LOGIKALISASI RVP DI FCB

Dulu, saya pernah membaca sebuah buku mengenai filsafat Islam. Saya lupa nama buku tersebut, namun buku kecil itu bisa membuka pikiran orang mengenai segala hal yang ada di dunia dan Dzat-Nya, sesuai dengan pemikiran Islam. Sebuah pemikiran yang didasari dan dibatasi ketaatan terhadap Allah SWT karena pemikiran yang radikal dan diluar kendali akan selalu menimbulkan “kehausan”.


Setelah membaca buku tersebut, saya mengambil kesimpulan jika segala sesuatu yang ada di jagad raya bisa dipercaya dan dipikirkan secara logika. Bahwa manusia untuk bisa percaya mengenai sesuatu, akan berfikir secara logika. Jika logikanya masuk, maka manusia tersebut akan condong percaya.

Namun ada dua hal di dunia yang tidak masuk logika, akan tetapi harus dipercaya. Kedua hal tersebut adalah akal pikiran (logika) manusia itu sendiri dan Allah (Keesaan-Nya, Dzat-Nya dan firman-Nya). Tentu saja ini menjadi kontradiksi karena percaya itu harus sesuai dengan logika. Tapi seperti yang sudah saya tulis diatas, pemikiran radikal dan tanpa batas hanya akan menimbulkan “kehausan” tak berkesudahan sehingga bisa membuat logika mati.

Jika berbicara logika, saya tidak akan percaya jika Robin van Persie akan berlabuh ke FC Barcelona pada bulan January nanti. Pemikiran saya tersebut berdasarkan beberapa hal sangat sulit untuk dibuang.

Alasan pertama saya adalah sumber berita tersebut. Di harian Sport memang ditulis mengenai niatan RvP untuk hengkang dari Manchester United. Namun di artikel Sport tersebut tidak ditulis mengenai niatan FCB untuk mendatangkan RvP. Artikel tersebut hanya menulis kemungkinan FCB mencari seorang striker dan Sport menghubung-hubungkan antara RvP dan FCB, tanpa ada penegasan jika FCB memang mengincar RvP. Sport hanya menulis kemungkinan RvP mengikuti jejak Henke Larsson di FCB. Sport tidak salah dalam hal ini, karena Sport tidak secara eksplisit menulis ketertarikan FCB ke RvP. Yang terjadi kemudian adalah banyak pihak percaya jika FCB memang mengincar RvP.  

Baca deh, ada kalimat yang menuliskan FCB tertarik ke RvP?
Di artikel tersebut jelas-jelas ditulis jika sumber mengenai niatan RvP hengkang itu dari media massa asal Inggris, Mirror. Memang ada artikel mengenai RvP di Mirror, namun tidak ada satu kata pun tertulis “FC Barcelona” di artikel tersebut.

Sport memang media massa yang dekat dengan FCB, saya bisa yakinkan hal tersebut. Malahan Sport menjadi corong bagi “rezim” Sandro Rosell dengan pemberitaan-pemberitaan pencitraan terhadap Sandro Rosell dan pemberitaan tidak penting lainnya. Sport tahu jika fans FCB adalah target market yang potensial untuk digarap.

Alasan kedua adalah harga yang fantastis. Disinyalir harga RvP adalah 45 juta euro. Apakah bijak jika FCB mengeluarkan uang sebegitu besar hanya untuk satu pemain? Memang ada nama Neymar yang katanya memiliki harga 57 juta euro. Namun mengeluarkan uang sebesar 102 juta euro untuk  dua orang pemain dan dalam satu musim kompetisi, koq rasa-rasanya mubazir ya? Apalagi RvP tidak bisa dipakai di Liga Champions Eropa 2013/14 karena sudah terdaftar sebagai pemain MU diawal musim.

Saya yakin FCB memiliki kekuatan finansial yang kuat. Namun tidak sekuat yang orang kira. Kebijakan transfer FCB sebetulnya agak merugikan diri FCB sendiri. Pembelian yang tinggi (and yes, itu dicicil) dan penjualan yang murah. Sandro Rosell harusnya bisa menekan Zubiza untuk memperbaiki kebijakan transfer karena FCB bukan badan amal untuk klub lain.

Andai (kita mimpi dulu bentar) RvP memang jadi dibeli oleh FCB, berapa gaji yang akan diminta RvP? Pemain sekelas RvP tentu saja tidak akan selevel dengan gaji Adriano, Jordi Alba, Xavi Hernandez atau bahkan Andres Iniesta. Pemain superstar seperti RvP akan sedikit berada dibawah level Messi. Pertanyaan yang timbul kemudian: apakah FCB sanggup membayar gaji RvP? Dengan fakta yang berkembang saat ini bahwa Neymar memiliki gaji selevel dengan Messi, maka penambahan pemain berlabel superstar lainnya akan membebani neraca keuangan FCB.

Memang, banyak pemain tim utama yang lulusan La Masia sehingga FCB bisa “mengirit” uang untuk pembelian pemain. Tapi jangan lupa, kebijakan salary yang tinggi terhadap beberapa pemain lulusan La Masia akan mempengaruhi kebijakan transfer. Dan ini adalah sebuah hukum alam: pemain potensi à skuat kompetitif à kans juara à gaji tinggi à gaji tinggi.

Okay, kita asumsikan RvP jadi dibeli oleh FCB. Dimana posisi bermain RvP? RvP adalah seorang striker yang haus gol dan akan menuntut menit bermain lebih banyak karena jumlah investasi (harga transfer) yang tinggi. Apakah Tata Martino akan mengkorbankan Messi dengan sering mencadangkan Messi demi seorang RvP, padahal faktanya adalah Messi merupakan pemain dengan gaji tertinggi di FCB. Bukankah itu suatu kemubaziran?

Harusnya kita belajar kepada kasus Zlatan Ibrahimovic, dimana Ibra menuntut menit bermain dan peran lebih banyak kepada Pep Guardiola. Pemikiran Ibra tersebut masuk akal karena Ibra saat itu adalah pemain termahal dan Ibra mendapat beban moral mengenai harga transfer dirinya. Ibra hanya ingin membuktika bahwa dirinya sesuai dengan harga yang dikeluarkan oleh FCB.

Ketiga adalah kebutuhan tim FCB. Tata Martino mencari seorang striker untuk berperan sebagai Plan B atau supersub. Striker berpengalaman yang bisa diandalkan kala mengalami kebuntuan. Harap dibaca kata “pengalaman” dikalimat sebelumnya merujuk kepada usia. RvP masih dalam top perform atau masa keemasan. Akan tidak bijak jika menyia-nyiakan masa keemasan RvP di bangku cadangan.

Harus saya akui jika sosok RvP adalah apa yang dicari oleh Tata. Namun sudah menjadi rahasia umum jika seorang supersub itu adalah pemain tua yang memiliki segudang berpengalaman dan mau digaji rendah. Jangan lupa, faktor gaji ini menentukan (baca paragraph diatas). Maka tidak heran di awal musim kemarin Tata mengkritik secara halus direksi FCB karena menjual David Villa ke Atletico Madrid.

Apakah La Masia tidak bisa menghasilkan striker yang sesuai dengan keinginan Tata? Ada koq striker berpotensi dari La Masia, namun saya tidak menyarankan karena akan bernasib seperti Bojan. Sempat digadang-gadangkan sebagai striker berpotensi, namun akhirnya Bojan hingga kini tidak bisa menemukan potensi maksimalnya.

Striker yang dibutuhkan FCB adalah striker yang bisa menarik pemain bertahan, sehingga Messi memiliki celah atau lepas dari pengawalan. Kenapa saya tekankan Messi, karena para winger dan pemain lainnya yang ada di Barca selalu menjadi “pelayan” Messi. Bisa dibilang permainan FCB berpusat kepada Messi. Jika lawan bisa mematikan Messi, maka FCB akan menemui jalan buntu. Tata tahu akan hal itu, dan Tata ingin memperbaikinya dengan memasukan striker baru.

Dongou: Jadi, gw udah boleh masuk tim utama nih??
Jean-Marie Dongou adalah striker. Namun apakah tim lawan akan berfikir jika Dongou harus di-marking ekstra? Dengan usia dan pengalaman yang relative masih muda, saya yakin tim lawan tidak akan terlalu memikirkan Dongou dibanding dengan Messi. Tapi bayangkan jika posisi striker tersebut diisi pemain berpengalaman. Logikanya tim lawan akan terpecah konsentrasinya antara memarking Messi atau sang striker.


Artikel saya ini tidak akan merujuk kepada pemain tertentu karena banyak faktor yang menentukan pembelian, bukan hanya persoalan teknis atau skill semata. Yang saya coba sampaikan disini adalah kebutuhan skuat yang sesuai dengan fakta dilapangan. Lagipula, saya bukan dukun yang bisa memberi sebuah jawaban tanpa logika dan wajib dipercaya. 



PRIMER EL BARCA!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar