR YANG MEMBINGUNGKAN

La Liga akan dimulai tanggal 18 Agustus, namun masih menyisakan satu macam problem yang cukup krusial, yaitu hak siar televisi. Masalah ini sebenarnya sudah ada dari awal musim lalu. Dengan ancaman beberapa klub untuk tidak berpartisipasi dalam liga yang di selenggarakan oleh LFP, tapi liga masih bisa berjalan di musim 2011/12. Ok, beberapa klub komplen bukan saja tentang hak siar, namun beberapa mengkritisi jadwal bertanding yang cukup padat. Mari kita lihat akar sebenarnya, karena masalah ini sedikit-banyaknya berpengaruh terhadap cules yang hard-core nobar. :D


Tanggal 13 Agustus kemarin, para klub mengadakan rapat dengan jajaran RFEF mengenai pembagian adil revenue hak siar televisi sebesar 600 juta Euro. Bukan angka sedikit memang. Apalagi ditengah krisis ekonomi yang menghinggapi Spanyol. Maka uang sebesar itu cukup penting bagi kelangsungan hidup klub-klub kecil yang rata-rata menghuni papan tengah dan papan bawah klasemen akhir dan klub-klub promosi ke Divisi Primera.

Dari total 600 juta Ero tersebut, sekitar 50% dialokasikan untuk 2 klub besar Real Madrid dan Barcelona. Di sini kemudian masalah berkembang. 13 klub mengajukan nota keberatan dengan pembagian tersebut serta mengajukan 4 poin kepada RFEF/LFP, antara lain:

  1. Meminta percepatan pembayaran hak siar televisi kepada semua klub Divisi Primera. 
  2. Meminta menarik semua tuntutan kepada klub-klub peserta Divisi Primera terkait hak dasar kontrak penjualan hak siar klub. 
  3. Menciptakan transparansi dan regulasi untuk mengatur waktu kick-off dan tanggal bermain. 
  4. Meminta operator televisi/pemegang hak siar untuk menstabilkan jaringan agar tercipta keadilan dalam pembagian hak siar televisi. 
Ketiga-belas klub tersebut (Athletic Bilbao, Athletico Madrid, Real Betis, Celta Vigo, Espanyol, Getafe, Granada, Real Mallorca, Osasuna, Rayo Vallecano, Real Sociedad, Sevila dan Real Zaragoza) akan mengancam memboikot liga jika tuntutan tersebut tidak dilaksanakan.

Wakil presiden Sevilla, Jose Maria Cruz berkata bahwa "Tidak mungkin mempercayai format liga yang sekarang ada. Sangat perlu perombakan. Kami harus memisahkan kontrol kedua klub besar tesebut (Barcelona dan Real Madrid) ke Divisi Primera dan dengan ini (nota protes) kami bereaksi. Ini adalah jalan yang harus kita tempuh."

Jika kita melihat poin pertama, maka memang seharusnya Canal+ dan Mediapro harus mempercepat pemabayaran hak siar. Itu sudah menjadi kesepakatan bersama. Clear kan?
Untuk poin kedua, ini lebih ke persoalan pribadi antara Espanyol dan Celta Vigo yang pada musim lalu merubah kesepakatan pemberian hak siar ke media lainnya. Mungkin beberapa klub melihat poin ini cukup vital agar jika suatu saat Canal+ tidak bisa memberi "kenyamanan", maka klub bisa merubah hak siar kepada Mediapro, begitupun sebaliknya. Perlu dipahami bahwa hak siar Liga Spanyol dipegang oleh 2 media, Canal+ dan Mediapro dan beberapa klub terpecah.

Poin ketiga ini yang menurut saya cukup berpengaruh terhadap para cules hard-core nobar di Asia, terutama Indonesia. 9 klub yang sudah menjalin kerjasama dengan Canal+ merasa keberatan dengan waktu kick-off dan penjadwalan bermain. Mereka protes karena merasa Mediapro memonopoli atau campur tangan dalam penjadwalan pertandingan La Liga. Klub-klub yang telah menjalin kerjasama dengan Canal+ merasa bahwa mereka dirugikan. Sebagai contoh Atletico Madrid. Pertandingan Atletico Madrid kontra Athletico Bilbao dijadwalkan bermain hari Senin tanggal 20, sehari sebelum pertandingan Athletico Madrid melawan Chelsea di final Super Cup. :D

Maksud dari pertandingan siang hari adalah untuk meraup pasar Asia. Untuk Barcelona sendiri, mereka tidak keberatan bermain siang. Entah kenapa Rosell setuju dengan hal ini, padahal kemarin-kemarin Rosell sangat menentang pertandingan siang hari karena tidak sesuai "tradisi". Well, when it comes to huge money, everyone can kiss someone arse. :#

LFP sudah berani bersaing dengan FA dengan bermain di siang hari untuk pasar Asia. Mungkin lebih tepatnya Mediapro berani bersaing dengan EPL. Dan memang, mau tidak mau, La Liga harus bermain di siang hari demi meraup massa yang lebih banyak. Transparansi agak sulit diperlihatkan LFP. Banyak rumor yang mengatakan LFP korup, meski saya sendiri tidak mendapat bukti nyata. Namun jika melihat kecenderungan LFP membela atau meng-anakemas-kan Mediapro, maka secara tidak langsung pikiran saya beranggapan bahwa "ada udang dibalik batu". Apa lagi ketika di rapat tersebut ada debat antara presiden Athletico Madrid Enrique Cerezo dengan wakil presiden LFP yang berkata bahwa "LFP berbohong dengan berkata bahwa pertandingan jam 11 malam membuat para pemain tidak kepanasan dan pertandingan mid-week akan memberi revenue lebih besar lagi karena besarnya antusiasme penonton di Cina/Asia. Wakil presiden LFP, Javier Tebas kemudian membalas dengan menagih hutang pajak Athletico Madrid sebesar 150 juta Euro yang belum terbayarkan ke pihak LFP. Dan memang, mayoritas klub Divisi Primera memiliki hutang yang tidak sedikit terhadap LFP. Ternyata, mirip di Indonesia ya? :D

Di poin terakhir ini, Barcelona dan Real secara mentah-mentah menolak permintaan klub-klub lainnya. Keduanya merasa memiliki fans yang sangat banyak di seluruh dunia. Sangat tidak adil jika cules atau madridista yang membayar untuk menyaksikan tim kesayangannya, namun uang tersebut jatuh ke klub lainnya. Memang sangat tidak adil. Tetapi jika melihat prosentase pembagian hak siar keduanya dengan klub lainnya, maka keadilan sangat dipertanyakan. Sebetulnya sangat wajar jika Real dan Barca menolak pembagian hak siar seperti di Inggris. Selain keduanya memiliki fans yang banyak, juga karena keduanya diisi pemain-pemain bintang bergaji tinggi yang membutuhkan kontinuitas dalam pembayaran gaji agar bisa bersinar di level Eropa.

Jika saya teliti dan melihat apa yang ada di lapangan, maka memang sangat tidak adil jika pembayaran hak siar tersebut dibagi rata. Maaf bukan maksud jelek atau menyinggung, tetapi bayangkan jika penonton Indonesia harus membayar agar bisa melihat pertandingan La Liga. Sedangkan komunitas fans Valencia, Malaga, Bilbao, Atletico atau Villareal tidak begitu besar di Indonesia jika dibandingkan Barcelona dan Real. Dari situ saja sudah terlihat bahwa jika pemerataan pembayaran hak siar tentu tidak adil. Klub-klub tersebut hanya memperoleh sedikit dari penjualan hak siar (pay per view), namun meminta disamakan dengan Real dan Barca. Kenapa tidak sekalian meminta "jatah" dari penjualan merchandise Real dan Barca juga??

Presiden Osasuna Patxi Izco, berpendapat bahwa seharusnya di musim 2014/15 dan seterusnya, Barca dan Real hanya mendapat 34% dari total hak siar atau masing-masing mendapat 22%. Atletico Madrid dan Valencia mendapat masing-masing 11% dan sisa 55% persennya dibagi rata antar klub lainnya. Absurd!

Sebetulnya hal ini seperti lingkaran setan. Prestasi > fans > uang > pemain bintang > prestasi. Terus begitu seterusnya. Namun untuk memasuki lingkaran tersebut, maka dibutuhkan kejelian. Sebagai contoh: Barca di awal tahun 2000an tidak masuk dalam 10 besar klub kaya. Bahkan bisa dibilang dalam taraf hampir bangkrut. Dengan sedikit kesabaran dan ketelitian serta kerja keras maka hasilnya terlihat dalam beberapa tahun. Dulu Barca memasuki lingkaran tersebut dari sisi uang dan pemain bintang.
Terserah dari poin mana akan memasuki lingkaran tersebut. Apa di mulai dari investasi besar-besaran seperti Manchester City dan PSG dengan resiko akan berakhir seperti Malaga. Atau dengan menciptakan dari prestasi, seperti Atletico Madrid dan Athletic Bilbao yang sukses memasuki final European League dengan resiko pembajakan pemain berkualitas oleh klub kaya yang pada akhirnya menurunkan kompetitifan klub.

Pada awal musim 2011/12 lalu, Real dan Barca sempat mengancam untuk keluar dari Divisi Primera karena tidak tahan dengan "rengekan" klub-klub kecil terkait masalah ini. Tentu saja ini akan merugikan klub-klub lainnya karena akan semakin kecil pendapatan yang akan didapat dari hak siar, karena tidak ada Real dan Barca. Hal ini seakan menegaskan hal lainnya yang menurut saya memiliki korelasi, bahwa seandainya Katalan merdeka, Barca akan tetap bermain di Divisi Primera Spanyol karena terkait uang hak siar. Sama seperti AS Monaco di Prancis lah.

Sepertinya krisis yang menerpa Eropa, terutama Spanyol sangat berimbas pada klub sepakbola. Masih ingat penjualan Villa, Silva dan Matta oleh Valencia demi menyeimbangkan neraca keuangan? Well, musim ini mereka mendapatkan kepastian pemasukan uang dari penjualan Jordi Alba untuk sampai awal musim 2014/15.

Memang agak sedikit membingungkan jika ekonomi disangkut-pautkan dengan politik. Di negeri kita sendiri pun hal ini masih terasa kental. So, mari kita berdoa agar Barca bermain di siang hari agar semakin banyak cules yang mencintai Barca dan antusias untuk mengikuti nobar! *amin*




PRIMER EL BARCA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar