Pembuktian Luis "Sang Midas" Enrique

Minggu (07/6/2015) menjadi hari yang paling membahagiakan untuk seluruh culers di semua penjuru dunia. Bagaimana tidak, FC Barcelona memenangkan Piala Liga Champions ke-5 sepanjang sejarah setelah mengalahkan raksasa Italia yang juga datang sebagai juara Serie A dengan skor 1-3. Sebuah kemenangan yang sangat layak karena dalam perjalanan di UCL, Barca mengalahkan juara-juara dari liga top Eropa.

Seakan menjadi titik kumulasi, perolehan piala prestisius ini datang terakhir dan menyegel musim 2014/15 dengan kenangan manis, yaitu treble. Seteguk air yang menghilangkan dahaga haus akan piala mayor yang pada musim lalu tidak dapat diraih. 

Raihan tiga piala ini menjadi memori yang sangat-sangat-sangat-sangat layak untuk el maestro Xavi Hernandes yang akan hengkang ke Al Saad. Berbeda dengan legenda dari klub lainnya yang juga pensiun di musim lalu dan musim ini tanpa meraih piala mayor, kecuali mungkin Andrea Pirlo musim ini, Xavi dapat tersenyum dengan bangga karena musim terakhirnya di Barca bisa diingat dengan prestasi gemilang. 

Bicara memang lebih mudah dibanding bertindak. Berbincang mengenai treble memang sangat gampang, tapi perjalanan untuk mewujudkan hal tersebut sangat lah sulit. Tapi, bukankah sesuatu yang sulit dilakukan itu akan mendapatkan timbal balik yang sepadan? 

Masih ingat, Luis Enrique dipertanyakan kapasitasnya karena kerap menggonta-ganti lineup di tiap laga di paruh pertama musim sehingga memunculkan opini bahwa Lucho tidak memiliki kredibilitas dalam hal melatih tim sebesar FC Barcelona. Well, tidak ada salahnya kala kita mempertanyakan sesuatu hal. Bukan kah rasa penasaran (dan juga rasa tamak) yang dapat menggerakan roda sejarah kehidupan manusia? 

Memasuki paruh kedua musim kompetisi, skema permainan Luis Enrique kian jelas. Kemenangan dan kemenangan dapat diraih, begitu pula dengan torehan gol. Menaiknya grafik permainan Barca sejalan dengan apiknya kerjasama dari trio Messi, Suarez dan Neymar. Bahkan Hlebruary yang biasanya ditakutkan sebagai titik balik performa Barca, tidak terbukti di musim ini. Mitos yang terpatahkan (?). 



Luis Enrique seakan menjelma menjadi Midas di Barca. Apakah Enrique dapat membawa atau menghapus kenangan indah culers kepada Josep Guardiola kala mempersembahkan treble? Masih terlalu jauh untuk dibandingkan, memang. Akan tetapi setidaknya Lucho sudah berusaha menorehkan kenangan indah khas dirinya di pikiran culers. Sangat layak diapresiasi. Kenapa? Karena Lucho memberikan tiga piala mayor menggunakan gayanya sendiri. Luis Enrique sedang menapak jalan menciptakan sejarahnya sendiri di buku kenangan FC Barcelona. 

Musim 2014/15 sudah ditutup. Kini saatnya menghela nafas sebelum memasuki episode baru dari pemilihan presiden. Cukup memori indah meraih treble tersimpan di dalam benak untuk menjadi cerita yang indah untuk dibicarakan dikemudian hari. 

Membingungkan memang jika diwajibkan menulis artikel perjalanan Barca di musim 2014/15. Terlalu banyak kenyataan pahit dan tanda tanya besar yang masih menjadi misteri hingga sekarang. Namun ada satu kata yang bisa menggambarkan perjalanan musim ini, yaitu: DRAMA. 

Bagi beberapa orang, mendukung Barca terasa membosankan karena kerap menang. Betul. Barca terlalu superior. Tapi jika dilihat secara menyeluruh, ada sensasi yang serupa di tiap musimnya. Dan memang, perjalanan musim ini masih sama dengan musim-musim sebelumnya. Naik-turunnya performa skuat, ekspektasi yang selalu tinggi, intrik-intrik politik dan komentar-komentar diluar nalar. Saya sendiri sudah tidak sabar dengan drama yang akan disuguhkan oleh klub di musim panas ini dan musim depan. 

Masa lalu dan masa depan. Jika kita melihat ke masa depan, maka tidak akan bisa meninggalkan masa lalu sepenuhnya. Andoni Zubizarreta. Iya. Jika berbicara masa lalu, maka seketika ingatan saya memunculkan pria yang pada masa mudanya menjadi idola di bawah mistar gawang. Pria asal Basque ini memiliki peranan penting (positif dan negatif) dalam membangun skuat. (Negosiasi) pembelian pemain yang menjadi tulang punggung dan pemain yang tidak ada guna, menjadi dosa dan pahala bagi Zubiza. Entah berapa dosa Zubiza lainnya yang dihitung oleh culers di seluruh dunia, tapi pernahkah mengingat "pahala" dari Zubiza? Saya bertanya-tanya dalam hati. 

Kekalahan dan kritikan kini menjadi masa lalu. Masa depan masih terlalu jauh untuk diraih. Sekarang yang terpenting adalah menikmati masa-masa indah karena sukses mendapatkan tiga piala mayor. Seluruh fans FC Barcelona layak mengisi benak mereka dengan memori indah di musim 2014/15. Selamat! 


PRIMER EL BARCA! 

3 komentar: