Team-Susah-Move-On-Josep-Guardiola ala Suporter FC Barcelona


Lain dulu, lain sekarang. Itu peribahasa kata orang yang menunjukan jika manusia bisa berubah. Perubahan yang muncul seiring dengan sejalannya waktu. Entah itu perubahan dari sisi emosi, rizki atau fisik. Namun tidak dengan karakter. 


Waktu yang berjalan sangat mutlak terjadi, sebagaimana perubahan dilakukan oleh manusia. Bisa menjadi lebih baik atau menjadi lebih buruk. Tergantung dari keputusan yang diambil sang manusia tersebut. Banyak hal yang berubah dan menjadi kenangan, bahkan dalam hitungan detik. Time waits for no one. 

Menghadapi Bayern Munich, banyak orang yang teringat dengan kekalahan FC Barcelona di musim 2012/13. Siapa yang bisa lupa dengan skor akhir 4-0 di Allianz Arena dan takluk 0-3 di Camp Nou. Pedih? Tersingkir dari babak semifinal Liga Champions memang perih, tapi kemudian tropi La Liga menjadi penghibur yang sepadan, bagi beberapa orang. 

Bayern Munich di bawah kepelatihan Jupp Heynckes memang perkasa kala itu. Usai mengalahkan Juventus di perempat-final dan Barca di semi-final, Munich sukses meraih titel kelima Piala Liga Champions setelah di babak final mengalahkan tim asal Jerman lainnya, Borussia Dortmund. Bagi saya pribadi, kegemilangan Munich di Liga Champions pada musim itu seperti cherry diatas es krim bagi sejarah kepelatihan Jupp Heynckes. Manis dan indah! 

Sekarang, Bayern Munich bersua kembali dengan FC Barcelona. Kenangan indah atau buruk (tergantung dari tim mana yang didukung dari kedua kesebelasan) sontak muncul. Ditambah lagi, Josep Guardiola yang menjadi legenda terbesar FC Barcelona dengan era keemasannya melebihi era Cinc Copes-nya Ferdinand Daucik, menjadi arsitek tim kota Munich. Tim-suporter-susah-move-on-FC-Barcelona seperti saya, masih akan tersenyum melihat pelatih fashionable ini.

Seperti ditulis diatas, lain dulu lain sekarang. Jika dahulu Barca menghadapi Munich dengan kondisi yang tidak sempurna, kini situasinya berbalik. Dulu, almarhum Tito Vilanova belum sembuh benar (meski terlalu kejam sebetulnya jika menjadikan hal ini sebagai salah satu alasan), rentetan cedera yang menghinggapi para pemain (khususnya Messi), buruknya kondisi internal klub dan alasan lainnya yang bisa menjadi pembenaran terhadap kekalahan tersebut. Tapi tidak dengan musim ini. 

Di musim ini beberapa pemain Munich bakal dipastikan absen. Berbeda dengan FC Barcelona yang kian kompak dalam beberapa laga terakhir. Pada awal musim sebuah opini yang dasari oleh ketakutan egoisme pemain berlabel superstar dan contoh-contoh pada masa lalu (dan di Real Madrid) muncul bahwa tridente Barca akan sulit akur. Namun seiring dengan berjalannya waktu, Neymar dan Luis Suarez menjadi ujung tombak yang dapat diandalkan, sementara sang Messiah masih menakutkan dengan gol dan assistnya. Singkat kata: kini Barca tidak tergantung kepada Messi seorang, tapi kepada trio MSN. End of story. 

Berbalik dengan kondisi di musim-musim sebelumnya, kini FC Barcelona tidak dipusingkan dengan rangkaian cedera. Thomas Vermaelen sudah dipastikan bisa bermain (meski menjadi tanda tanya kapan Verma akan diturunkan), Douglas pun jauh-jauh hari sudah sehat (sama kasusnya seperti Verma: KAPAN MAIN?). Kemudian ada Jordi Masip, Martin Montoya, dan Sergi Roberto yang akan bersemangat andai masuk starting XI. 

Lini belakang pasca sepeninggalan Puyol memang sedikit mengkhawatirkan. Sudah ada perbaikan meski kurang meyakinkan. Tapi apa mau dikata. Reflek dan positioning Marc-Andre ter Stegen (dan Claudio Bravo di La Liga) menjadi harapan terakhir dan puja-puji serta doa akan disematkan kepada para penjaga gawang. Mengacu kepada ucapan Johan Cruyff: pemenang adalah tim yang bisa memasukan lebih banyak gol dibanding lawan. Jadi ya... tebak sendiri deh. 

Kondisi internal klub pun relatif kondusif setelah Josep Maria Bartomeu mengumumkan akan mengadakan pemilihan presiden pada musim panas nanti. Tidak ada lagi gejolak yang mempengaruhi ruang ganti pemain secara signifikan. Problem terakhir yang cukup mengkhawatirkan adalah kabar keributan antara Lionel Messi dan Luis Enrique, setelah itu langsung adem ayem.

Dengan adanya fakta-fakta yang sudah dipaparkan tadi, maka kans hasil diluar dugaan melawan Bayern Munich sangatlah kecil. Andai Lucho tidak bereksperimen disaat-saat krusial, maka kans untuk lolos ke final akan tetap selalu ada bersama FC Barcelona dan para suporternya yang berambisi menambah raihan piala Liga Champions. 

Guardiola? Semua orang, khususnya fans Barca pasti setuju jika Guardiola adalah pelatih yang pintar. Akan tetapi pelatih kepala tidak akan bisa meraih hasil maksimal tanpa didukung oleh asisten pelatih. Tanpa mengurangi rasa hormat kepada asisten pelatih di Bayern, namun rahasia kesuksesan Guardiola di FC Barcelona terletak pada almarhum Tito Vilanova, sesuai perkataan Guardiola sendiri yang menyanjung almarhum. 

Guardiola akan selalu menjadi sosok yang dihargai oleh ratusan juta suporter Barca di seluruh dunia. Saya yakin sanjungan dari publik Camp Nou akan diberikan kepada Pep nanti. Kata-kata negatif mungkin terucap, tapi kalimat tersebut muncul akan dibarengi dengan kenangan indah selama 4 musim. Sebuah memori yang tidak akan tercoreng meski andai Bayern Munich menyingkirkan FC Barcelona di semifinal Liga Champions musim ini. Tidak. Kenangan bersama Pep Guardiola terlalu indah untuk dilupakan. 

Btw, ini bukan preview. 



PRIMER EL BARCA!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar