SISTEM PERTAHANAN ERA MAJAPAHIT

Pernah mendengar peribahasa "Sebaik-baiknya pasangan kita sekarang, pasti mantan kita yang lebih baik.". Agak ngehek memang peribahasa tersebut. Ada semacam komparasi atau perbandingan antara apa yang pernah kita dapatkan dahulu dengan apa yang kita punya sekarang. Alhasil, komparasi ini pada suatu titik akan menghasilkan 'standar minimum'. Peribahasa diatas nantinya akan menghasilkan peribahasa lainnya "Jika tidak lebih baik dari mantan, buat apa?". Kasar katanya sih "mantan terindah" lah.



Well tulisan ini tidak untuk membuat para pembaca galau atau kembali teringat kepada mantan. Tidak. Hanya sekedar pengingat apa yang pernah dikatakan founding father Indonesia, Bung Karno. Jasmera. Jangan melupakan sejarah. :p

Akhir-akhir ini saya memikirkan quote dari Bung Karno mengenai masa lalu tersebut. Tidak ada hubungannya dengan mantan terindah saya (which is way too complicate to say), akan tetapi dengan masa lalu yang terindah dari FC Barcelona. Lebih spesifiknya lagi: lini belakang FC Barcelona.

Ketika pertandingan melawan Sevilla FC berakhir, ada sesi wawancara dari Victor Valdes yang berkata jika "Harus ada perbaikan sistem lini belakang". Tidak perlu berfikir keras jika perkataan Valdes ini semacam ironi atau sindiran terhadap beberapa orang di klub yang berurusan atau berkaitan dengan lini belakang. Para defender, defending coach dan coach sendiri termasuk diantaranya. Ada 1 pertanyaan saya yang cukup mengganggu kenikmatan hidup saya: Ada apakah dengan sistem lini belakang Barca?
Wait, sebelum melangkah lebih jauh, perlu saya terangkan bahwa statement Valdes diatas adalah mengenai kapan seorang defender maju dan kapan seorang defender mundur dan bertahan.

Jika kita melihat permainan melawan Sevilla FC (dan mungkin match lainnya. Saya lupa), pemain yang tersisa dibelakang adalah Sergio Busquets dan Mascherano. Di match kontra Sevilla pula, terlihat jelas jika para pemain asuhan Unai Emery bisa dengan bebas menciptakan counter yang cepat. Untungnya, (hampir) semua counter bisa dipatahkan sebelum penetrasi ke gawang. Namun sampai kapan para pemain bertahan Barca bisa melakukan hal seperti itu lagi? Ingat, kompetisi liga masih panjang dan ada Liga Champion serta Copa del Rey. Empat pemain bertahan yang dirotasi pun belum tentu bisa terus menerus meredakan counter lawan.

Masih ingat dengan Abidal? Pasti masih lah ya. Saya pun yakin para pembaca masih ingat dengan permainan Abidal di area kiri bertahan Barca yang menciptakan keseimbangan antara bertahan dan menyerang. Dahulu di era Pep, ketika Dani Alves naik keatas untuk membantu penyerangan, Abidal yang bermain sebagai left back, tetap berada sejajar dengan Puyol, Pique. Kalau pun Abidal turut serta maju kedepan, dipastikan tidak akan melakukan penetrasi. Penetrasi winger hanya dilakukan oleh Alves yang cutting inside ke area kotak pinalti lawan. Paling jauh, Abidal hanya touchline. Itu pun jarang.

8 Pemain Barca Menyerang, Lalu Dibelakang Ada Siapa Saja??
Sekarang kita berbicara pada era Tito. Alba memang pemain yang hebat. Larinya cepat, sering masuk timnas La Furia Roja. Akan tetapi Alba memiliki kelemahan secara tim, yaitu kala Alves naik, Alba pun naik. Memang sih secara penyerangan hal ini menjadikan FC Barcelona unik. Tapi sudah menjadi rahasia umum jika Alba kurang baik dalam bertahan dibanding Alves. Adriano lebih baik dibanding Alba jika kita tela'ah secara seksama. Adriano bagus dalam menyerang, meski kurang begitu baik dalam bertahan. Tapi mungkin Adriano lebih berpengalaman, sehingga bisa diplot sebagai CB. Sedangkan Alba unggul dalam hal ketahanan  badan terhadap cidera.
El clasico dan UCL menjadi standar atau patokan dalam komparasi antara Abidal dan Alba. Cristiano Ronaldo yang menjadi pemain bergaji termahal di dunia mungkin masih ingat betapa alotnya Alves di kanan dan Abidal di kiri. Sedangkan el clasico di era Tito kurang begitu baik.

