BONA SORT, THIAGO!

The players comes and goes, but the club stay. Peribahasa ini sepertinya cocok untuk diucapkan oleh fans sebuah klub sepakbola seluruh dunia di setiap musim panas dan bulan January. Di dua kesempatan tersebut, pemain bisa dengan bebas keluar atau masuk suatu klub jika harga telah disepakati oleh kedua belah pihak dan disetujui oleh sang pemain.

Setelah David Villa pergi ke Atletico Madrid, Abidal ke AS Monaco, Fontas ke Celta Vigo, Bojan ke Ajax Amsterdam, kini saatnya untuk Thiago ke Bayern Munchen. Dengan nilai transfer total sebesar 25 juta euro. Perinciannya 20 juta dari dompet Munchen langsung, 4 juta didapat dari total pengurangan gaji Thiago, dan 1 juta euro didapat dari pertandingan persahabatan nanti. 

Apakah penjualan Thiago merugikan Barca? Jawabannya bisa ya, bisa tidak. Okay, mari kita bahas satu persatu. 

Kenapa saya bilang bisa merugikan? Sudah pasti, dengan usia yang relatif muda, Thiago merupakan asset yang berharga bagi Barca di masa depan atau setidaknya di musim 2014/15. Sudah jelas, dengan semakin tuanya Xavi, performa Xavi tidak bisa menjadi tumpuan tim dan pemain lulusan La Masia yang menurut saya cukup bagus untuk menjadi "The Next Xavi" adalah Thiago. Mungkin label "The Next Xavi" terlalu lebay. Namun secara statistik permainan musim 2012/13 yang dirilis Opta, Thiago hampir menyamai Xavi, dibanding Cesc. 

Lalu apakah Barca harusnya mengajukan perpanjangan kontrak baru bagi Thiago beberapa waktu lalu? Nah ini yang saya curiga tidak akan dilakukan oleh Thiago. Selain karena faktor klausul turun, Thiago pun memang tidak berminat untuk bermain bagi Barca. Wait, what?? 

Yups. Di sesi wawancara tahun 2011 lalu Thiago menyatakan bahwa dirinya sadar jika ingin meraih kesuksesan maka harus dilakukan di klub lain, bukan di Barca. Thiago ingin menjadi pemain yang dikenang selamanya, atau semacam legenda andai dirinya menyatakan pensiun nanti. 

Sepertinya Thiago sadar jika dirinya tidak akan bisa bersaing dengan Xavi, Cesc dan Iniesta di line-up atau sosok Lionel Messi jika tujuannya ingin menjadi legenda. Mengejutkan memang, namun jika kita melihat keputusan Thiago untuk hengkang, maka perkataan Thiago tersebut benar nyatanya. Untuk diketahui, sang ayah, Mazinho, pun dahulu selalu berganti-ganti klub sampai 9 kali. Ya bisa disebut "Like father, like son" lah. 

Penyataan Thiago ini dikatakan di bulan Juni 2011, kala Cesc diisukan akan bergabung dengan Barca. Mungkin kala itu Thiago memutuskan tetap tinggal karena faktor Pep. Siapa tahu, ya kan? Yang pasti dengan masuknya Thiago ke Munchen, spekulasi kedekatan keduanya memang benar.

Saya bingung jika ada orang yang menyalahkan Pep terkait kepergian Thiago ini. Memang kala itu Pep pernah berkata jika dirinya tidak akan "membajak" pemain Barca untuk menemani dirinya di Bayern Munchen. Namun untuk kasus Thiago, sepertinya berbeda. Thiago adalah pemain yang ambisius. Dan dengan klausul penurunan klausul, maka itu adalah salah satu alasan bagi Thiago untuk pergi. Yang patut disalahkan adalah direksi Fc Barcelona. Mereka tahu jika Thiago adalah pemain yang selalu ingin bermain, lalu kenapa memasang klausul seperti itu? Entah, sepertinya ada mis-komunikasi antara direksi dengan Tito untuk lebih sering memainkan Thiago, karena Tito sendiri tidak mengetahui adanya klausul tersebut. 

Lalu apakah kepergian Thiago menguntungkan Barca? Bisa jadi. Sejauh ini Barca hanya meraup sedikit uang dari penjualan dan peminjaman pemain. Sedangkan pembelian pemain sangatlah tinggi untuk Neymar. Belum lagi kebutuhan untuk membeli center back. Nilai Thiago Silva sangatlah tinggi. 

Untuk poin ini saya tidak bisa berkata banyak karena nilai transfer atau peminjaman pemain itu kadang tidak dipublish secara terbuka oleh klub. Namun sangat jelas, Barca butuh income untuk menyeimbangkan neraca keuangan agar bisa membeli pemain yang cukup mahal. 

Apakah penjualan Thiago Alcantara blunder bagi Barca? Bisa jadi. Akan tetapi kesimpulan blunder baru bisa dilihat musim depan, apakah permainan Thiago di Bayern Munchen bagus atau tidak. Jika bagus, maka kita hanya menelan ludah, ya kan? :D

Thiago Alcantara dan Marc Bartra
Jangan khawatir. Barca dari dahulu selalu menjual pemain-pemain berkualitas koq. Salah satu contohnya Mikel Arteta, Pepe Reina, Gai Assulin, Victor Vasquez, Thiago Motta, Gabri, Luis Garcia, dan lainnya. Wajar, namanya juga klub yang memiliki akademi. Mungkin beberapa nama yang saya sebut tadi kurang bersinar di klub selanjutnya dan kurang terekspos dari sisi nilai transfer. But still, melihat pemain alumni La Masia pergi seperti kehilangan gebetan. #halah =))

Anyway, saya tidak terlalu berharap jika suatu saat Thiago balik ke Barca nanti. Andai jika nanti kembali, maka saya yakin seluruh cules akan menerima dengan tangan terbuka. Bona sort, Thiago! 




PRIMER EL BARCA! 

2 komentar:

  1. jika ingin meraih kesuksesan, maka tidak di Barca. wew. kalo buat ukurannya sama pemain senior sekarang iya. tapi kalo buat kedepannya, pasti yg junior jadi senior. ah sudahlah, sudah jadi bubur, mending kita berdoa supaya buru buru bedug naghrib :))

    BalasHapus
  2. Good Luck Thiago ! Semoga Thiago tdk seperti Cesc yg di jual lalu di beli lagi :|

    BalasHapus