Setelah pertandingan tersebut selesai, pelatih Atletico Madrid Diego Simeone mengutarakan pendapatnya jika La Liga sudah membosankan karena dominasi Fc Barcelona. Wait, apakan itu betul? Sudah separah itukah virus kekuatan tiki-taka yang diciptakan oleh Josep Guardiola? Sudah seputus-asakah para kontestan La Liga karena selalu gagal mengalahkan Fc Barcelona dan Real Madrid?
Sebetulnya apa yang diutarakan oleh pelatih berkebangsaan Argentina tersebut kurang tepat namun bisa juga benar. Kurang tepat, karena tim-tim La Liga sebetulnya kompetitif. Klub-klub La Liga masih bisa bertahan dan bertanding, meski memiliki hutang jutaan euro. Padahal, syarat untuk sebuah klub untuk bisa kompetitif adalah memiliki finansial yang sehat. Namun entah mengapa, klub-klub La Liga bisa bertahan.
Liga BBVA Yang Membosankan? |
Mungkin sebagian orang sudah lupa, jika finalis European League musim kemarin adalah Athletic Bilbao melawan Atletico Madrid. Untuk Atletico Madrid sendiri, perjalanan di European League harus bertemu dengan lawan-lawan yang cukup memiliki nama besar, biasa menduduki peringkat 4 besar atau memiliki beberapa pemain bintang di liga masing-masing. Klub-klub seperti Besiktas, Glasgow Celtic, Udinesse, Lazio dan Hannover. Bukan hanya itu, klub yang pada awalnya bernama Aviciones de Madrid ini bisa mengalahkan tim asal La Liga sendiri, Valencia CF dengan aggregate akhir 5-2. Untuk diketahui Valencia di musim 2010/11 sendiri berada di posisi 3 klasemen akhir La Liga. Sedangkan Atletico Madrid sendiri berada di posisi 7 klasemen akhir. Itu artinya, Valencia memiliki skuad yang lebih kompetitif dibanding anak asuha Diego Simeone. Memang, harus saya akui, perombakan skuad di awal musim 2011/12 cukup memberi andil yang besar.
Bagi Athletic Bilbao sendiri, bisa menumbangkan Manchester United yang notabene adalah klub raksasa di liga Inggris merupakan suatu kejutan. Jika dilihat dari keadaan finansial klub, Manchester United lebih stabil dibanding Athletic Bilbao. Bahkan menurut swissramble, Manchester United mendapatkan revenue paling tinggi kedua setelah Real Madrid di musim 2010/11. MU bisa membeli pemain mana saja yang mereka inginkan, berbanding terbalik dengan Athletic Bilbao yang hanya mengandalkan pemain asal Basque, sesuai tradisi mereka.
Masih kurang? Athletic Bilbao pun bisa mengangkangi klub mendadak kayak macam PSG di fase grup European League. Dengan aggregate 4-4, anak asuhan Marco Bielsa ini lolos karena gol away sebanyak 2 gol. Klub Jerman, Schalke dari Bundesliga yang menurut sebagian orang merupakan liga paling stabil finansialnya pun berhasil dilewati dengan aggregate 6-4 bagi Athletic Bilbao.
Untuk klub-klub La Liga lainnya, saya sempat menaruh harapan ketatnya persaingan La Liga kepada Malaga CF yang dibeli oleh investor berkebangsaan Arab, Syeikh Abdullah Al Thani. Harapan saya tersebut berdasar kepada kompetitifnya klub Manchester City dan PSG. Namun ternyata Malaga hanya sanggup membeli pemain-pemain veteran, seperti Ruud Van Nistlerooy, Joaquin Sanchez, Jeremy Toulalan dan Idriss Kameni di musim 2011/12. Di musim 2012/13, Malaga membeli Javier Saviola untuk menggantikan Ruudtje yang pensiun. Meski jauh dari harapan saya, beberapa musim kedepan sepertinya Malaga akan kompetitif.