Lalu apa hubungannya dengan perkataan Valdes? Ya ini. Valdes 'mengkritik' perlunya keseimbangan. Kiper hebat mana pun akan besar kemungkinan dibobol jika barisan pertahanannya kurang sigap. Saya melihat Valdes seakan bernostalgia dengan kenangan indah bersama Abidal. Atau setidaknya pemain yang setipe dengan Abidal. Seorang left back dengan naluri bertahan, ketika wing kanan dan seorang center back naik kedepan.

Puyol sebentar lagi akan mendapat lampu hijau dari tim medis untuk bermain. Itu bagus. Puyi adalah CB yang tangguh dan seorang kapten yang fantastis dalam memotivasi skuad. Tapi dengan seiring usia bertambah dan cidera yang menghinggapi Puyi +  wing kanan dan kiri yang naik kedepan + center back yang maju, bukankah akan menciptakan masalah di lini belakang akibat counter?

Selain regenerasi center back, mungkin direksi FC Barcelona harus memikirkan pula keseimbangan. Abi dan Alves itu semacam yin dan yang di Barca yang sulit dilakukan kembali oleh Alba atau Adriano. Yin dalam menyerang dan yang dalam bertahan. Seorang tembok yang bisa diandalkan ketika tim sedang dalam keadaan menyerang.

Mungkin musim depan direksi akan mencoba menciptakan lagi keseimbangan yang sempat hilang. Apakah hal tersebut bijak dan tepat? Hmm.. Antara iya dan tidak. Perlu diingat bahwasanya usia Alves musim panas tahun depan adalah 31 tahun. Alves sampai usia 33 pun saya yakin akan masih bermain prima. Namun jangan lupa ada faktor finansial dan faktor emosional yang turut bermain. Gaji Alves sangat lah tinggi (golongan A jika saya tidak salah). Dengan adanya Neymar yang bergaji tinggi, Messi yang bergaji superstar dan Iniesta yang sempat menolak tawaran pertama soal gaji dari Barca, maka ada baiknya jika salah seorang pemain bergaji tinggi lainnya di cut (cut = jual). Pilihan yang paling masuk akal adalah menjual Alves.

Tadi saya menyebut faktor emosional kan? Mungkin ini hanya firasat saya saja. Tapi ketika ada pemberitaan jika Alves sempat menawarkan transplantasi hati bagi Abidal, maka alasan Alves memakai nomer punggung 22 sudah jelas. Sebagai penghormatan terhadap seorang sahabat dan seorang 'alter ego' dari Alves. Alves sempat kecewa dengan cara direksi menhandel kasus pemutusan kontrak Abidal. Seperti yang kita ketahui, presiden Sandro Rosell kurang suka dikritik atau diserang. Para pengkritik akan dicap sebagai Cruyff-isme atau Guardiolisme dan wajib dibuang dari tubuh klub, layaknya penyakit panu. Tidak akan menjadi kekagetan bagi saya ANDAI suatu saat Alves menjadi bagian dari 'barisan sakit hati', bersama dengan Abidal, Pep, Johan Cruyff dan Joan Laporta terhadap Sandro Rosell. Harap diingat, kalimat terakhir hanya pengandaian semata, bukan fakta.

Jika penyeimbang ini harus dimiliki oleh Barca, lalu bagaimana caranya? Bukankah musim transfer sudah ditutup? Memang. Jangan lupa, January nanti keran transfer akan dibuka kembali. Ada baiknya Tata Martino membeli 2 orang defender jika Tata tidak berniat memakai Bartra. Seorang yang bisa berperan sebagai left back dan seorang lagi sebagai center back murni.

Jika kita berbicara soal barisan pertahanan, sama seperti defending counter, defending set-piece pun masih menjadi hal yang menakutkan untuk Barca. Peran Rubi untuk memberesi defending set-piece pun seakan menguap entah kemana beritanya. Butuh waktu untuk memperbaiki hal-hal yang mengakar memang.

Mantan (baca: masa lalu) mengajarkan kita untuk memperbaiki diri. Jika tetap jatuh kepada hal yang sama, maka artinya kita tidak intropeksi diri dan belajar dari masa lalu. Seharusnya ada peningkatan satu level setiap kita mengingat kebelakang. Tidak perlu berlarut-larut dalam romantisme masa lalu yang berlebih karena masa depan masih luas untuk diarungi.



PRIMER EL BARCA! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar