Zubizarreta, Pahlawan yang Terlempar dari Surga


Seorang teman perempuan saya (yang tidak bisa saya sebutkan karena beliau cukup popular dan saya yakin dia akan senyum-senyum sendiri kala membaca artikel ini. Kisah beliau akan saya buat artikel terpisah nanti, jika mood sedang baik) bercerita mengenai kisah cinta dia mirip dengan klub-klub medioker kala melawan tim besar. Sadar jika akan kalah dan patah hati, tapi harus tetap dijalani karena menjadi keharusan. Tidak peduli bagaimana akhir kisah cinta teman saya tersebut, namun cinta menjadi dasar pemikiran beliau. Sebuah ketidakmungkinan yang harus dijalani dan didoakan untuk menjadi mungkin. Tidak ada yang mustahil di dunia ini. Tanya saja David Moyes. 

Ah, iya David Moyes. The Chosen One yang dianggap gagal di Manchester United, malah bisa melukai FC Barcelona di saat yang tepat. Luka yang digariskan Moyes kala Barca bertandang ke Real Sociedad kemarin (05/01), akan mengubah perjalanan Barcelona untuk beberapa saat kedepan. Moyes memang The Chosen One, tapi dalam artian untuk memporakporandakan hati cules di seluruh dunia.

Pada Senin (05/01) petang, tersiar kabar mengejutkan jika FC Barcelona memecat direktur sepak bola, Andoni Zubizarreta. Sebetulnya kabar tersebut tidak mengejutkan sih. Sudah hampir bisa diduga sebelumnya. Konsekuensi segala keputusan Zubiza yang berkaitan dengan tim sepak bola membuat dirinya harus hengkang. Terlalu banyak "dosa" yang dilakukan Zubiza sehingga dirinya harus turun dari surga cules ke titik penghinaan. 

Dosa Subjektif


Zubiza sendiri masuk pada tahun 2010, berbarengan dengan rezim Sandro Rosell. Selama empat tahun berada di Barca, Zubiza kerap ditali tangannya. Beberapa keputusan sebagai direktur sepakbola banyak yang dipertanyakan, salah satunya dalam hal transfer pemain, penjualan pemain dan lainnya. 

Sebelum memperinci apa dosa-dosa Zubiza, kita cari tahu dulu apa itu direktur sepak bola dan apa tugasnya. Errr.. ah males. Kalian baca aja di sini tugas direktur sepak bola --> link

Jika menurut artikel Marca, ada tujuh dosa (seven deadly sins?) Zubiza. Yang pertama adalah:

1. Pembelian center back. Memang ada betulnya. Terakhir Barca membeli center back murni terjadi pada awal musim 2009/10, yaitu Dmytro Chygrynskiy (jangan pernah meminta saya menulis nama itu lagi) dari Shakhtar Donetsk. Setelah itu, hanya ada DMF yang diplot sebagai CB. Tapi di tahun 2014 Zubiza akhirnya membeli pemain belakang, yaitu Jeremy Mathieu yang juga bisa bermain sebagai left-back, dan Thomas Vermaelen. Sayangnya Vermaelen harus absen hingga akhir musim 2014/15 tanpa pernah bisa bermain di tim utama. Tidak ada yang lebih menyedihkan dibanding Verma kan? 

2. Penjualan Thiago dan Cesc. Banyak pihak menilai penjualan Thiago dan Cesc adalah blunder Zubiza selanjutnya. Apakah betul? Mari kita ingat-ingat, kala Thiago berkata jika kesuksesan dirinya tidak bersama Barca. Ucapan Thiago tersebut dilontarkan pada awal musim 2012/13. Artinya Thiago melihat padatnya lini tengah tim utama akan menyulitkan dirinya. Thiago bersikap realistis, tidak seperti Jona dos Santos. Lalu Cesc? Loh, bukannya banyak cules yang kerap mengkritik Fabregas karena menjadi "transparan". Lalu masalahnya di mana?

3. Hengkangnya Victor Valdes. Valdes sebagai salah satu kapten di era Guardiola harus hengkang karena beragam kritikan yang ditujukan kepadanya. Dosa Zubiza adalah tidak bisa meyakinkan Valdes untuk tetap tinggal di Barca. Padahal Valdes adalah kiper terbaik yang pernah dilahirkan oleh La Masia. Akan tetapi, apakah rayuan gepokan gaji dari Zubiza akan efektif, sedangkan kritikan media massa masih kerap dilontarkan?

4. Kasus Neymar. Ah, ini sih sudah tidak perlu dijelaskan lagi. Selain panjang dan repot, kasus ini ternyata merembet kemana-mana. Intinya: transfer Neymar dicurigai ada main mata dan korupsi. 

5. Larangan transfer dari FIFA. Ah, ini masih hangat-hangatnya nih. Hukuman ini mulai berlaku sepanjang tahun 2015 atau di dua bursa transfer. Barcelona dilarang membeli, namun diperbolehkan menjual pemainnya. Positifnya dari larangan transfer ini adalah Barca memiliki kesempatan untuk menyeimbangkan neraca keuangan agar tidak terkena Financial Fair Play. #PositiveThinking

Zubiza pernah memang pernah mengaku bersalah terkait hukuman ini. Sebagai direktur sepak bola, Zubiza memang bertanggung jawab perihal kontrak pemain, termasuk pemain muda berpotensi. Yang menjadi pertanyaan: kenapa hanya FC Barcelona yang dihukum? Padahal banyak klub-klub besar yang melakukan hal serupa, yaitu mendatangkan pemain muda dari luar negeri dan mengotraknya. Kenapa? FIFA tebang pilih? 

6. Pemain akademi yang hengkang. Dikatakan jika banyak pemain akademi yang terpaksa dijual atau dilepas ke klub lain. Bojan Krkic, Marc Muniesa, Thiago, Isaac Cuenca dan Cristian Tello disebutkan sebagai contoh. 

Hal ini sebenarnya wajar loh. Sebagai perbandingan, di musim 2001/02 juga banyak pemain yang hengkang. Samuel Okunowo, Daniel Tortolero, Jofre Gonzalez, Fernando Navarro, Robeto Trashorras dan lainnya. Bahkan Jordi Alba pun sempat dibuang ke Valencia sebelum dibeli kembali pada musim 2012/13. Di sini bisa diambil kesimpulan jika persaingan di tim utama sangat lah keras. Hanya pemain yang berkualitas dan cukup memiliki sabar lah yang akan dipakai. Selain itu, skema yang dibawa pelatih pun menentukan karir pemain junior.  

Apakah Barca harus menerapkan seluruhnya pemain lulusan La Masia, sebagaimana yang diterapkan Athletic Bilbao yang pernah hanya menerima pemain keturunan suku Basque? Apakah Barcelona menjadi klub fasis yang hanya mengagungkan suku Katalan dan Katalanisme? Harap diingat, semua kesuksesan yang pernah diraih Barca tidak pernah lepas dari campur tangan pemain luar akademi. Era Ferdinand Daucik, era Johan Cruyff atau era Guardiola, semuanya menggunakan pemain kualitas bintang yang bukan datang dari La Masia. So, buang pemikiran Sandro Rosell mengenai superioritas Katalunyaisme. 

7. Ketidakberhasilan perencanaan suksesor. Jadi menurut Marca, Zubiza tidak bisa mempertahankan status juara pasca ditinggal Pep Guardiola. Pertanyaannya: Siapa yang bisa menyamai atau bahkan melebihi raihan Guardiola? Prestasi yang ditorehkan Guardiola akan tetap tinggal dan akan membebani pelatih Barca lainnya untuk beberapa dekade kedepan. 

Harus diingat, pemilihan Gerardo Martino bukanlah atas dasar rekomendasi Zubiza, namun Sandro Rosell. Hanya Luis Enrique yang merupakan pelatih rekomendasi Zubiza langsung. Seperti yang sudah saya ungkit di paragraf diatas, prestasi Guardiola akan membayangi pelatih setelahnya. Lucho adalah salah satu pelatih tersebut. 

Cuci Tangan Pakai Air Keras

Ini yang lucu bagi saya. Bagaimana Josep Maria Bartomeu mencuci tangan dari segala hal yang terjadi di FC Barcelona, mulai dari kasus transfer Neymar, hukuman larangan transfer dari FIFA, prestasi Luis Enrique yang mulai mengkhawatirkan dan pembelian pemain yang dirasa kurang tepat. Mungkin memang benar Zubiza yang harus bertanggung jawab, akan tetapi seorang pimpinan pun harus turut bertanggung jawab atas segala keputusan anak buahnya. Artinya, Bartomeu pun harus mengaku salah karena dirinya adalah presiden FC Barcelona. 

Wait, what? Presiden FC Barcelona? Oh iya, saya salah. Bartomeu bukan presiden FC Barcelona yang resmi karena diangkat bukan berdasarkan keinginan socios, namun mendapat muntahan jabatan pasca lengsernya Rosell. Secara historis, jika seorang presiden mengundurkan diri, maka akan dibentuk managing directors yang bertujuan untuk mempersiapkan pemilihan presiden. Tapi apa yang terjadi di tahun 2014 sangatlah melenceng. Maka tidak heran andai Agusti Benedito dan Joan Laporta menyuarakan adanya pemilu di musim panas mendatang. Selain karena banyaknya masalah internal, masalah di luar lapangan, prestasi yang jeblok, dan tidak dipilih oleh socios, Bartomeu pun tidak lebih baik dibanding Sandro Rosell. 

Mungkin Bartomeu lupa, bahwasanya ia lah yang mempercayai semua perihal sepak bola FCB ke tangan Zubiza pada musim panas lalu. Bartomeu sendiri yang berbicara jika Zubiza akhirnya diberi kepercayaan oleh dirinya, termasuk dalam hal pemilihan pelatih dan pembelian pemain. 

Transfer Pemain?

Ah iya, harus diakui pembelian pemain di musim panas 2014 kurang begitu tepat untuk beberapa kasus. Pembelian Douglas dan Thomas Vermaelen adalah dua nama yang mendapat sorotan tajam. Saya tidak bisa mengelak andai ada yang menyalahkan Zubiza atas pembelian Douglas dan Verma. Akan tetapi saya bisa sedikit melihat sudut pandang Zubiza dalam hal ini. 



Pada awalnya FC Barcelona (atau dalam hal ini Luis Enrique) mengincar Cuadrado yang bermain bersama Fiorentina. Akan tetapi harga yang dipatok terlalu tinggi, karena akan mengganggu stabilitas keuangan klub usai membeli Luis Suarez. Lalu entah datang dari mana, Neymar Senior merekomendasikan nama Douglas dan Zubiza membelinya! Okay, ini mulai aneh. 

Neymar Senior memang memiliki kerjasama dengan FC Barcelona (sebagai salah satu klausul pembelian Neymar), dimana perusahaan Neymar Sr., yaitu N&N memiliki hak untuk merekomendasikan pemain dari Amerika Selatan. Kejanggalannya adalah: apakah Barca diharuskan/diwajibkan membeli pemain yang rekomendasikan oleh N&N? 

Verma? Well, Verma dulunya adalah pemain belakang yang top. DULU. Itu terjadi sebelum Verma dibekap cedera berkepanjangan. Ini pun kejanggalan lainnya, dimana Zubiza mau membeli pemain yang sedang cedera dan memiliki sejarah cedera berkepanjangan. Aneh. 

Ah, jika berbicara mengenai pembelian yang aneh, pasti tidak bisa jauh dari Lord Alex Song. Eits, jangan salah. Song bukan dibeli atas keinginan Zubiza, namun almarhum Tito Vilanova karena "dibohongi" oleh pihak Arsenal yang berkata jika Song piawai bermain sebagai center back. 

Song sebetulnya tidak buruk-buruk amat. Coba lihat permainan Song di West Ham pada musim ini. Banyak yang menilai kesuksesan West Ham merangsek posisi lima besar klasemen sementara BPL ada turut campur tangan Song. Agak diragukan juga sih opini tersebut, tapi permainan Song di West Ham membuat desainer Tchakap Systeme ini seakan kembali ke alamnya. 

Somethin' Fishy

Masih banyak hal yang berkaitan dengan Zubiza yang terjadi di FC Barcelona, sebagaimana banyaknya rahasia yang tidak mungkin dibuka ke publik oleh yang bersangkutan. Hanya ada satu yang menjadi pertanyaan saya: kenapa kala Zubiza mengundurkan diri, Carles Puyol pun turut mundur? Apakah Puyol memang merasa tidak berkompeten di pekerjaannya sekarang? Atau enggan disangkut-pautkan dengan direksi era Bartomeu? Tentu saja hal ini membuat saya curiga ada hal aneh disekitaran Bartomeu. 

Anyway, semoga FC Barcelona bisa kembali ke jalan yang benar sebagai tim juara, meskipun saya agak ragu musim ini Barca bisa meraih satu piala mayor. #AnimsBarca!



PRIMER EL BARCA!


2 komentar:

  1. sy penggemar berat dari tulisan kang Marvin. melihat barca dari sisi yg berbeda.. banyak yg berteriak Visca Barca tp engga tau seperti apa isi dalem Barca sesungguhnya. Visca Rockin Marvin !

    salam kenal kang Marvin dari maLky bLaugrana

    BalasHapus
  2. saya juga penggemar berat bang marvin... selalu bisa menulis sambil menyisipkan curahan hati... hala marvin!

    BalasHapus