Lalu, apakah La Liga memang membosankan?? Wait, Liga Champion Eropa di musim ini memperlihatkan jika tim-tim asal Spanyol lolos ke fase berikutnya. Kebetulan? Hmm... Bisa jadi. Tapi kita lihat dulu per-grup dulu sebelum men-judge deh. :)
Malaga CF memuncaki juara grup dengan rekor tanpa pernah kalah! Kebetulan? Hmm.. Di grup tersebut ada raksasa Italia, AC Milan loh. Bahkan Malaga sukses mengalahkan AC Milan dengan skor akhir 1-0 di kandang dan seri 1-1 di San Siro. Di grup C tersebut juga ada Zenit St. Petersburg dan Anderlecht yang memiliki sejarah langganan masuk Liga Champion. Yakin nih lolosnya Malaga cuma kebetulan semata? :)
Di grup D ada Real Madrid yang mengisi grup neraka. Ada Ajax Amsterdam yang memiliki sejarah akademi mumpuni, Manchester City dengan kemampuan finansial seperti IMF, dan raksasa asal Jerman, Borussia Dortmund. Meski Real Madrid terkesan terseok-seok untuk bisa lolos, namun mereka bisa lolos dengan menduduki peringkat kedua dengan rekor 1 kali kalah, 2 seri dan 3 kali menang. Mungkin ada yang beranggapan jika Real Madrid bisa lolos karena beruntung karena di liga sendiri pasukan Jose Mourinho ini berada di posisi ketiga klasemen sementara dengan selisih 13 poin dengan Fc Barcelona. Padahal Real Madrid sendiri memiliki skuad yang mumpuni dan menakutkan.
Grup F? Ada Valencia CF yang menjadi runner-up grup. Tim yang di arsiteki oleh Ernesto Valverde ini harus bersaing dengan Bayern Munchen, Lille, BATE Borisov. Hasil 4 kali menang, 1 kali seri dan 1 kali kalah merupakan raihan yang lumayan, mengingat untuk di liga sendiri Valencia berada di posisi ke 11 klasemen sementara Liga BBVA dengan 6 kali menang, 3 kali imbang dan 7 kali kalah.
Barcelona dengan nyamannya berada di puncak grup G dengan 4 kali menang, 2 kali imbang dan 1 kali kalah. Kalah?? Yeap! Pasukan Katalan ini kalah dari Glasgow Celtic dan ditahan imbang oleh Benfica.
Setelah melihat beberapa fakta diatas, masihkah kita setuju jika La Liga membosankan? Jika opini Diego Simeone tersebut merujuk kepada superioritas Fc Barcelona, maka jawabannya adalah tidak. Fc Barcelona bisa dikalahkan oleh Glasgow Celtic di Liga Champion Eropa dan di tahan imbang Real Madrid di liga yang berada di posisi 3. Lalu, apakah kemenangan beruntun Fc Barcelona yang memenangkan 46 poin dari kemungkinan 48 poin ini adalah aib? Tidak. Fc Barcelona memakai para pemain yang mayoritas didikan akademi La Masia. Jika Fc Barcelona mengandalkan kekuatan finansial klub dengan membeli pemain-pemain dengan nilai transfer mahal, maka wajar jika beberapa klub berkomentar La Liga membosankan. Namun karena Barca mengandalkan pemain lulusan akademi, harusnya menjadi pemecut semangat bagi klub lain untuk fokus kepada akademi masing-masing.
Jika memang Fc Barcelona memakai pemain lulusan La Masia, kenapa Fc Barcelona harus membayar gaji tinggi para pemainnya? Well, ini terkait etika dan norma tidak tertulis profesionalisme. Pemain dengan kemampuan bagus, maka akan dihargai atau digaji tinggi, meski itu lulusan akademi sendiri. Gaji tinggi tersebut adalah hak dari kerja keras pemain di sesi latihan dan di lapangan. Wajar.
Memang, saya akui beberapa klub La Liga kurang konsisten tiap musimnya. Itu terkait dengan finansial klub. Jika ada pemain yang lumayan bersinar, maka klub tidak akan segan menjualnya demi kelangsungan klub tersebut. Jika pemain berbakat itu tidak dijual, maka klub akan terlilit hutang atau bahkan kolaps karena tidak sanggup membayar gaji para pemainnya.
Lalu bagaimana dengan hak siar televisi? Bukankah itu bisa membantu finansial klub? Hmm.. Sebenarnya LFP (otoritas liga Spanyol) pernah atau telah melakukan kampanye untuk membantu finansial klub dengan melakukan pertandingan di siang hari demi pangsa pasar Asia. Namun di awal musim ini ide tersebut sempat ditolak oleh mayoritas klub yang katanya menyalahi "tradisi". Bahkan klub sebesar Fc Barcelona sendiri terkesan egois dengan ikut menolak ide tersebut. Memang, jika ide tersebut dijalani, klub-klub kecil pada awalnya tidak akan mendapat efek yang signifikan. Namun dalam beberapa musim kedepan, mereka akan mendapatkan buahnya. Jika ingin melihat perbandingan, lihatlah EPL. Dulu siapa sih yang tahu ada klub bernama Norwich, Swansea, Fulham dan lainnya? Sekarang, klub-klub kecil tersebut bisa merasakan efeknya bermain siang hari. Yaitu fan-base di Asia yang artinya penetrasi merchandise berbanding lurus dengan income bagi klub.
Lucu, klub yang sangat kontra tersebut adalah Atletico Madrid. Namun ketika LFP membalikan protes Atletico Madrid terkait tersendatnya pembayaran hutang Atletico Madrid kepada LFP senilai ratusan juta euro, pihak Atletico Madrid melunak. :D
Income dari hak siar televisi ini memang terkesan merugikan klub-klub kecil. Fc Barcelona dan Real Madrid memiliki porsi fulus yang lebih besar dibanding klub lainnya. Itu menurut saya wajar, karena jumlah rating pertandingan kedua klub tersebut sangatlah tinggi. Namun jika klub-klub La Liga telah memiliki fan-base disertai prestasi klub menaik (modal pembentukan skuad awal yang kompetitif dibantu oleh merchandise), maka tentu saja hak siar televisi akan merata. Untuk masalah hak siar ini, silahkan lihat di sini.
La Liga sebetulnya adalah liga paling kompetitif. Lihat saja, nominator peraih Ballon d'Or dan Pemain Terbaik Eropa kemarin adalah berasal dari La Liga. So, pendapat Diego Simeone tersebut kurang tepat sepertinya. Superioritas Fc Barcelona didasarkan kesabaran di tahun-tahun sebelumnya. Di medio awal tahun 2000an, Fc Barcelona hanyalah raksasa yang lumpuh. Namun dibelakang itu, mereka mempersiapkan amunisi yang kuat. Yeap! La Masia menjadi semacam kawah candradimuka bagi pemain di skuad tim inti sekarang. Disertai manajemen yang tepat, maka akhirnya melahirkan Fc Barcelona yang sekarang. Sehebat-hebatnya Fc Barcelona, mereka sering mengalami kesulitan dalam bertanding. Hanya saja, moral yang tinggi dan kemauan untuk menang sepertinya berada 1 langkah didepan lawan. Pembandingnya, adalah tim putih-putih. :D
PRIMER EL BARCA
iya sih kak.. lagian kan....
BalasHapusini kok ngelantur ke liga eropa dan champion?? di ajang eropa memang team spanyol kuat, tp yg dipertanyakan kan La liga..! kenyataannya la liga memang membosankan.. tidak ada kompetisi yg sengit, tp cuma perebutan tradisi juara antara barca dan madrid, ya jelas boseeeen lah!!
BalasHapus