Ketika Sejarah Hanya Akan Menjadi Masa Lalu Semata

Saya membaca sebuah cerpen karya Dee yang sangat indah berjudul Surat Yang Tak Pernah Sampai. Dalam cerita pendek tersebut ada sebuah kalimat yang abstrak, namun mudah dicerna, yaitu "sejarah seperti awan yang tampak padat berisi tapi ketika disentuh menjadi embun yang rapuh." Kalimat Dee tersebut menceritakan jika sejarah sangat rawan untuk diputarbalikan atau diubah, karena sejarah tergantung kepada data, fakta dan ingatan. Sudah beragam contoh sejarah yang kemudian diralat setelah ditemukan bukti yang baru. 


Dalam pembicaraan dengan seorang teman baru bernama Wulan, kami terlibat pembicaraan mengenai kurangnya pendataan klub-klub di Indonesia. Menurut teman saya tersebut, pihak klub tidak merawat (atau tidak memikirkan) sejarah klub. Padahal sebuah sejarah bisa menjadi cerita kebanggan dan pelajaran yang berharga di kemudian hari. Saya pun mengamini, dengan pemikiran belum profesionalnya klub-klub di Indonesia. Kasar kata, saya beropini jika klub di Indonesia masih memikirkan bagaimana bisa menang dan klub bisa berjalan. Sebuah kebutuhan primer bagi klub. Ah, obrolan kami berdua memang hanya opini semata. 

Namun sebetulnya, pemikiran kami berdua pun tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di FC Barcelona. Memang, klub memiliki ratusan buku dan artikel pendukung masa lalu yang tersimpan rapi di ruang arsip klub. Akan tetapi minimnya informasi yang dikeluarkan oleh klub membuat banyak pihak (terutama suporter Barca) menjadi buta. Kata buta di sini bisa diidentikan sebagai buta fanatis atau buta informasi. Tergantung sudut pandang dari mana melihatnya. 

November dan Desember menjadi bulan yang sakral dari semua bulan yang ada sebab pada dua bulan tersebut banyak artikel menarik mengenai masa lalu yang berkaitan dengan pembentukan FC Barcelona. Semua pihak setuju jika sosok Hans Gamper adalah pionir. Namun hanya sedikit pihak yang mengetahui individu-individu lainnya yang juga memberikan kontribusi vital kepada klub. Beberapa bahkan bertahan hingga sekarang. 

Nama Arthur Witty mungkin terdengar asing bagi banyak orang. Tapi taipan asal Inggris ini adalah orang pertama yang bisa mencetak gol ke gawang FC Barcelona di laga pertama Barca. Witty, pada 8 Desember 1899, tergabung dalam tim berisikan orang Inggris melawan FC Barcelona. Di laga 10 lawan 10 tersebut, Witty bermain dengan Edward Witty (saudaranya), Raindtre, W. Parsons, J. Parsons, Harris, Walker, Morrison, Webb y Fitzmaurice. Pada malam Natal 1899, Witty melakukan debut bersama Barca melawan Catala SC dan membawa menang FC Barcelona dengan skor akhir 3-1. 

Saya di sini bukan membicarakan perihal karir Witty, namun kontribusinya terhadap keberlangsungan FC Barcelona. Seperti diketahui, di laga pertama di atas, Barca tidak memakai jersey seperti yang kita kenal sekarang. Nah di sini lah kontroversi Witty muncul, melalui perusahaan yang dibentuknya, Witty Group. 

FC Barcelona mengakui jika jersey yang dipergunakan sekarang terinspirasi FC Basel, tempat Hans Gamper pernah bermain sepakbola. Namun seperti saya tulis di buku El Llibre del Barca, Witty Bersaudara menjadi pemasok segala kebutuhan FC Barcelona, dimulai dari jersey, bola, peluit dan jaring gawang. Khusus untuk jersey, disebutkan jika Witty Bersaudara mengambilnya dari bekas sekolahan keduanya, Merchant Taylor. Sekolahan tersebut memang memakai warna yang hampir serupa, marun-merah, tapi dipakai oleh tim rugby, bukan tim sepakbola. Selain itu, strip kedua jersey pun berbeda.

Selain dari sekolahan Merchant Taylor, ada pula yang menyebutkan jika warna jersey FC Barcelona berasal dari ibunda Carles Comamala, yang juga pemain di Barca kala itu. Ibu Comamala menyediakan jersey untuk Barca karena kondisi klub saat itu belum mampu untuk membeli perlengkapan skuat. 

Meski pihak FC Barcelona mengkonfirmasi jika jersey yang dipergunakan terinspirasi dari FC Basel, tapi tidak ada penjelasan dari mana jersey tersebut diperoleh. Hal ini sehingga menimbulkan kebingungan tersendiri. Sejarah jersey FC Barcelona memang masih menyisakan tanda tanya besar, akan tetapi dipastikan jika warna kebesaran Barca adalah marun-biru, bukan merah-biru. 

Jelek!
Entah sampai kapan pertanyaan saya tersebut bisa terjawab. Yang pasti tradisi dan sejarah klub sejatinya harus dipertahankan dan perbaikan atau perubahan ada baiknya dilakukan jika tidak terlalu urgen. Bocoran jersey musim depan yang banyak beredar di sosial media menimbulkan pertanyaan atas keseriusan direksi Barca. Apakah sebegitu pentingnya bagi direksi warisan Sandro Rosell untuk mengubah banyak tradisi di jersey? Apakah mencantumkan nama sponsor tidak cukup untuk direksi sekarang? Melupakan masa lalu (sejarah), adalah seperti menampik diri kita sendiri. Sebuah tindakan yang percuma, naif dan egois.



PRIMER EL BARCA!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar