Sebuah ekspektasi atau pengharapan memang hal yang mutlak dimiliki oleh manusia, seperti yang telah saya ungkapkan pada artikel sebelumnya. Sebuah pengharapan merupakan kunci dari kewarasan manusia kala menghadapi masalah. Tanpa sebuah pengharapan, maka tidak akan ada lagi yang bisa menjadi penerang dari gelapnya kehidupan. Sekecil apapun sebuah harapan, akan selalu ada didalam diri manusia. Suka atau tidak.
Luis Enrique datang ke FC Barcelona pada musim panas tahun lalu dengan sebuah target yang cukup berat, yaitu membawa blaugrana kedalam jalan yang benar, menjadi juara. Berat, mengingat karir Luis Enrique belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Carlo Ancelotti. Akan tetapi bukan kah Josep Guardiola pun sama seperti Lucho? Bedanya adalah Luis Enrique sudah pernah mengecap berbagai klub divisi utama, seperti AS Roma dan Celta Vigo.
Bukan hanya target menjadi juara yang dibebankan ke pundak Luis Enrique. Andai kita melihat perjalanan karir Tata Martino di FC Barcelona, maka ada satu hal yang harus dilakukan mantan pemain Real Madrid ini, yakni menghapus kenangan Josep Guardiola. Wait, what??
Iya. Kegemilangan Guardiola di Barca sudah tidak diragukan lagi. Prestasi yang sulit ditandingi oleh pelatih mana pun, termasuk sang mentor Johan Cruyff. Guardiola bahkan digadang-gadangkan sebagai pelatih tersukses di Barca, mengalahkan Ferdinand Daucik. Tata Martino yang sudah mengenyam asam-garam melatih banyak klub hingga timnas, kurang begitu sukses di Barca, secara prestasi. Untuk penerapan sistem, Tata Martino tidak bisa berbuat banyak karena banyaknya tuntutan untuk tetap memakai sistem yang pernah dipakai Guardiola. Sulit.
Tidak salah juga dengan permintaan kepada Martino tersebut. Dengan skuat yang tidak berubah banyak, secara logika permainan yang pernah diterapkan oleh Guardiola masih valid untuk dipakai. Akan tetapi pada kenyataannya, bukankah setiap manusia memiliki caranya tersendiri?
Hal yang serupa pun terjadi pada Luis Enrique. Seperti yang sudah saya jelaskan pada artikel sebelumnya, ada beberapa pihak yang mempertanyakan kenapa Lucho kerap berganti-ganti komposisi pemain pada paruh pertama musim 2014/15. Banyak yang menduga karena Lucho masih mencari-cari skuat ideal yang sesuai dengan sistem yang ia bawa, ada pula yang beropini bahwa Lucho tidak memahami cara melatih. Sebuah tuduhan yang teramat keji!
Harus diakui jikalau keputusan Lucho untuk mengganti-ganti komposisi pemain tersebut menimbulkan tanda tanya. Kebenaran hanya diketahui oleh Lucho sendiri. Sebagaian dari kita hanya bisa menduga-duga dan mencari alasan pembenaran terhadap opini yang dilontarkan.
Strategi yang dipakai Lucho memang menimbulkan tanda tanya jua, khususnya bagi yang masih terlena dengan kegemilangan Josep Guardiola. Akan tetapi jika membaca artikel yang ditulis salah satu teman saya, daya magis Guardiola sudah terasa hilang. Bayern Munich memang menjuarai Bundesliga, namun di kompetisi Eropa, Guardiola 'ditelanjangi' oleh Lucho yang kata sebagaian orang, masih hijau. Tidak ada kepastian sistem yang pernah dianut Guardiola bisa lebih efektif jika diterapkan oleh Lucho. Jadi, biarkan Pep Guardiola menjadi pahlawan di salah satu fase waktu masa lalu dan beri kesempatan kepada Lucho untuk membentangkan masa depan yang dipancang oleh harapan yang positif.
Terlalu prematur jika bertanya atau menerka-nerka perihal masa depan Lucho. Masa depan seorang pelatih dilihat dari prestasi yang ia dapatkan di akhir musim. Sejauh ini Lucho masih memiliki peluang di dua kompetisi tersisa setelah sebelumnya mendapatkan title La Liga. Andai direksi bisa melihat keefektifan strategi yang ia bawa, maka Lucho bisa tetap berada di bangku cadangan Camp Nou. Jika direksi sangat bernafsu, seperti yang diperlihatkan oleh Florentino Perez, ya Lucho tinggal menunggu waktu untuk mengepak barang-barang.
Ada satu fakta dalam satu atau dua bulan kedepan yang dapat mempengaruhi masa depan Luis Enrique. Apa lagi jika bukan pemilihan presiden. Andai Enrique hanya bisa meraih dua dari kemungkinan tiga, saya tidak yakin kandidat presiden lainnya akan mengusik Luis Enrique. Kenapa? Selain karena pencitraan, prestasi yang dapat dibawa oleh pelatih memiliki korelasi dengan kebijakan manajemen. Meski begitu, kans pemecatan masih terbuka lebar andai segala sesuatunya berjalan tidak sesuai harapan direksi terpilih.
Ah, kembali kepada harapan atau ekspektasi. Harus diakui beberapa penilaian tentang Luis Enrique logis sekaligus tidak logis. Bukan mencari pembenaran juga sih, tapi terlalu banyak teka teki dan keanehan di ruang ganti, seperti isu pertengkaran Lucho dengan Messi, Xavi yang tidak jadi hengkang pada awal musim lalu, line-up yang berubah-ubah, double pivot, dan pergantian pemain yang beberapa kali menjadi blunder. Tapi layak kah Luis Enrique harus mengakhiri petualangannya di FC Barcelona?
PRIMER EL BARCA!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar